Sama seperti nasib bungaku waktu itu, hari ini nasib hatiku juga tidak dianggap. Pada akhirnya semua harus bertumpu pada lututnya masing-masing. Cerita dan curhatan antar sahabat hanyalah kelegaan sementara yang berujung duka pula. Tidak ada hubungan tulus di dunia ini jika yang menjalankan masih sesama manusia.
Maksud dan tujuan tersurat atau tersirat pasti ada. Sederhana hingga rumit, semua terjadi dalam tujuan tersendiri dari tiap-tiap hubungan. Mungkin aku tidak dianggap karena begitu merepotkan baginya. Mungkin juga aku sudah tidak berguna baginya.
Mungkin pula aku sudah tidak bisa memberi apa-apa padanya. Hari ini aku mendapat sebuah kalimat dari seseorang yang katanya teman. Dia berkata “Merawat angin mesti merelakannya”.
Tentu secara sadar aku menolak pemilihan kata merawat. Bagiku angin tidak perlu dirawat, biarkan saja dia datang dan pergi, merusak semaunya dan berlagak sejuk sesukanya. Angin jika dirawat hanya akan menambah luka dan akumulasi dendam. Kamu angin itu?
Selamat Nadia sudah membanggakan Indonesia! Hari ini aku menonton grand final Miss Face of Humanity. Nadia keren sekali, sangat berbobot tindakannya. Tidak seperti peserta kompetisi serupa pada umumnya, Nadia nampak sangat tulus dan benar-benar terjun langsung.
Bukan hanya program bulanan untuk mampang di media sosial. Baju putih Nadia lucu sekali, cantik dan cocok untuknya. Terlepas dari itu semua, hari ini melelahkan sama seperti sebelum-sebelumnya.
Aku pusing dan lengan kiriku sangat sakit. Aku kurang tahu penyebabnya apa. Mungkin cidera lama kambuh kembali. Bisa jadi kondisi fisikku menyesuaikan kondisi hatiku. Ah ada-ada saja, jangan mengkhayal. Ini hujan kok awet ya? Seperti rasa khawatir dan takut saja.
By the way, mari kita kembali ke topik obrolan awal. Tidak dianggap sebenarnya tidak masalah jika tidak ada benih rasa diantara pihak-pihak terlibat. Mungkin juga tidak akan jadi masalah jika hubungan sudah buruk sejak awal. Lain cerita dengan ceritaku, kejadian yang menimpaku sangatlah aneh bin ajaib.
Aku memulai semua baik-baik saja. Aku tidak membuat kesalahan yang berarti. Tiba-tiba saja maki dan penolakan terlontar dan begitu saja terjadi. Pihak mana yang salah dan harus bertanggungjawab? Tentu tidak ada.
Rasa tidak dianggap akibat penolakan ini timbul karena ekspektasiku terhadap dirinya. Jadi aku salah, aku jangan lagi berekspektasi pada manusia. Ups angin. Jangan berekspektasi pada angin.