Mohon tunggu...
Daniel Mashudi
Daniel Mashudi Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer

https://samleinad.com E-mail: daniel.mashudi@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Saat Bos Mengeluarkan "Rayuan Maut", Bawahan Perlu Tahu Seni untuk Menolaknya

5 Juli 2024   16:35 Diperbarui: 5 Juli 2024   23:40 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menolak rayuan maut si bos (Freepik/master1305)

Sering terjadi seorang bos atau atasan memberikan tugas mendadak kepada bawahan. Sementara, tugas yang diberikan tersebut bukan merupakan tanggung jawab bawahan.

Jika sudah begini, bawahan sering tidak enak hati untuk menolaknya. Dengan rasa terpaksa, ia menerima dan melakukan tugas itu sembari menggerutu, "Little-little to me, salary no up-up" (sedikit sedikit ke saya, tapi gaji tidak naik-naik).

Dalam situasi seperti itu, penting bagi bawahan untuk tetap bersikap profesional. Lebih dari itu, ada seni yang perlu dipelajari untuk menolak rayuan maut si bos.

Pahami Dahulu Alasannya

Sebelum menentukan sikap untuk menerima atau menolak, ada baiknya bawahan memahami alasan mengapa hal ini terjadi.

Pertama, si bos mungkin menghadapi situasi darurat atau mendesak yang memerlukan penanganan segera. Dalam situasi seperti ini, si bos akan mengandalkan karyawan yang mereka percayai untuk menyelesaikan tugas tersebut dengan cepat dan efisien, meskipun tugas itu bukan bagian dari job desc bawahan.

Kedua, bos mungkin melihat potensi dan kemampuan lebih pada bawahan. Dengan memberikan tugas di luar tanggung jawab utama, bos berusaha mengembangkan keterampilan dan kapasitas bawahan.

Ini bisa dianggap sebagai peluang untuk pembelajaran dan pengembangan diri, meskipun pada awalnya bisa terasa membebani. Dalam jangka panjang, pengalaman ini bisa memperkaya karier seorang karyawan dan meningkatkan keahlian mereka dalam berbagai bidang.

Ketiga, manajemen yang kurang efektif atau perencanaan yang buruk juga bisa menjadi penyebab. Kadang-kadang, bos mungkin tidak sepenuhnya menyadari beban kerja yang sudah ada pada bawahan atau mungkin tidak memiliki sistem yang efisien untuk mendistribusikan tugas.

Dalam situasi seperti ini, komunikasi yang jelas dan terbuka antara atasan dan bawahan sangat penting. Bawahan perlu merasa nyaman untuk menyampaikan keterbatasannya dan mendiskusikan cara terbaik untuk menyelesaikan tugas tanpa mengorbankan kualitas pekerjaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun