Mohon tunggu...
daniel lopulalan
daniel lopulalan Mohon Tunggu... Penulis - Student of life

Belajar berbagi. Belajar untuk terus belajar.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Artikel Utama

Mal Kekinian: Sentuhan Tematik, Teknologi dan Harga Terjangkau

11 Agustus 2023   23:00 Diperbarui: 12 Agustus 2023   19:29 748
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keberadaan mal saat ini banyak menimbulkan pertanyaan. Apakah mal masih diperlukan? Sebagai tempat mengumpulkan pembeli, fungsi mal mirip pasar. Pembeli tidak perlu ke tempat yang terpisah, cukup datang ke pasar, kebutuhannya akan terpenuhi. 

Secara lebih spesifik, pasar sering disebut berdasarkan fokus produk yang ditawarkan, seperti, pasar ikan, pasar buah , pasar barang bekas. Itu untuk lebih menjelaskan barang apa yang dijual di pasar tersebut.

Demikian juga dengan mal. Pada dasarnya mal menjual berbagai rupa produk. Berbeda dengan pasar, mal dibedakan berdasarkan segmentasinya. Ada mungkin mall untuk level high end seperti di Grand Indonesia atau Pondok Indah Mall, dan mall level biasa untuk mal yang lebih kecil seperti Arion Mall atau Serpong Mall.

Beberapa dekade lalu, mal memang menjadi tempat untuk berkumpul. Tidak jarang mal juga ditempatkan bersamaan dengan bioskop atau wahana bermain indoor sehingga sekaligus juga menjadi tempat tujuan refreshing sekeluarga sekaligus berbelanja.

Faktor Covid 19 jelas memukul sektor retail. Sehingga untuk jangka waktu hampir 2 tahun setiap orang menjadi tidak antusias untuk pergi ke mal karena pembatasan berinteraksi selama pandemi. 

Setelah pandemi, pengusaha mal harus bangkit, seperti juga usaha lainnya yang rata rata berada di sektor retail, untuk kembali menghadirkan orang di mal untuk berbelanja.

Vilagio Mall, Qatar (Source : Mediago/Tripadvisor.co.id)
Vilagio Mall, Qatar (Source : Mediago/Tripadvisor.co.id)

Namun saat ini sepertinya ada kecenderungan yang berbeda. Orang memiliki pilihan untuk berbelanja diluar dari berbelanja di mal. 

Maraknya belanja online tidak pelak lagi membuat orang menjadi lebih selektif untuk berbelanja di mal. Seringkali mal didatangi hanya untuk membandingkan harga. Lalu, kalau masalahnya ada pada keberadaan belanja online, semestinya semua mal akan menjadi tempat yang sepi. Namun kenapa ada mal yang masih ramai?

Lalu apa yang membuat saya, sebagai orang yang ingin belanja, lebih memilih mal ini, daripada mal itu?

Yang pertama tentu saja tujuan saya untuk berbelanja hari itu untuk membeli apa? Saya bisa ke mal tertentu untuk membeli pakaian karena pilihannya dan harganya kompetitif, tapi untuk membeli sepatu saya akan memilih mal lain karena tahu ada toko yang menjual sepatu sesuai kriteria saya.

Artinya saya sudah punya mapping setiap mal punya kekuatan apa. Dari mapping itu saya akan menyusun tujuan berbelanja saya. Hal yang sama juga berlaku untuk food court atau bioskop yang biasa ada di mal. Saya akan ke mal tertentu yang food court atau bioskopnya sesuai kriteria saya. 

Jadi tips pertama, kalau mau mal ramai lagi, fokus aja pada 1 tema tertentu. Sepatu atau pakaian atau makanan. Fokus saja. Nanti bisnis yang lain akan mengikuti setelah pelanggan berdatangan. Sudah bukan jamannya menyediakan semua hal, karena orang menjadi bingung karena sulit melihat kelebihan tempat tersebut.

Hal yang juga penting bagi kebanyakan masyarakat Indonesia tentu harga barangnya terjangkau. Pelaku bisnis retail tentu paham bahwa ada harga psikologis untuk membeli sebuah barang. Sehingga bila pengelolanya cukup cerdik, maka pengelola tersebut akan menyediakan beberapa tenant yang menjual barang dengan harga yang terjangkau. Ini akan memberikan kunjungan sehingga toko lain dengan harga lebih tinggi akan mendapatkan juga pengunjungnya. 

Saya ingat ada sebuah tempat belanja di Tanah Abang yang menggratiskan biaya sewa toko untuk 1 tahun. Strategi ini membuat toko disana dapat menjual barangnya dengan harga cukup bersaing dibandingkan tempat lain. Strategi ini terbukti ampuh mendatangkan pembeli, baru setelah 1 tahun, harga sewa dinaikkan secara bertahap. 

Jadi tips kedua, kalau mau mal ramai lagi, jual produk dengan harga yang terjangkau. Bagaimana caranya? Strategi pemilik mal untuk menentukan harga sewa tempat tentu sangat penting. Kenapa begitu? Karena harga sewa bisa berkontribusi signifikan terhadap harga barang. 

Bagaimana bila jarak mal dengan rumah kita cukup jauh, apakah itu akan menurunkan hasrat kita untuk berbelanja?

Saya ingat, sering ke mal kecil dekat Pasar Baru di Jakarta. Mal ini terkenal karena biasa berjualan kamera dengan harga yang bersaing. Kamera yang dijual pun beragam, mulai dari kamera lama sampai dengan kamera baru. Tempat service-nya pun banyak, lengkap dengan support spare parts kamera dari beberapa merk.  

Kenapa mal ini ramai, padahal tempatnya, maaf yaagak tua dan kurang terawat? Tambahan, lokasinya berada di tengah kota Jakarta yang juga macet pada hari Sabtu dan Minggu? 

Jawabannya karena banyak tempat disana juga memiliki toko secara online di website. Dari sana, orang bisa melihat lihat dan bertanya ke pemilik toko apa yang orang itu butuhkan. Orang juga bisa melihat review customer yang sudah pernah bertransaksi sebelumnya. Bila sudah yakin dengan harga dan pelayanannya, baru calon customer akan datang ke mal tersebut.

Jadi tips ketiga, kalau mau mal itu ramai, gabungkan strategi offline dan online. Jadikan mal bersentuhan dengan teknologi yang bisa diakses calon customer melalui gadget mereka sebelum datang kesana, buat pembeliannya bisa secara daring. Gabungkan promo online dan offline. Buat review customer sebaik mungkin.

Saya yakin dengan mal yang tematik, harga yang bersaing dan sentuhan teknologi, akan membuat mal ramai lagi. 

Sukses selalu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun