Mohon tunggu...
Daniel Mashudi
Daniel Mashudi Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer

https://samleinad.com E-mail: daniel.mashudi@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Solidaritas Negatif Geng Motor di Trilogi Film Dilan dan Milea

9 Mei 2020   21:23 Diperbarui: 9 Mei 2020   21:20 1029
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Falcon Pictures

Pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial. Ia tidak bisa hidup sendiri, sehingga memerlukan orang lain yang ada di sekitarnya. Ia akan hidup dalam kelompok yang ada di dalam lingkungan tersebut.

Ada kalanya anggota sebuah kelompok melakukan sesuatu hal bukan murni berasal dari motivasi dalam dirinya sendiri. Ia melakukannya karena solider dengan kelompok di mana ia bergabung. Jika tidak melakukannya, khawatir akan dicap tidak setia kawan atau tidak memiliki solidaritas.

Solidaritas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) artinya sifat solider, sifat satu rasa (senasib dan sebagainya), atau perasaan setia kawan. Solidaritas biasanya menjadi nilai yang kerap digunakan dalam sebuah kelompok, komunitas, atau organisasi.

Contoh positif dari solidaritas banyak dijumpai di masyarakat. Misalnya gotong-royong untuk mengerjakan sesuatu untuk kepentingan bersama. Contohnya kerja bakti membersihkan selokan, membuat gapura kampung, hingga penyemprotan disinfektan Covid-19.

Namun, solidaritas tak selamanya bersifat positif. Contohnya adalah solidaritas geng motor. Aksi yang dilakukan oleh geng motor kerap mengganggu masyarakat, seperti pekelahian, perampokan, dan sebagainya. Bahkan tak jarang aksi tersebut berujung pada hilangnya nyawa seseorang.

Dalam film, solidaritas negatif ini bisa kita saksikan pada trilogi Dilan dan Milea. Film-film dalam trilogi ini yaitu Dilan 1990, Dilan 1991, dan Milea: Suara dari Dilan. Ketiga film yang populer di kalangan  remaja ini diangkat dari novel karya Pidi Baiq. Pemain utamanya yaitu Iqbaal Ramadhan yang memerankan DIlan dan Vanesha Prescilla sebagai Milea.

Film Dilan 1990 berkisah tentang awal mula Dilan berkenalan dan berpacaran Milea. Film ini banyak menyuguhkan keceriaan dan kelucuan kisah cinta anak SMA. Rayuan gombal Dilan kepada Milea seperti "Rindu itu berat, kamu tidak akan kuat. Biar aku saja" menjadi hal yang akan diingat oleh penonton.

Film sekuelnya, Dilan 1991 mengisahkan konflik yang terjadi antara kedua remaja tersebut. Dilan 1991 menghadirkan suasana yang lebih tegang dari film sebelumnya, yang diwarnai adegan-adegan perselisihan antara Dilan dan Milea, hingga akhirnya hubungan mereka berakhir.

Penyebab putusnya hubungan tersebut yaitu Milea tidak setuju Dilan berada dalam geng motor. Diceritakan, ada salah satu anggota geng motor yang meninggal dunia akibat peristiwa pengeroyokan oleh geng motor lainnya.

Film ketiga Milea: Suara dari Dilan, pemirsa akan dibawa flashback kepada kedua film sebelumnya. Setelah hubungannya dengan Milea putus, Dilan melanjutkan kuliah di Yogya. Ayah Dilan dikisahkan meninggal dunia dan Milea datang ke pemakamannya. Dilan kemudian diterima magang di sebuah perusahaan di Jakarta. Acara reuni SMA di Bandung mempertemukan kembali Dilan-Milea, meski keduanya tak lagi punya hubungan yang istimewa.

Banyak penonton yang mungkin berandai-andai seperti saya. Seandainya saja Dilan tidak bergabung dalam geng motor, tentulah Milea tidak memutuskan hubungan mereka. Keduanya mungkin akan melanjutkan hubungan hingga ke pelaminan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun