Hari masih subuh. Saya sudah berada di Stasiun Daru, Kabupaten Tangerang untuk menunggu commuter line dari Rangkasbitung menuju Tanah Abang. Ada acara jam 6 pagi di Jakarta yang akan saya hadiri.
Ada beberapa orang yang sepagi itu juga menunggu kereta. Di samping mereka ada karung yang penuh berisi. Entah apa yang mereka bawa, mungkin hasil bumi atau barang yang lain. Saya menduga mereka membawa barang tersebut untuk dijual di Tanah Abang.
Jam 04.25 kereta datang. Mereka menyeret karung masuk ke dalam gerbong. Saya mengikuti dari belakang, kemudian mengambil tempat duduk. Para penumpang lainnya terlihat duduk berjauhan, tak ada yang berdiri.
Kereta pun berangkat meninggalkan Daru. Saya memilih untuk memejamkan mata karena masih mengantuk. Masih ada waktu sejam lagi sebelum kereta tiba di Jakarta.
Pada kesempatan lain saya juga berada di dalam commuter line hendak pulang seusai mengikuti acara di Jakarta. Kereta berangkat jam 7 malam dari Stasiun Tanah Abang.
Bisa ditebak, kereta penuh sesak. Jangan berharap untuk bisa duduk di kursi. Pada jam sibuk seperti ini, tempat duduk diprioritaskan bagi wanita, lansia, atau mereka yang lebih membutuhkan.
Saya memang belum lama menjadi pengguna commuter line. Sebelumnya, saya lebih sering menggunakan bus jika hendak bepergian dari Tangerang ke Jakarta.
Ada shuttle bus di dekat tempat tinggal saya. . Tarifnya lumayan, 20 ribuan rupiah sekali jalan.
Jika ingin membayar ongkos lebih murah, saya naik Transjakarta. Ongkosnya 3.500 rupiah. Namun, saya harus menuju halte yang jaraknya belasan kilometer dari rumah. Saya biasanya naik sepeda motor, kemudian menitipkannya di tempat penitipan dekat halte tersebut.