Mohon tunggu...
Daniel Mashudi
Daniel Mashudi Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer

https://samleinad.com E-mail: daniel.mashudi@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Berlari dan Berwisata di Mandiri Jogja Marathon

16 April 2018   16:50 Diperbarui: 16 April 2018   16:54 1453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. group WA Kompasianer Jogja

Dari Prambanan, peserta lari kemudian keluar menuju jalan-jalan perkampungan yang lebarnya hanya sekitar 5 meter. Sempitnya jalur ini membuat jalur cukup padat dan hanya bisa menampung 3-4 pelari dalam posisi sejajar atau berdampingan. Perlu kewaspadaan terhadap kondisi rute yang tidak rata, ditambah beberapa tempat yang penerangannya kurang.

Delapan kilometer pertama terhitung cukup mudah untuk saya tempuh. Namun mulai KM 8 hingga KM 18, jalur mulai menanjak. Berlari dan berjalan kaki menjadi cara yang saya pilih untuk menghemat tenaga sepanjang 10 kilometer tersebut. Kondisi yang masih pagi dengan suhu yang belum panas sangat membantu kenyamanan berlari.

Sambutan warga yang memberikan suntikan semangat kepada pelari perlu diapresiasi. Di KM 10 di Dukuh Sempu, Sleman penduduk setempat memberikan sambutan dengan pertunjukan budaya berupa atraksi gamelan Jawa. Sebuah pertunjukan yang menarik dan bisa memberikan semangat bagi pelari lambat seperti saya yang berjuang melawan jalur mendaki.

dok. pribadi
dok. pribadi
Selain melewati perkampungan, jalur lomba juga melintasi persawahan. Suasana khas yang menawarkan keindahan kebanyakan pedesaan di Indonesia, menjadi hiburan bagi peserta lomba. Kami terus berlari ke arah utara dan di depan sana terlihat Merapi yang begitu tenang dan perkasa. 

Jalur mendaki sepanjang 10 kilometer cukup melelahkan. Otot-otot paha dipaksa bekerja lebih berat untuk melewatinya. Beruntung saya tidak mengalami masalah serius pada kaki, meskipun rasa pegal harus saya alami lebih awal dibandingkan saat mengikuti marathon lain yang mengambil jalur jalan raya perkotaan yang relatif datar. Beberapa peserta terlihat mengalami kram pada otot kaki. Peserta lain atau tim medis secara sigap memberikan pertolongan. 

Selepas KM 18, jalur berbelok ke arah  timur dan selatan. Jika sebelumnya melewati jalanan mendaki, kini berubah menurun. Jalur menurun memang lebih ringan ditempuh, namun otot lutut dan pergelangan kaki perlu bekerja lebih untuk menahan berat badan. Dengan kondisi jalur sebelumnya yang sudah menguras stamina, saya tetap memilih cara berlari dan berjalan untuk melanjutkan lomba.

dok. pribadi
dok. pribadi
Separuh lomba mampu saya lewati, namun catatan waktu cukup mengkhawatirkan. Jarak 21 kilometer yang biasanya bisa saya tempuh dalam 2 jam 40 menit hingga 2 jam 50 menit, kali ini harus memakan waktu hampir 3,5 jam. Peluang untuk bisa menyelesaikan lomba dalam waktu 7 jam masih terbuka bagi saya.

Kelelahan otot pada bagian paha dan pergelangan kaki membuat saya beberapa kali berhenti untuk melakukan peregangan. Sempat saya minta bantuan tim medis memberikan es batu untuk mengompres kedua paha saya, sehingga saya bisa melanjutkan lari. Sebuah pos medis di KM 26 menjadi perhentian saya berikutnya.

dok. pribadi
dok. pribadi
Petugas medis membantu saya meregangkan otot kaki. Namun ketika telapak kaki saya ditekuk ke arah dalam, saya merasa sakit sekali. Atas masukan dari tim medis, saya memutuskan berhenti lomba di KM 26 dalam waktu 4 jam 20-an menit. Saya mengalami masalah pada ligamen, dan dikhawatirkan bisa terjadi kondisi yang lebih parah bila terus memaksakan diri sampai garis finish.

Keputusan ini membuat saya tidak bisa menyaksikan keindahan jalur lomba berikutnya dengan pemandangan beberapa candi. Keindahan tersebut memang baru bisa dilihat setelah KM 30 ke atas. Ya sudahlah, saya belum beruntung. Semoga masih ada kesempatan bagi saya untuk mengulang lagi tahun depan.

dok. group WA Kompasianer Jogja
dok. group WA Kompasianer Jogja
Dari posko medis di KM 26, saya dan peserta lomba lainnya yang tidak bisa melanjutkan lomba diantar kembali oleh panitia ke race central di Prambanan. Pukul 10 pagi saya sudah berada di Prambanan, menyaksikan peserta lain yang sudah menyelesaikan lomba sedang berfoto-foto sambil membawa medali penamat. Pukul 10.30, rekan kompasianer lain berkumpul kembali ke tenda media. Sebelum berpisah pada pukul 11, kami berfoto bersama dengan latar belakang Candi Prambanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun