Seba Baduy 2024 dilaksanakan pada Kamis - Minggu, 16-18 Mei 2024. Seba, yang artinya persembahan, merupakan rangkaian upacara tradisi adat Baduy yang dilakukan setelah puasa Kawalu.
Saya ikut menyaksikan acara seba ini pada hari Jumat, 17 Mei 2024. Berangkat dari Stasiun Daru Tangerang pada tengah hari, saya pun tiba di Stasiun Rangkasbitung 40 menit kemudian.
Dari stasiun, saya melanjutkan perjalanan ke alun-alun Rangkasbitung dengan berjalan kaki. Jaraknya tak terlalu jauh, sekitar 1,5 kilometer dengan waktu tempuh 20 menitan saja.
Saya tiba di Alun-alun Rangkasbitung pukul 13.30. Alun-alun ini menjadi salah satu titik yang akan dilewati oleh 1500 warga Baduy yang mengikuti acara seba.
Rangkaian acara seba memang cukup panjang, yaitu selama 4 hari. Warga Baduy turun gunung membawa hasil bumi yang telah mereka kumpulkan sebagai ungkapan syukur kepada Sang Pencipta.
Hasil bumi tersebut diserahkan kepada pimpinan kepala daerah, dalam hal ini pemerintah kabupaten Lebak dan pemerintah provinsi Banten.
Warga Baduy berangkat pada hari Kamis dan tiba di Rangkasbitung pada hari Jumat. Di Rangkasbitung, penerimaan rombongan dilakukan di Jembatan Keong.
Iring-iringan selanjutnya bergerak ke alun-alun dan masuk ke pendopo Bupati Lebak yang berada di sisi selatan alun-alun.
Jumat suang itu saya sudah tiba pukul 13.30 di alun-alun. Rombongan warga Baduy dijadwalkan akan tiba di lokasi ini pada pukul 15.30. Masih ada waktu dua jam dan saya memanfaatkannya untuk mengeksplorasi suasana yang cukup ramai di tempat tersebut.
Beragam kegiatan ikut menyemarakkan acara Seba Baduy 2024 ini. Mulai dari pameran UMKM, tampilan kesenian, permainan tradisional, hingga bincang budaya.
Di sudut timur-selatan alun-alun, beberapa anak terlihat bergembira memainkan permainan tradisional seperti egrang dan sandal tandem (sepasang sandal kayu berukuran panjang yang bisa digunakan dua orang atau lebih).
Tak hanya anak-anak, beberapa orang dewasa juga ikut memainkan permainan ini. Seorang ibu yang mengenakan pakaian berwarna biru tua dan jilbab berwarna merah tua terlihat begitu mahir dan bersemangat menggunakan egrang bambu.
Bersebelahan dengan titik permainan tradisional ini, ada sekelompok pemain musik tradisional berkostum serba hitam. Mereka tengah melakukan gladi resik untuk menyambut rombongan seba yang akan datang beberapa saat kemudian.
Di jalan sebelah timur alun-alun di depan Perpustakaan Saiidjah Adinda dan Museum Multatuli, sekelompok orang lainnya dengan pakaian hitam juga melakukan gladi bersih. Mereka berdiri di kedua sisi jalan raya sambil memegang bambu berukuran panjang.
Para pengunjung ramai memadati alun-alun Rangkasbitung ini. Para penjual makanan dan minuman juga ikut bersemangat menjajajakan barang dagangannya.
Pukul 14.30, sebuah pertunjukan kesenian hadir memeriahkan acara seba. Kesenian ini dipersembahkan oleh pemerintah provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.Â
Sebagian seniman ini memainkan tarian dengan mengenakan kostum tradisional. Sebagian lagi mengenakan kostum tentara Belanda, lengkap dengan senapannya.
Tarian tersebut menceritakan perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajah. Sayangnya, ada seorang bumiputera yang justru menjadi pengkhianat dan bergabung membela penjajah.
Di akhir cerita, para pejuang tanah air berhasil memenangkan peperangan. Pertunjukan apik selama 5 menit ini cukup menarik perhatian para pengunjung.
Pukul 14.55, sekelompok anak ikut menghibur pengunjung. Lima pemain pencak silat tersebut memeragakan keterampilan bela diri, diiringi alunan suara musik tradisional.
Usai pertunjukan beladiri, ada waktu jeda yang lumayan lama. Ketika waktu menunjukkan pukul 15.30, belum ada tanda-tanda kedatangan rombongan warga Baduy.
Melalui pelantang suara, MC acara memberikan informasi sudah sampai mana rombongan seba berada. Para pengunjung pun bersabar menunggu.
Pukul 15.50 iring-iringan Seba Baduy tiba di alun-alun Rangkasbitung. Dengan berjalan kaki mereka masuk ke jalan di sisi utara alun-alun.
Mereka kemudian berbelok ke sisi timur, dan berbelok lagi ke sisi selatan sebelum akhirnya masuk ke pendopo Bupati Lebak.
Ribuan warga Baduy ini terlihat begitu tenang dan berwibawa berjalan menuju pendopo. Sebagian besar mereka mengenakan pakaian berwarna hitam. Sementara, beberapa saja mengenakan pakaian berwarna putih.
Karena terbatasnya tempat di pendopo Bupati Lebak, tak banyak pengunjung yang bisa masuk ke area tersebut. Saya menunggu beberapa menit untuk bisa masuk, bergantian dengan pengunjung lainnya.
Pendopo Bupati Lebak ini dikelilingi beberapa pohon trembesi berukuran besar. Rimbunnya kanopi daun trembesi membuat suasana begitu adem.
Saya dan pengunjung lainnya ikut menikmati suasana di pendopo. Tak lupa, beberapa kali mengambil foto bersama warga Baduy.
Warga Baduy beristirahat sejenak di pendopo sore itu. Sesuai jadwal, prosesi ritual seba akan dilakukan pada malam harinya. Warga Baduy akan menginap semalam di tempat ini, dan pada hari Sabtu pagi akan melanjutkan perjalanan ke Serang.
Seba Baduy 2024 ini menunjukkan kepada saya tentang keberhasilan masyarakat adat Baduy yang berhasil dalam merawat dan menjalin harmoni, baik dengan dengan alam maupun masyarakat sekitarnya.
Kemeriah acara ini juga saya dokumentasikan melalui video Youtube berikut ini:
Menjelang maghrib, saya meninggalkan Seba Baduy 2024 tersebut. Ini pertama kalinya saya ikut menyaksikan acara budaya tersebut. Mudah-mudahan, tahun depan saya juga berkesempatan untuk hadir kembali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H