Mulai dari tanggal 17 Juli 2023, yaitu minggu lalu, tahun ajaran baru pun dimulai. Mulai dari tingkat TK sampai dengan SMA, siswa siswi lama mulai kembali lagi bersekolah, sementara itu yang baru masuk ke jenjang yang lebih tinggi memulai tahun ajaran baru dengan mengikuti masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS). Tentunya dengan memulai kembali bersekolah, orang tua selalu menaruh harapan kepada anaknya agar bisa belajar dengan giat dan baik agar mendapatkan ilmu yang berguna untuk masa depannya nanti. Orang tua juga menaruh harapan kepada seluruh elemen yang ada di pihak sekolah agar bisa menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran yang berkualitas. Utamanya harapan yang paling besar diletakkan kepada guru agar bisa mendidik dan mengajar anak-anak dengan sepenuh hati sehingga anak-anak bisa menyerap ilmu yang ada dengan baik dan perilakunya bisa berkembang menjadi baik sesuai dengan usianya masing-masing.
Banyak orang tua yang masih cukup sadar bahwa keberhasilan akademik anak juga masih merupakan tanggung jawabnya. Orang tua seperti ini akan dengan tanpa lelah selalu mengawasi dan menanyakan bagaimana proses belajar dan segala dinamika yang ada di sekolah dengan cara bertanya langsung kepada anaknya. Mulai dari bertanya bagaimana tadi di sekolah? Apakah ada PR? dan pertanyaan-pertanyaan lainnya.Â
Jika anaknya mengalami kesulitan, orang tua yang bertanggung jawab akan membantu anak mereka sebisa mereka semaksimal mungkin atau bisa juga dengan cara mengusulkan kepada anaknya untuk belajar bersama dengan temannya yang satu tingkat. Kalaupun memang tidak bisa sama sekali, di zaman seperti ini, penggunaan browser google atau semacamnya bisa membantu untuk membantu anak mereka dalam proses belajar. Pada intinya, orang tua yang bertanggung jawab akan selalu mencari cara agar bisa selalu membantu dan juga mengawasi perkembangan akademik anak mereka.
Sayangnya, tidak semua orang tua sadar akan hal ini. Tidak dapat disangkal bahwa ternyata ada orang tua yang kurang bertanggung jawab di dalam proses pengawasan perkembangan akademik anak di sekolah. Kita juga tidak boleh menyalahkan orang tua yang seperti ini karena ada alasan yang cukup kompleks yang melatarbelakangi orang tua sehingga bersikap seperti itu. Tetapi dari sini bisa kita ambil suatu pelajaran berharga. Bahwa sebenarnya kapanpun dan dalam keadaan apapun, orang tua bertanggung jawab penuh terhadap perkembangan akademik maupun sikap anak. Memang di waktu tertentu, yaitu di jam belajar di sekolah, proses itu ada di bawah tanggung jawab guru, tetapi di luar itu adalah tanggung jawab penuh dari orang tua. Orang tua tidak bisa melepas begitu saja perkembangan akademik dan sikap anaknya sendiri kepada sekolah melalui guru.
Proses pendidikan merupakan sebuah proses yang kompleks dimana faktor-faktor psikologis, fisik dan mental memberikan pengaruh yang signifikan bagi keberhasilan pendidikan anak. Orang tua bisa menjadi orang yang membuat keadaan psikologis, fisik dan mental anak selalu berada dalam kondisi yang baik sehingga anak bisa bersekolah dengan nyaman. Orang tua menjadi tempat pertama dan utama bagi anak.Â
Anak lebih banyak menghabiskan waktunya dengan orang tuanya dan anak juga kemungkinan besar lebih bisa menyampaikan keluh kesahnya kepada orang tua. Hal ini menyebabkan orang tua haruslah bisa menjadi tempat ternyaman bagi anak. Anak harus bisa merasa dilindungi dan disayangi oleh orang tua dan juga anggota keluarga yang lain. Salah satu cara untuk menyampaikan kasih sayang adalah tadi dengan bertanggung jawab terhadap perkembangan akademik dan sikap anak dengan cara mengawasi dan membantu anak.Â
Menurut Ki Hadjar Dewantara, pendidikan memiliki tiga pusat atau biasa disebut tri pusat pendidikan yaitu sekolah, keluarga, dan masyarakat (alam pemuda). Keluarga melalui orang tua merupakan bagian atau pusat yang penting dalam proses pendidikan. Sudah seharusnya para orang tua memiliki kesadaran bahwa mereka juga merupakan pusat dari proses pendidikan. Mereka mempunyai pengaruh yang besar bagi keberhasilan anak dalam proses pendidikan. Lebih jauh lagi, bila proses pendidikan berhasil akan menghasilkan anak sebagai manusia yang seutuhnya, yaitu yang bisa taat kepada Tuhan Yang Maha Esa, bisa mengaktualisasikan segala potensi dan kemampuannya sehingga bisa membawa manfaat, baik itu bagi dirinya sendiri maupun bagi keluarga dan masyarakat luas. Tidak lupa juga orang tua harus bisa satu jalur, selaras dengan pusat pendidikan yang lain, yaitu sekolah dan juga masyarakat.Â
Mendukung kegiatan-kegiatan sekolah yang dirasa bermanfaat dan ikut mengawasi kinerja para penyelenggara pendidikan di sekolah agar menciptakan proses pendidikan yang baik, mendukung program-program di masyarakat seperti karang taruna, RT/RW yang dirasa bermanfaat bisa menjadi contoh yang bisa dilakukan agar semua pusat pendidikan bisa selaras dalam proses pendidikan bagi anak karena sejatinya proses pendidikan tidak hanya terjadi di sekolah, tetapi juga di luar sekolah. Kegiatan belajar juga tidak hanya wajib dilakukan saat di bangku sekolah, tetapi terus menerus sepanjang hayat.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H