Mohon tunggu...
Daniel Mashudi
Daniel Mashudi Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer

https://samleinad.com E-mail: daniel.mashudi@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Politik Anggaran Gentong Babi atau Pork Barrel, Apa Itu?

12 Februari 2024   14:41 Diperbarui: 12 Februari 2024   15:42 660
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: wikipedia


Sebuah video Youtube berjudul Dirty Vote tengah menjadi perbincangan hangat sejak hari Minggu (11/2). Dalam video tersebut, ada istilah politik anggaran Gentong Babi atau Pork Barrel. Apakah maksudnya?

Di balik istilah tersebut terdapat praktik politik kontroversial yang seringkali dihadapi dengan kontroversi di banyak negara. Politik anggaran Pork Barrel mengacu pada penggunaan dana publik untuk membiayai proyek infrastruktur dan program sosial yang bertujuan untuk memenangkan dukungan politik dari publik. Namun, praktik ini sering dianggap sebagai bentuk suap politik atau pemborosan dana publik.

Politik anggaran Pork Barrel sering kali menimbulkan pertanyaan tentang transparansi, akuntabilitas, dan efisiensi dalam penggunaan dana publik. Banyak yang berpendapat bahwa praktik ini memungkinkan politisi untuk mengalihkan dana publik ke konstituennya sendiri, dengan tujuan untuk mendapatkan dukungan politik yang lebih besar. Namun, para kritikus juga memperingatkan bahwa praktik politik anggaran Pork Barrel dapat memperkuat korupsi dan mengabaikan kebutuhan mendasar masyarakat yang lebih luas.

Awal Mula Istilah Gentong Babi (Pork Barrel)

Istilah "gentong babi" berawal pada masa Perang Saudara di Amerika Serikat (1861-1865), yaitu adanya praktik memberikan daging babi yang diasinkan kepada para budak kulit hitam. Para tuan pemilik budak memberikan daging babi tersebut kepada para budak kulit hitam untuk diperebutkan. Perilaku para budak yang berebut daging ini disamakan dengan perilaku para anggota parlemen yang mencari subsidi pemerintah untuk kepentingan politik pribadi.

Babi yang dimasukkan ke dalam gentong atau tong merupakan simbol dari dana publik yang digunakan untuk membiayai proyek-proyek di daerah pemilihan anggota parlemen. Praktik ini kemudian menyebar ke banyak negara di seluruh dunia.

Istilah "Pork Barrel" pertama kali digunakan pada awal abad ke-18 di Amerika Serikat untuk menggambarkan proyek-proyek yang didanai oleh dana publik untuk kepentingan daerah pemilihan anggota parlemen. Pada awalnya, praktik ini dianggap sebagai cara untuk memajukan pembangunan di daerah-daerah tertentu.

Kritik terhadap Politik Pork Barrel

Namun, seiring berjalannya waktu, politik anggaran Pork Barrel mulai dikritik karena dianggap sebagai pemborosan dana publik dan bentuk suap politik. Praktik ini sering kali dikaitkan dengan korupsi dan penyelewengan dana publik. Meskipun demikian, praktik politik anggaran Pork Barrel masih ada dan kontroversial dalam banyak negara hingga saat ini.

Praktik ini sering kali melibatkan pembuatan proyek infrastruktur yang sebenarnya tidak mendesak atau tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang lebih luas. Politik anggaran Pork Barrel juga sering kali dikaitkan dengan ketidaktransparanan dan kurangnya akuntabilitas dalam penggunaan dana publik. Hal ini dapat memicu korupsi di dalam sistem politik dan mengabaikan kebutuhan masyarakat yang lebih luas.

Ada beberapa contoh proyek politik anggaran Pork Barrel. Misalnya, pembangunan jalan tol di daerah tertentu yang sebenarnya tidak membutuhkan akses yang lebih baik atau tidak memiliki tingkat lalu lintas yang tinggi. Juga, pembangunan pusat kebudayaan atau stadion olahraga yang mahal di daerah tertentu yang tidak memiliki kebutuhan mendesak dalam bidang tersebut. Kemudian, program pemberian bantuan sosial yang lebih besar di daerah pemilihan politisi tertentu, sementara daerah lain yang membutuhkan bantuan serupa diabaikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun