Mohon tunggu...
Daniel Mashudi
Daniel Mashudi Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer

https://samleinad.com E-mail: daniel.mashudi@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Madu dan Racun dalam Sebuah Hoaks, serta Bagaimana Melawannya

26 Juli 2018   02:29 Diperbarui: 26 Juli 2018   20:47 580
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Internet dan Media Sosial di Indonesia

Di Indonesia, pengguna internet pada tahun 2017 mencapai 142 juta jiwa dengan penetrasi sebesar 54,69 persen dari total populasi (data APJII). Pengakses internet pada tahun lalu tumbuh 7,9% dari tahun sebelumnya dan tumbuh lebih dari 600% dalam 10 tahun terakhir. Jika kita mundur dua dekade yang lalu, maka jumlah pengguna internet di Indonesia pada 1998 baru mencapai 500 ribu saja. 

Pertumbuhan pengguna internet yang signifikan ini tak lepas dari pesatnya perkembangan teknologi dan meluasnya jangkauan layanan internet di tanah air. Selain itu, gawai atau telepon pintar yang semakin murah harganya memungkinkan masyarakat semakin mudah mengakses informasi di dunia maya.

Namun sayangnya keberadaan telepon pintar tersebut masih belum diimbangi dengan pengguna yang pintar pula dalam memanfaatkan media sosial. Saya melihat wajah media sosial di Indonesia sejak tahun 2012 tidak pernah sepi dari kegaduhan pertarungan politik, ideologi, hingga agama. Media sosial berubah menjadi ring tinju di mana masyarakat tidak hanya menonton, tetapi juga ikut bertarung di dalamnya.

Fenomena ini semakin diperparah oleh beberapa pihak yang memiliki kepentingan. Berbagai macam opini dan propaganda diproduksi, bahkan tak jarang berita atau informasi yang salah atau palsu (hoaks) hadir di dalamnya. Pihak-pihak tersebut mengambil keuntungan dengan menghadirkan hoaks. Jika pada masa-masa lalu hoaks bisa terjadi karena salah tulis, maka saat ini hoaks malah sengaja diproduksi. Hoaks seakan menjadi madu sekaligus racun di media sosial kita.

Fenomena hoaks di media sosial muncul karena setiap orang memiliki kesempatan yang sama dalam menyebarkan sebuah informasi. Jika sebelum era digital dimulai, penyedia informasi menjadi milik industri media. Namun kini setiap orang bisa menjadi sumber berita, sekaligus memproduksi dan menyebarkannya.


Peran Masyarakat dan Pemerintah Melawan Hoaks

Maraknya hoaks perlu segera dilawan keberadaannya. Masyarakat dan pemerintah memiliki peran masing-masing untuk melawan hoaks. Sudah saatnya informasi yang hadir di media sosial adalah informasi yang bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Sebagai masyarakat, penting untuk melakukan klarifikasi terhadap setiap informasi yang diterima. Apabila informasi tersebut masih diragukan kebenarannya, janganlah menyebarkan keragu-raguan tersebut. Lakukan klarifikasi yaitu dengan menanyakannya kepada sang pemberi informasi, atau kepada pihak yang terkait dengan informasi tersebut.

Bahkan terhadap hoaks yang mengatasnamakan agama yang bersliweran di media sosial, klarifikasi atau tabayyun tetap diperlukan untuk mengindari dampak buruknya. Dampak buruk hoaks atau berita palsu jauh sebelumnya sudah terjadi dalam sejarah perkembangan Islam.

Dampak buruk dari berita palsu pernah terjadi di masa Usman bin Affan, serta Ali bin Abi Thalib. Usman bin Affan harus mengakhiri kepemimpinannya secara tragis. Sementara Ali bin Abi Thalib ditikam dengan pedang saat melaksanakan shalat subuh. Yang memprihatinkan, pembunuh Ali merupakan seorang muslim.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun