Kegiatan manusia pada zaman sekarang sudah bertransformasi ke arah digital. Aktivitas ini meliputi profesi atau pekerjaan yang bertransformasi juga ke arah digital. Salah satu profesi yang mengalami transformasi adalah public relations (PR) atau hubungan masyarakat (humas) . Transformasi ini mengubah cara praktik dalam kehumasan. Dahulu, praktisi humas sangat mengandalkan media seperti koran, TV, dan radio. Menurut Dosen Institut Ilmu Sosial dan Manajemen STIAMI, Saktisyahputra, S.I.Kom., M.I.Kom, dalam artikelnya membagi proses perubahan cara kerja humas ke dalam lima proses yaitu:
1. Public Relations 1.0
Pada era ini, praktisi PR menjalankan tugasnya dengan cara tradisional. TV, radio, dan media koran menjadi sumber utama praktisi PR dalam mencari informasi dan melakukan pengawasan secara manual. PR pada zaman ini lebih menggambarkan PR sebagai broadcaster karena PR 1.0 merepresentasikan komunikasi satu arah atau satu sumber informasi terhadap audiens yang banyak.
2. Public Relations 2.0
Era ini merupakan kelahiran dari media online. PR 2.0 Merepresentasikan komunikasi yang berasal dari banyak sumber kepada banyak audiens dan menjadikan profesi PR sebagai penghubung. Munculnya media-media online serta perubahan media cetak ke media digital juga ada pada era ini. Hal ini menandakan mulai terjadinya perubahan penggunaan media.
3. Public Relations 3.0
PR 3.0 adalah era di mana media sosial banyak digemari, digunakan, dan menjadi media yang dipercayai oleh masyarakat atau publik. Pada era ini, muncul beberapa aktivitas, seperti jurnalis warga, jurnalis perusahaan, hingga jurnalis karyawan. Era ini menandakan perubahan secara signifikan dari media cetak ke media digital dan juga publik yang memiliki peran dalam menggunakan media sosial. Perubahan tersebut membuat  bukan hanya wartawan saja yang dapat membuat sebuah berita, melainkan juga semua orang dapat membuat informasi melalui platform media sosial, seperti Facebook, Instagram, YouTube, Twitter atau X, hingga blog pribadi. Hal ini membuat peran PR pun berubah tidak hanya sebagai pengawasan media online atau offline, tetapi juga media sosial. Informasi dapat dengan mudah dibuat di media sosial sehingga penting bagi PR untuk memantaunya.
4. Public Relations 4.0
Era ini adalah kemunculan artificial intelligence (AI) dan big data yang di mana ini merupakan era yang sekarang kita hadapi. Jelas adanya AI memudahkan beberapa aktivitas PR. Pada saat ini, AI dapat dengan sendirinya menjalankan beberapa aktivitas PR, contohnya menulis artikel. Hadirnya beberapa tools AI dapat digunakan untuk menjalankan fungsi PR, seperti penyebaran press release ke media, mengidentifikasikan buzzer, serta menganalisis sentimen positif dan negatif pada suatu konten. Selain itu, hadirnya perangkat AI juga banyak digunakan untuk pengolahan audio, konten digital, dan data analitik.
Saya merupakan mahasiswa ilmu komunikasi yang mengambil peminatan Public Relations. Pada kesempatan saya berkuliah, kami satu kelas berdiskusi mengenai apakah AI dapat menggantikan pekerjaan. Kami berdiskusi bersama dosen pengampu, yaitu Ibu Marshelia Gloria Narida, S.S., M.A. Beliau mengatakan bahwa AI memiliki kekurangan yang tidak bisa diciptakan, yaitu hati atau perasaan. Beliau juga menjelaskan bahwa praktik kerja PR memerlukan kedekatan secara personal atau emosional terhadap pihak-pihak yang terkait. AI dapat dijadikan tools atau perangkat untuk para praktik PR dalam menjalankan tugasnya menjadi jauh lebih efisien. Ini membuat saya yakin untuk tetap menekuni PR di era yang semuanya hampir tersedia oleh teknologi.