Mohon tunggu...
Daniel Iman Jumanta
Daniel Iman Jumanta Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi membaca dan mulai lagi menulis. Penggemar sepakbola dan film

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pengalaman Mengubah Hidup

12 September 2024   19:41 Diperbarui: 12 September 2024   19:49 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seingatku, dalam pikiranku tidak pernah terlintas sama sekali untuk bisa secara langsung ikut Misa dengan Bapa Paus langsung di Indonesia. Keinginan untuk ikut Misa secara langsung di Vatikan beberapa kali terlintas. Tapi aku rasa itu masih jauh, karena aku masih seorang mahasiswa, belum mendapatkan pendapatan sendiri. Seingatku juga aku belum lama mengetahui tentang kunjungan Bapa Paus sebelumnya ke Indonesia, yaitu Paus St, Yohanes Paulus II. Aku tahu dari Ibu dan Ayahku bahwa warga gereja dimana aku tinggal pernah mengikuti Misa bersama Paus St. Yohanes Paulus II pada tahun 1989. Salah satu anggota keluargaku yang mengikutinya adalah adik dari nenekku (Aku memanggilnya "Nin"). Saat mengetahui hal itu, aku merasa agak terkejut dan sedikit tidak percaya.

Kemudian tanggal 5 September 2024, sesuatu yang tidak pernah terlintas dalam pikiranku ternyata bisa aku alami sendiri. Aku bisa mengikuti Misa Suci bersama Bapa Paus, yaitu Paus Fransiskus di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta. Aku berangkat bersama rombongan dari Paroki St. Fransiskus Xaverius, Dayehkolot. Ayahku dan beberapa saudaraku juga ikut rombongan ini. Saat beberapa hari lagi menuju hari h, terutama h-1, di malam hari, aku merasa seperti seorang anak kecil yang keesokan harinya akan mengikuti karyawisata. Pikiranku saat akan tidur sudah terbayang-bayang bagaimana akan suasana di hari esok. Aku pun tidak bisa langsung tidur pada malam itu.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Aku merasa sangat antusias karena aku merasa bahwa ini bisa jadi merupakan pengalaman satu kali seumur hidup aku bisa mengikuti Misa Suci bersama Bapa Paus di Indonesia. Aku tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang ada. Walaupun pengalaman ini bisa jadi merupakan pengalaman satu kali seumur hidup, tetapi teladan yang ditunjukkan Paus Fransiskus selama di Indonesia bisa menjadi pelajaran yang bisa selalu diingat sepanjang hidup.

Teladan yang sangat terlihat dan sangat menamparku adalah teladan kesederhanaan dan kerendahan hati yang ditunjukkan oleh Paus Fransiskus selama di Indonesia. Paus Fransiskus memilih menggunakan mobil yang biasa dipakai oleh warga Indonesia, yaitu Toyota Innova Zenix, bukan mobil mewah yang biasa digunakan tokoh penting kebanyakan. Paus Fransiskus juga ketahuan menggunakan jam tangan bukan yang mewah, menurut berbagai video yang ada katanya jam itu harganya hanya kisaran 200 ribu sampai 1 juta rupiah. Paus Fransiskus juga memilih tinggal di Kedubes Vatikan yang ada di Jakarta, bukan di hotel mewah. Aku sebagai orang muda di tengah zaman dimana kemewahan menjadi target kebahagiaan ini menjadi tertampar. Aku sendiri merasa bahwa aku sering ingin mendapatkan sesuatu yang mewah karena ingin terlihat keren dan disegani orang lain. Misalnya soal pakaian, makanan, dan lain-lain. Kalau dipikir-pikir lagi, makanan murah di warung biasa dengan makanan mahal di caf atau restoran sama saja makanan yang fungsinya menghilangkan lapar. Lalu kenapa aku harus memilih makanan mahal jika fungisnya sama saja? Aku bisa menggunakan uang sisanya untuk kebutuhan yang lain. Aku juga merasa bahwa aku sendiri terkadang tidak menjadi orang yang rendah hati. Aku terkadang sombong dan bersikap berbeda kepada orang lain karena pencapaianku. Atau karena aku merasa bahwa orang lain "lebih rendah" atau "berbeda" denganku.

Pengalaman bisa mengikuti Misa Suci yang dipimping langsung oleh Paus Fransiskus ini menjadi pengalaman yang mengubah hidup. Aku harus bisa menjadi pribadi yang sederhana, dengan menggunakan hal-hal duniawi secara bijak dan sesuai dengan fungsinya, lebih bagus jika itu bisa digunakan untukku untuk dekat dengan Allah dan makin mengasihi sesama. Aku juga harus bisa menjadi pribadi yang rendah hati, menjadi pribadi yang memperlakukan semua orang dengan baik bagaimanapun sifat dan keadaannya, menjadi pribadi yang tidak sombong karena merasa diri lebih unggul dari orang lain. Terima kasih Tuhan atas pengalaman yang indah ini. Terima kasih juga Paus Fransiskus atas teladan baiknya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun