Sore itu saya dan beberapa kawan berkumpul di sebuah kafe di Tangerang. Tak ada agenda khusus yang dibahas. Sebatas berkumpul sambil mengobrol santai saja, sambil menikmati makanan dan minuman.
Saya memesan nasi goreng. Menu simpel ini digemari banyak orang. Mulai dari anak kos hingga si anak Menteng yang pernah menjabat sebagai presiden Amerika Serikat.
Seorang kawan berceletuk, "nasinya habisin, biar ayamnya nggak mati." Perkataan ini langsung disambut dengan tawa oleh kawan yang lain.
Kalimat 'nasinya habisin, biar ayamnya nggak mati' biasa diucapkan oleh orang tua di Jawa kepada anak yang sedang makan, sebagai nasihat agar makanan tidak bersisa. Di daerah lain, nasihat serupa juga diucapkan dengan bagian anak kalimat berganti menjadi 'biar nasinya tidak menangis'.
Petuah untuk menghabiskan makanan memang baik. Tujuannya untuk menghindari kemubaziran. Jangan sampai ada satu suap nasi yang tersisa, yang kemudian dibuang sia-sia ke tempat sampah.
Kenyataannya, menghabiskan makanan tidak hanya mencegah kemubaziran. Tindakan ini ternyata ikut membantu keselamatan lingkungan, yakni mendukung tercapainya Net-Zero Emissions (NZE) untuk mengurangi pemanasan global.
Net-Zero Emissions
Net-Zero Emissions (NZE) atau nol-bersih emisi tak berarti berhentinya umat manusia memproduksi emisi. Manusia bernapas pun menghasilkan karbon dioksida (CO2). NZE adalah karbon negatif, yaitu emisi yang diproduksi manusia bisa diserap sepenuhnya oleh pohon, laut, dan tanah, sehingga tak ada yang menguap hingga ke atmosfer.
Sepanjang emisi tak terlepas ke atmosfer, ia hanya jadi polusi yang digunakan oleh tumbuhan untuk fotosintesis. Namun jika emisi berlebihan sehingga tidak terserap sepenuhnya, hal ini akan menyebabkan naiknya suhu bumi atau yang kita sebut pemanasan global.
Karenanya, penting bagi kita untuk memikirkan ulang apa yang kita lakukan berikut dampaknya terhadap lingkungan. Langkah paling sederhana yaitu memerhatikan apa yang tersaji pada piring makanan kita.
Jejak Karbon pada Makanan
Dalam memilih menu makan, mungkin selama ini kita hanya mempertimbangkan faktor nutrisi. Padahal, aspek lingkungan juga penting untuk diperhitungkan.