Mohon tunggu...
daniel lopulalan
daniel lopulalan Mohon Tunggu... Penulis - Student of life

Belajar berbagi. Belajar untuk terus belajar.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Modal Nekat Ternyata Bisa Kok Jadi Guru

21 September 2020   21:32 Diperbarui: 21 September 2020   21:29 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Image credit: iStock/Kerkez) /Teachlearning.com

Saat ini kami punya PR besar untuk membantu putri bungsu kami yang masih duduk di kelas 1 SD untuk belajar membaca dan menulis. Banyak hal yang menjadi tantangan, namun kami banyak terbantu oleh putri kami yang terbiasa, setelah dibiasakan berulang ulang tentunya, untuk memulai belajar membaca setelah makan malam, sekitar jam 8 sampai jam 9.00, sehingga proses belajar menjadi lebih lancar karena keinginan belajar sudah dimulai dari anak itu sendiri.

Rumah kita pada dasarnya adalah sama baiknya dengan ruang kelas formal yang pernah ada di sekolah. Aturan yang digariskan di rumah berasal dari kebiasaan orang tua yang ditiru oleh anaknya. Sehingga jika orang tua ingin menjadi guru yang baik, tentulah mesti dimulai dari mengkritisi sendiri kebiasaan yang sering dilakukan orang tua di rumah. 

Kalaupun kebiasaan orang tua sudah baik, perlu konsistensi untuk menjalankannya berulang ulang sehingga mudah diadaptasi oleh si anak.

PROPORSIONAL

Hal lain yang kami rasa menantang adalah menempatkan fungsi guru dan fungsi orang tua secara proporsional. Apa maksudnya ? Fungsi  guru sebagai pengajar, penuh target pengajaran. Sedangkan fungsi orang tua lebih pada  kedekatan personal dan pengembangan pribadi si anak.

Menjadi kewajiban dari orang tua untuk menyesuaikan pendidikan di rumah selaras dengan kepribadian, kelebihan dan kekurangan setiap anak dan bukan mengontrolnya supaya sesuai dengan kemauan orangtua.  Genie Price dalam artikelnya, The Importance of Parents as First Teacher, menjelaskan bahwa penting untuk menjadi orangtua yang responsif (responsive parenting) dan bukan orangtua yang mengontrol respons anak (controlling respons). 

Yang bisa dilakukan oleh orang tua adalah mendampingi. Anak ketiga yang belajar membaca, memang harus didampingi supaya bisa membaca. Anak Kedua yang sudah lebih mandiri, lebih pada melakukan diskusi supaya ide ide originalnya bisa keluar.

Hasil dari proses belajar anak bersama orang tua juga mesti disyukuri. Tidak harus anak mendapat nilai seratus baru kita puji. Semua usaha anak perlu diapresiasi. Karena dalam konteks saat ini, pujian ke anak adalah juga pujian ke kita sebagai gurunya.

PESAN MORAL

Dalam banyak hal, bahan pelajaran di sekolah sudah banyak tersedia di Google maupun Youtube. Sehingga bila kendalanya adalah sekedar knowledge, atau materi pelajaran,  anak bisa langsung mencarinya sendiri. 

Bila tidak tahu, anak bisa mengulang lagi membaca atau mencari di kanal yang lain. Sangat mudah. Dalam hal ini, anak kita sudah tahu sendiri. Tidak usah diajari oleh orang tuanya yang lebih gaptek. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun