Indonesia memiliki ribuan pulau dan garis pantai yang begitu panjang. Pantainya yang elok dengan jajaran pohon kelapa bak lukisan indah mahakarya Sang Pencipta, selalu menjadi sumber inspirasi bagi siapa saja yang melihatnya. Entah apa jadinya sehampar pantai tanpa lambai-lambai pohon kelapa, bisa jadi para pujangga akan kehilangan kata karenanya.
Tumbuhan berbatang tunggal dengan nama ilmiah Cocos nucifera ini memang serbaguna. Buah kelapa adalah bagian yang paling banyak dimanfaatkan. Daging dan air kelapa muda menjadi pelengkap  hidangan yang harus ada saat berlibur ke pantai. Batok dan serabutnya bisa dimanfaatkan untuk pembuatan alat-alat rumah tangga.
Seiring perkembangan zaman, serabut kelapa tak lagi dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat. Saat ini serabut kelapa identik dengan sampah dan dianggap tak berguna. Namun pandangan remeh mengenai serabut kelapa ini sirna ketika saya berkunjung ke Maluk, Kabupaten Sumbawa Barat saat mengikuti Sustainable Mining Bootcamp bersama PT Newmont Nusa Tenggara (PT NNT).
Di salah satu tempat di Maluk, peserta bootcamp berkunjung ke tempat pembuatan jaring dari serabut kelapa (atau disebut coconet) milik PT Ridho Bersama. Coconet ini nantinya akan dibeli oleh PT NNT dan dipakai untuk kegiatan reklamasi lahan tambang. Coconet ini digunakan untuk mencegah longsor dan juga tempat melekatnya bibit tanaman pada tahap hydroseeding. Coconet akan selamanya terpasang di lahan reklamasi karena bersifat menyerap air dan akan menyatu dengan tanah. Selengkapnya mengenai reklamasi tambang, bisa dibaca di sini.
Alat sederhana untuk pembuatan coconet
Sebelumnya kebutuhan coconet untuk reklamasi PT NNT didatangkan dari daerah lain seperti Bogor. Namun karena potensi bahan baku yang cukup melimpah di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB), maka saat ini pembuatannya dilakukan di KSB. Masyarakat setempat yang didominasi oleh ibu-ibu rumah tangga terserap dalam kegiatan pembuatan coconet ini, sehingga ikut meningkatkan pendapatan keluarga.
Peralatan yang dipakai dalam pembuatan coconet cukup sederhana, berupa semacam meja atau tatakan yang di atasnya terdapat poros-poros besi. Pada ujung poros besi ini terdapat semacam kait sebagai tempat untuk mengaitkan serabut kelapa untuk dipilin menjadi tali. Roda gigi dan rantai akan menghubungkan poros-poros besi tersebut satu dengan lainnya. Salah satu poros akan terhubung melalui sabuk menuju motor penggerak.
Untuk membuat coconet, pertama kali serabut kelapa dikaitkan pada kait yang terletak pada ujung poros. Sementara poros berputar, perajin harus terus menyambung serabut kelapa sambil bergerak mundur menjauhi poros. Putaran poros ini akan memilin serabut kelapa hingga menjadi seutas tali. Dan di bagian lain, tali-tali tersebut akan dianyam menjadi jaring.
Kunjungan singkat ke PT Ridho Bersama ini cukup membuka pandangan saya mengenai pentingnya memanfaatkan sumber daya yang ada di sekitar kita. Tak lebih dari 30 menit, kami pun meninggalkan tempat pembuatan coconet ini. Sebuah senyum manis seorang anak menjadi kenangan tak terlupakan siang hari itu.