Idul fitri atau lebaran tahun ini memang istimewa, lain dari tahun sebelumnya. Lebaran di tengah pandemi kali ini begitu berkesan dan akan selalu kita ingat sepanjang hidup.
Pandemi yang belum juga berakhir membuat perayaan hari besar umat Islam ini dialakukan dengan cara yang sedikit berbeda. Di beberapa tempat, pelaksanaan Shalat Id tidak dilaksanakan di masjid atau lapangan.
Banyak warga yang melakukan Shalat Id tersebut di rumah masing-masing. Sang ayah menjadi imam, sementara ibu dan anak-anak menjadi makmumnya. Tidak ketinggalan sang ayah juga menyampaikan khotbah, hal yang mungkin belum pernah dilakukannya pada waktu sebelumnya.
Tradisi mudik yang biasanya banyak dilakukan kaum perantau, tidak untuk tahun ini. Banyak kaum perantau yang memilih untuk tidak mudik, dan kemudian merayakan lebaran di perantauan. Ada perbedaan yang dirasakan ketika merayakan lebaran tanpa berkumpul dengan orang tua dan keluarga besar di kampung halaman.
Jika biasanya silaturahmi langsung dengan keluarga besar bisa terasa khidmat dan haru, maka terasa kurang kali ini. Ada getaran emosional yang terjadi saat orang tua dan anak atau kakek-nenek dan cucu saling berjabat tangan dan berpelukan. Getaran tersebut kurang atau bahkan tidak dirasakan saat silaturahmi hanya melalui layar digital saja.
Hal yang sama juga terjadi saat menikmati hidangan lebaran. Menu yang dihidangkan pada lebaran tahun ini boleh saja sama dengan lebaran sebeumnya. Ketupat, opor ayam, rendang, semur jengkol, sambal goreng ati ampela, dan sebagainya. Bahan dan bumbu rempah yang digunakan pun bisa saja sama. Tapi rasa hidangan tersebut seakan berbeda.
Persoalan rasa tersebut tidak sebatas apa yang bisa dikecap oleh lidah. Namun lebih dalam lagi, yaitu mengenai perasaan atau emosi yang ikut terlibat dalam setiap proses mengunyah dan mengecap. Keadaan yang dialami tahun ini sepertinya telah ikut menurunkan kadar hormon ghrelin di dalam tubuh kita. Tidak berlebihan jika ada yang mengatakan, opor ayam pada lebaran kali ini hambar rasanya.
Kita tentunya berharap apa yang kita rasakan pada lebaran tahun ini tidak terulang di tahun mendatang. Pandemi segera berakhir menjadi harapan kita semuanya. Kuncinya ada pada kesadaran dan disiplin kita sendiri. Anjuran untuk tetap di rumah saja, dan tidak berkerumu sudah sering kita dengarkan. Namun masih saja ada yang abai.
Semakin lama kita mengabaikan protokol kesehatan, maka semakin lama pula pandemi berlangsung. Dan kenyataan yang terjadi memang demikian. Sudah tiga bulan negeri ini berjuang melawan pandemi namun jumlah kasus per harinya masih tetap terjadi, bahkan semakin meningkat.
Semoga pandemi Covid-19 ini segera usai dan keadaan kembali normal. Â Pastikan kita patuh terhadap protokol kesehatan, agar tahun depan kita bisa berlebaran dan bersilaturahmi langsung dengan keluarga besar. Semoga pada lebaran tahun depan, opor ayam tidak lagi teraasa hambar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H