Mohon tunggu...
Daniel H.T.
Daniel H.T. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Bukan siapa-siapa, yang hanya menyalurkan aspirasinya. Twitter @danielht2009

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

“Tulah Kesebelas”: “Exodus: Gods and Kings” Gagal !

25 Desember 2014   04:56 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:30 2312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_343220" align="aligncenter" width="600" caption="Film yang sangat megah dengan teknologi CGI yang tinggi dari Exodus: Gods and Kings (sumber: Collider.com)"][/caption]

Ridley Scott adalah salah satu sutradara besar Hollywood yang telah membuat banyak film sangat sukses, sebut saja di antaranya Alien (1979), Gladiator (2000), dan Prometheus (2012). Ketika  dia hendak membuat film tentang kisah Nabi Musa yang kemudian diberi judul Exodus: Gods and Kings (2014) pasti sebelumnya dia sudah membaca Alkitab, sebagai sumber utamanya, khususnya Kitab Keluaran, yang menulis tentang kisah Nabi Musa melawan Firaun demi memenuhi perintah Tuhan Allah membebaskan  bangsa Israel dari perbudakan Mesir, yang sudah berlangsung selama 400 tahun lamanya, dan membawa mereka keluar dari sana menuju tanah yang telah dijanjikan Allah kepada Abraham, yaitu Tanah Kanaan (Tanah Perjanjian).

Di dalam kitab Keluaran itulah dikisahkan tentang Nabi Musa yang beberapa kali berbicara langsung dengan Tuhan, mujizat-mujizat Tuhan yang terjadi melalui tangan Musa, dengan jatuhnya sepuluh tulah Tuhan terhadap Mesir karena Firaun bersikeras tak mau membebaskan bangsa Israel dari perbudakan itu.

Lebih Mengandalkan Nalar

Kesepuluh tulah itu adalah air sungai Nil dan seluruh air yang terdapat di Mesir menjadi darah mematikan semua ikan di Sungai Nil, jutaan ekor katak yang memenuhi Mesir, nyamuk, lalat, penyakit sampar yang membunuh banyak ternak di Mesir, barah, hujan es, belalang, gelap gulita, dan matinya setiap anak sulung orang Mesir.

Jatuhnya tulah kesepuluh, matinya semua putra sulung orang Mesir, termasuk Firaun itu, membuat Firaun akhirnya terpaksa menyerah, dengan membiarkan Musa membawa seluruhnya, sekitar 600.000 orang Israel itu keluar dari Mesir menuju Kanaan.

Tetapi, kemudian Firaun berubah pikirannya, dengan mengerahkan seluruh kekuatan militernya dia mengejar bangsa Israel yang dipimpin oleh Musa itu. Sampai di tepi Laut Teberau (Laut Merah), Tuhan memerintahkan Musa mengayunkan tongkatnya ke atas Laut Teberau itu, lalu disertai dengan angin timur yang kuat, terbelahlah laut itu menjadi dua, dan menyeberanglah bangsa Israel itu di tengah-tengahnya yang telah menjadi dasar laut yang kering, sedangkan di sisi kiri dan kanannya berupa tembok air Laut Merah yang terbelah itu.

Keluaran 14:21:Lalu Musa mengulurkan tangannya ke atas laut, dan semalam-malaman itu TUHAN menguakkan air laut dengan perantaraan angin timur yang keras, membuat laut itu menjadi tanah kering; maka terbelahlah air itu.

22. Demikianlah orang Israel berjalan dari tengah-tengah laut di tempat kering; sedang di kiri dan di kanan mereka air itu sebagai tembok bagi mereka.

Ketika pasukan Firaun ikut mengejar sampai ke tengah laut itu, berfirmanlah Tuhan kepada Musa untuk mengulur kembali tongkatnya ke arah Laut Teberau, sampai menjelang pagi, berbaliklah air laut itu kembali menyatu menenggelamkan semua pasukan Firaun itu, tak ada satu pun yang selamat.

Keluaran 14:26: Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Ulurkanlah tanganmu ke atas laut, supaya air berbalik meliputi orang Mesir, meliputi kereta mereka dan orang mereka yang berkuda."

27. Musa mengulurkan tangannya ke atas laut, maka menjelang pagi berbaliklah air laut ke tempatnya, sedang orang Mesir lari menuju air itu; demikianlah TUHAN mencampakkan orang Mesir ke tengah-tengah laut.

28. Berbaliklah segala air itu, lalu menutupi kereta dan orang berkuda dari seluruh pasukan Firaun, yang telah menyusul orang Israel itu ke laut; seorangpun tidak ada yang tinggal dari mereka.

Demikian kisah di Alkitab Perjanjian Lama, Kitab Keluaran.

Tetapi, rupanya bagi Ridley Scott yang telah mengalami berbagai sukses besar di hampir semua film karyanya itu, apa yang ditulis di Alkitab itu tidak masuk akal. Terutama mujizat-mujizat besar itu. Dia mungkin percaya kisah itu (exodus), tetapi tidak untuk mujizat-mujizatnya. Dengan mengandalkan nalarnya yang sudah terbukti sukses besar dalam membuat berbagai film besar, Ridley berupaya menjelaskan kepada penonton bahwa apa yang ditulis Alkitab sebagai mujizat itu sesungguhnya hanyalah gejala alam biasa, yang bisa dijelaskan secara ilmu pengetahuan.

Ridley lupa – jika dia masih percaya Tuhan, -- bahwa Tuhan itu Maha Kuasa, kekuasaan-Nya tidak terbatas, maka tidak mungkin itu bisa dipelajari manusia seluruhnya dengan ilmu pengetahuan dan logikanya yang terbatas. Tak mungkin manusia yang serba terbatas membatasi kekuasaan Tuhan yang tak terbatas, sebatas kemampuan ilmu pengetahuan dan nalar, atau logikanya. Bukankah sampai sekarang pun, masih terjadi kejadian-kejadian, termasuk fenomena alam semesta yang tidak bisa dijelaskan secara ilmu pengetahuan semata?

Dapatkan ilmu pengetahuan menjelaskan dari mana datangnya roh kehidupan manusia sejak dia masih berbentuk janin itu, dari mana tumbuhnya kecerdasan termasuk nalar yang sering membuat manusia menjadi sombong itu, dapatkah ilmu pengetahuan menjelaskan dan membuktikan, setelah meninggal, ke mana roh manusia itu?

Dengan mengandalkan nalarnya Ridley pun membuat kisah Musa versinya berdasarkan ilmu pengetahuan yang lebih dipercayainya.

Jati Diri Musa

Tidak hanya mengenai kisah Nabi Musa yang penuh mujizat Tuhan, kisah jati diri Musa, sampai dia terpaksa lari dari Mesir ke Midian, sampai bertemu dengan Tuhan yang memerintahkan dia kembali ke Mesir untuk membebaskan bangsa Israel dari perbudaan itu pun diubah Ridley dengan kisah menurut versinya.

Jika di Alkitab, Musa sebenarnya sudah mengetahui jati dirinya sebagai orang Israel, dan suatu ketika membunuh orang Mesir yang memukul seorang budak Israel, kemudian melarikan diri ke Midian, bertemu dengan putri seorang peternak di sana, Rehuellah Zipora, sampai mempunyai dua anak laki-laki, yaitu Gersom dan Eliezer, sampai bertemu dengan Tuhan di Gunung Horeb, yang memerintahnya kembali ke Mesir, maka di Exodus: Gods and Kings, Musa baru mengetahui jati dirinya ketika melakukan kunjungan mendadak di salah satu kota perbudakan, Pitom. Di sana dia bertemu dengan seorang tetua bangsa Israel bernama Nun (Ben Kingsley), yang memberitahu rahasia jati dirinya sebagai anak orang Israel, yang diutus Tuhan untuk membebaskan bangsanya. Penuturan Nun tentang riwayat Musa sejak bayi sama dengan apa yang ditulis Alkitab, yaitu tentang bayi Musa yang dihanyutkan di sungai Nil, ditemukan dan diadopsi putri Firaun, Bithia, dan seterusnya.

Musa sulit mempercayai cerita itu, dalam keadaan galau dia berjalan keluar dari pondok Nun, dua orang tentara Mesir mengira dia seorang budak Israel, menghardik dan memukulnya dari belakang. Musa naik pitam, langsung berbalik dan dengan ganas membunuh dua tentara Mesir itu.

Kisah rahasia jati diri Musa yang disampaikan Nun itu dicuridengar oleh dua budak Israel, mereka lalu berkhianat dan melaporkannya ke gubernur Pitom yang membenci Musa karena Musa mengetahui perilakunya yang korup. Gubernur itu lalu melaporkan kepada Firaun Ramses (Joel Edgerton), yang sebenarnya adalah sepupu tiri Musa, dan bersahabat sangat baik itu.

Firaun Ramses marah besar, Musa dipenjara, kemudian dibuang keluar Mesir bersama ibu dan saudara perempuan kandungnya. Mereka kemudian berpisah, Musa berkelana seorang diri sampai ke Midian, dan bertemu dengan Zipora, serta menikahinya.

Halusinasi Musa

Alkitab menulis tentang pertemuan pertama Musa dengan Tuhan terjadi di Gunung Horeb, belasan tahun setelah Musa melarikan diri dari Mesir karena membunuh orang Mesir yang memukul orang Israel. Dalam pelariannya itu Musa sampai ke suatu daerah yang bernama Midian, menikah dengan putri seorang peternak di sana, Rehuellah Zipora, sampai mempunyai dua anak laki-laki, yaitu Gersom dan Eliezer.

Suatu ketika Musa sedang menggembalakan domba-domba ayah mertuanya di Gunung Horeb. Tiba-tiba dia melihat ada api yang menyala di semak belukar, tetapi tidak menghanguskannya. Musa heran, dan menghampirinya. Tiba-tiba terdengar suara Tuhan, yang mengatakan dialah Tuhan, di tempat berdirinya Musa adalah tempat yang suci, maka Musa pun melepaskan alas kakinya, dan menyembah-Nya.

Di saat itulah terdengar suara Tuhan yang memerintah Musa kembali ke Mesir untuk membebaskan bangsa Israel dari perbudakan dan membawa mereka keluar dari sana menuju Tanah Kanaan. Untuk meyakinkan Musa yang semula kurang percaya diri, Tuhan menyertai Musa dengan mujizat-mujizat-Nya, dan menyertakan saudaranya, Harun, untuk menyertainya menghadap Firaun.

Setelah itu Musa beberapakali berbicara langsung dengan Tuhan, yang tak berwujud, hanya berupa suara dari langit. Termasuk sampai ketika bangsa Israel sudah keluar dari Mesir, di atas Gunung Sinai, Musa menerima langsung 10 Perintah Allah yang ditulis Allah sendiri di atas dua batu.

Bagi Ridley Scott semua kisah di Alkitab itu tidak masuk nalarnya, jadi harus dijelaskan secara ilmiah menurut nalarnya. Itulah yang dilakukan di film terbarunya itu: Exodus: Gods and Kings.

Menurut Ridley sesungguhnya kisah Musa yang melihat semak belukar yang terbakar tetapi tidak menghanguskannya, lalu mendengar dan berbicara dengan Tuhan, yang memerintahkan dia kembali ke Mesir untuk membebaskan bangsa Israel dari perbudakan itu, hanyalah merupakan hasil halusinasi Musa.

Halusinasi itu terjadi sejak Musa mengalami kecelakaan di Gunung Horeb. Di film ini, Ridley menceritakan ketika terjadi hujan disertai badai Musa mencari beberapa ekor domba milik ayah mertuanya yang tersesat ke sana, tiba-tiba terjadi longsor yang menerjangnya. Kepala Musa pun terbentur bebatuan yang jatuh beserta longsoran itu sampai dia pingsan. Rupanya benturan keras di kepala itu membuat Musa mengalami halusinasi. Pertama yang dia merasa melihatnya adalah api yang menyala di semak belukar, tetapi tidak menghanguskannya, kemudian dia melihat seorang anak kecil laki-laki, yang baginya itulah Tuhan, yang berbicara dengannya, memerintahkan dia kembali ke Mesir membebaskan bangsa Israel dari perbudakan.

Sejak kecelakaan itu Musa beberapakali merasa bertemu dan berbicara lagi dengan Tuhan secara langsung yang berwujud anak kecil laki-laki itu. Hal tersebut diperlihat Ridley dalam lebih dari satu adegan ketika Yosua secara tak sengaja melihat Musa berbicara seorang diri di sebuah tempat di atas gunung. Padahal bagi Musa dia sedang melihat dan berbicara dengan anak kecil yang adalah Tuhan itu.

Entah apa dasarnya pula Ridley menggambarkan anak kecil itu berwajah garang lengkap dengan bekas luka lecet di wajahnya sebagai perwujudan Tuhan, atau malaikat Tuhan, sang pembawa pesan.

Mujizat Tulah-Tulah Tuhan Menurut Ridley Scott

Di Exodus: Gods and Kings juga tidak ada Harun yang beserta Musa berkali-kali menghadap Firaun untuk mengingatkannya atas perintah Tuhan, Firaun harus membiarkan bangsa Israel keluar dari Mesir, sebagaimana tertulis di Alkitab. Harun hanya muncul sebagai figuran tak penting di film ini.  Hanya Musa sendirian yang berjuang, dengan melatih sepasukan orang Israel yang bergerilya menyerang orang-orang Firaun.

Suatu ketika Tuhan berwujud anak kecil itu berkata bahwa dengan cara Musa bergerilya seperti itu membutuhkan satu generasi untuk bisa memaksa Firaun menyerah dan membiarkan bangsa Israel pergi, maka itu biarkanlah Dia yang bekerja, dan Musa silakan melihatnya.

Setelah itu, tiba-tiba banyak buaya raksasa yang bermunculan di sungai Nil, mereka lalu menyerang dan memakan beberapa nelayan yang sedang mencari ikan di sana. Kemudian semakin banyak buaya yang datang, dan saling menyerang, saling makan satu dengan yang lain, darah pun mengalir semakin lama semakin banyak, sampai sungai Nil berwarna merah semuanya. Membuat semua ikan mati dan membusuk. Lalu, karenanya, kehidupan katak-katak mulai terganggu, keluarlah segenap katak dari sungai Nil, memenuhi seluruh jalanan dan rumah-rumah di Mesir.

Setelah itu, nyamuk-nyamuk pun ikut terusik kehidupannya, maka keluarlah mereka dari seluruh sarangnya, dan memenuhi Mesir, demikianlah berturut-turut muncul sebagai sebagai sebab-akibatnya: lalat, penyakit sampar yang membunuh ternak-ternak di Mesir, barah, hujan es, belalang, dan gelap gulita, sebelum terjadinya kematian anak-anak sulung orang Mesir.

[caption id="" align="aligncenter" width="614" caption="Tulah pertama: Air menjadi darah, di Exodus: Gods and Kings (sumber: dailymotion.com)"]

[/caption]

Melalui perantara para ahli sihir dan penasihat-penasihat Firaun, Ridley tampaknya ingin menjelaskan kepada penonton bahwa tulah-tulah tersebut bisa dijelaskan secara ilmiah. Tetapi, tampaknya Scott sendiri mengalami kesulitan untuk menjelaskan dengan cara ilmiahnya itu, dan akhirnya “membiarkan” tulah-tulah itu terjadi tanpa penjelasan lebih lanjut.

Melalui dialog dengan Firaun yang dibuat di film itulah para penasihat Firaun menjelaskan fenomena alam aneh yang melanda Mesir itu, bahwa sungai Nil menjadi penuh darah itu karena adanya buaya-buaya yang menyerang manusia dan saling memakan di sungai Nil, yang diikuti dengan terganggunya kehidupan katak, dan seterusnya.

Tetapi apakah mungkin hal seperti itu bisa dijelaskan secara ilmiah? Kenapa bisa buaya-buaya itu tiba-tiba muncul begitu saja sampai sedemikian banyaknya dan saling menyerang sendiri? Mampukah dengan hanya demikian seluruh sungai Nil berubah menjadi darah?

Sedangkan di Alkitab menulis bahwa bukan hanya air di sungai Nil saja yang berubah menjadi darah, tetapi semua air di mana saja di setiap rumah orang Mesir, selokan, kolam, dan segala kumpulan air yang ada di sana, bahkan air di wadah kayu dan wadah batu (Keluaran 7:19).

Di tengah-tengah upaya Ridley menjelaskan lewat filmnya itu mengenai tulah-tulah itu bisa dijelaskan secara ilmiah, dia tampaknya kehabisan caranya. Bagaimana bisa menjelaskan fenomena lain seperti hujan es yang tiba-tiba turun, datangnya gelap gulita yang tak tembus dengan cahaya apa pun, dan matinya semua anak sulung orang Mesir, sedangkan orang Israel tidak. Ridley “mengorbankan” para penasihat Firaun yang tidak bisa menjelaskan lagi kepada Firaun apa yang sebenarnya terjadi berturut-turut melanda Mesir itu. Maka muncullah adegan Firaun yang marah, lalu menghukum mati semua penasihatnya itu.

Musa Membelah Laut Merah vs Tsunami ala Ridley

Setiap orang yang datang ke bioskop untuk menonton Exodus: Gods and Kings, dengan harapan bisa menyaksikan adegan paling spektakuler dalam kisah Nabi Musa, sebagaimana di film Nabi Musa yang paling legendaris yang diperankan oleh Charlton Heston: The Ten Commandments (1956), yaitu saat Musa dengan kuasa Tuhan membelah Laut Teberau, atau Laut Merah menjadi dua sehingga orang Israel bisa menyeberang di tengahnya itu, pasti kecewa. Karena adegan itu di Exodus: Gods and Kings, tidak ada. Padahal dengan kecanggihan teknologi perfilman masa kini, dengan kecanggihan CGI, adegan itu bisa dibuat sangat jauh lebih spektakuler dan seolah-olah nyata daripada The Ten Commandments, yang sama ketika dibuat belum ada tenologi semaju sekarang.

Kenapa Ridley Scott meniadakan adegan Musa membelah air Laut Merah di filmnya itu? Lagi-lagi karena menurut Scott apa yang ditulis di Alkitab itu sebagai sesuatu yang tidak masuk akal, bagaimana bisa air laut yang begitu dalam dan luas terbelah begitu saja? Tiada kuasa Tuhan, yang ada adalah sesuatu yang harus bisa dijelaskan secara ilmiah. Maka itulah yang dikerjakan Ridley di filmnya itu.

Ketika Musa sudah membawa bangsanya itu sampai di tepi Laut Merah, dia menjadi putus asa, dan pasrah, karena bagaimana caranya menyeberangi laut itu, atau mencari jalan lain lagi, sementara di belakang mereka semakin dekat pasukan Firaun mengejar?

Dengan putus asa, Musa melempar pedangnya ke laut, ya, pedang, karena di film ini Musa adalah jago perang, dan oleh karenanya hanya memegang pedang, bukan tongkat sebagaimana yang ditulis di Alkitab. Kemudian dia pun menjatuhkan dirinya di atas pasir, terlentang, memandang ke langit lepas. Tiba-tiba dia melihat ada benda langit bercahaya yang nun jauh di atas sana melintasi langit, dan jatuh jauh di ujung cakrawala. Musa tidak tahu itu apa, atau apa yang sedang terjadi itu. Tetapi ketika hari menjelang pagi, tiba-tiba air laut itu mulai menyurut dengan arus kencang ke salah satu arah. Semakin lama semakin surut airnya, sampai mulai terlihat dasarnya. Maka, Musa pun melihat itulah peluang bagi mereka semua untuk segera menyeberang laut itu. Tetapi kemudian pasukan Firaun pun mulai menyusul sampai ke dasar laut yang telah mengering itu.

Rupanya di sini Ridley Scott hendak menjelaskan bahwa berdasarkan ilmu pengetahuan, yang terjadi sebenarnya saat itu adalah  suatu fenomena alam, meskipun itu hal yang luar biasa, tetapi bisa dijelaskan secara ilmiah. Yaitu, ada sebuah meteor yang jatuh di tengah laut, akibatnya air laut menjadi tersedot ke pusat di mana meteor itu jatuh. Itulah yang membuat air Laut Merah itu tiba-tiba surut dengan arus yang kuat ke salah satu arah, sampai dasarnya kering, dan dapat diseberangi manusia.

Ketika semua orang Israel itu sudah sampai ke seberang, sedangkan pasukan Firaun masih mengejar mereka berada di dasar laut kering itu, sebagaimana yang terjadi di setiap tsunami, air laut itu akhirnya kembali dengan kecepatan dan kekuatan yang luar biasa dahsyatnya, menelan semua pasukan Firaun itu, meskipun mereka sudah berusaha untuk berbalik arah. Maka, matilah semua pasukan Firaun itu.

Apakah benar secara ilmiah penjelasan Ridley Scott melalui filmnya itu bisa diterima?

Secara ilmu pengetahuan pun, ternyata apa yang dibuat Ridley di film ini tidak bisa diterima, alias tak masuk akal. Karena berdasarkan ilmu pengetahuan para ahli tsunami, akibat dari jatuhnya meteor di laut memang akan mengakibatkan sebuah tsunami dahsyat, yang diawali dari tiba-tiba terjadinya air laut yang surut sampai dasarnya kering. Tetapi, hal itu paling lama berlangsung selama sekitar 20 menit, setelah itu air laut itu akan kembali dengan kekuatan yang sangat dahsyat sampai naik ke daratan berkilo-kiometer jauhnya.

Sedangkan waktu bagi ratusan ribu orang menyeberang Laut Merah pastilah membutuhkan waktu berjam-jam lamanya, tidak mungkin hanya sekitar 20 menit. Lagipula jika benar itu tsunami di Laut Merah, yang terjadi pasti bukan sekadar air laut yang kembali menyatu di lautan, tetapi pasti dia akan masuk sampai ke daratan berkilo-kilometar jauhnya. Dalam hal ini adegan di film Deep Impact (1998) jauh lebih masuk akal dan ilmiah. Di film ini juga menceritakan meteor yang jatuh di lautan, membuat air laut surut, sampai dasarnya kering, tetapi tak lama kemudian air laut itu kembali dengankekuatan yang luar biasa dahsyatnya, masuk menerjang kota New York, dan menenggelamkannya selama berminggu-minggu.

Di Alkitab, antara waktu Musa membelah Laut Merah dengan mujizat Tuhan, bangsa Israel menyeberanginya, sampai Musa mengayunkan tongkatnya kembali menyatukan air laut itu durasi waktunya adalah dari malam sampai pagi.

Apabila kisah versi Ridley itu benar, tentu saja pasti juga ada penemuan ilmiah di laut mana meteor itu jatuh, dan pasti juga ada temuan ilmiah arkeolog mengenai air laut tsunami yang menerjang daratan di Mesir kuno. Faktanya, semua penemuan ilmiah seperti itu tidak pernah ada.

Berbicara tentang logika, Ridley juga membuat adegan yang secara logika juga tidak masuk akal. Tetapi, demi mendramatisir filmnya itu, adegan itu pun dibuat. Bagaimana tidak, maha dahsyatnya gulungan air laut yang datang kembali menerjang dengan suara gemuruh yang sangat keras, dengan ketinggian ratusan meter, dan  dengan kecepatan tinggi itu pastilah menciutkan nyali siapa pun, tetapi tidak demikian dengan Firaun dan Musa.

[caption id="" align="aligncenter" width="651" caption="(sumber: americaninsghts.com)"]

[/caption]

Mungkin Ridley hendak mengatakan saking dendamnya Firaun kepada Musa, maka hilangnya semua rasa takutnya itu. Tetapi, bagaimana bisa dia menjelaskan secara logika, ketika gulungan air dengan ketinggian ratusan meter itu menerjang, menggulung dan menenggelamkan Firaun dan Musa, tetapi keduanya sama sekali tidak mengalami cidera yang berarti, apalagi sampai tewas.

Memang dalam sejarahnya Musa dan Firaun tidak mati di dalam peristiwa itu. Alkitab menulis usia Musa mencapai 120 tahun, sebelum dia meninggal. Sedangkan menurut penelitian para arkeolog Mesir kuno, umur Firaun Ramses II mencapai 90 tahun.  Tetapi, dengan adegan seperti itu bukankah merupakan sesuatu yang tidak masuk akal?

Ridley juga tak percaya dengan kisah yang ditulis di Alkitab mengenai 10 Perintah Allah yang pertama kali ditulis oleh Tangan Tuhan langsung di Gunung Sinai, dia lebih percaya itu ditulis (dipahat) sendiri oleh Musa di sebuah gua di atas Gunung Sinai, sambil dilayani anak kecil laki-laki representasi dari Tuhan-nya itu dengan hidangan teh.

Karakter Musa menurut Ridley Scott

Ridley juga menafsirkan Musa sebagai sosok yang brutal, tetapi percaya kepada Tuhan, namun juga berani menentang Tuhan. Musa bahkan merasa beberapakali bertemu dan berbicara dengan Tuhan – yang digambarkan Scott itu hanya halusinasinya saja. Pada saat Tuhan menjatuhkan tulah-tulahnya kepada Mesir, tetapi Firaun belum juga mau membebaskan bangsa Israel. Musa berkata kepada Tuhan, “Semula saya kagum dengan apa yang Engkau lakukan, tetapi setelah itu tidak lagi,” “Apakah hanya itu saja yang bisa Kau lakukan? Dan, sekarang Firaun tetap tidak mau membebaskan kami! Apa yang bisa Engkau lakukan lagi!?”

Saat Musa dengan seluruh bangsa Israel terjebak di antara Laut Merah dengan pasukan militer Firaun di belakangnya yang semakin dekat, Musa versi Ridley, tampak putus asa, dengan perasaan bersalah dan berdosa karena membawa bangsa itu terjebak seperti itu, dia membuang pedangnya ke Laut Merah, sebelum kemudian terjadi meteor jatuh dengan tsunaminya itu.

Padahal Alkitab menulis, meskipun dalam kondisi terjepit seperti itu Musa tetap yakin Tuhan akan menolong mereka. Ketika dengan perasaan putus ada dan marah bangsa Israel berkata kepada Musa:

Keluaran 14:12: “Bukankah ini telah kami katakan kepadamu di Mesir: Janganlah mengganggu kami dan biarlah kami bekerja pada orang Mesir. Sebab lebih baik bagi kami untuk bekerja pada orang Mesir dari pada mati di padang gurun ini."

13. Tetapi berkatalah Musa kepada bangsa itu: "Janganlah takut, berdirilah tetap dan lihatlah keselamatan dari TUHAN, yang akan diberikan-Nya hari ini kepadamu; sebab orang Mesir yang kamu lihat hari ini, tidak akan kamu lihat lagi untuk selama-lamanya.

Musa yang berhalusinasi, karakter Musa yang ganas menurut Ridley Scott itu didukung pula oleh aktor utama film itu, Christian Bale yang berperan sebagai Musa.

Di dalam sebuah sesi wawancara dengannya, Christian Bale (The Knight Night Rises) bahkan berkomentar bahwa menurutnya Musa itu menderita semacam skizofrenia, sehingga merasakan dirinya seolah-olah berjumpa dan berbicara dengan Tuhan. Menurutnya, setelah membaca berbagai literatur tentang Musa, terutama dari Alkitab dan Al-Quran, tampaknya Musa adalah seorang barbar dan skizofrenia.

“I think the man was likely schizophrenic and was one of the most barbaric individuals that I ever read about in my life,” katanya, yang langsung mengundang kecaman dari kalangan Kristen fanatik di Amerika Serikat.

Kritik dan Kecaman

Sebelum film ini diputar di Amerika Serikat, para pengamat film sudah banyak mengritik cara Ridley Scott mengisahkan Nabi Musa lengkap dengan karakternya yang ganasnya itu, tak ada kharisma Musa sebagai seorang nabi, dan meniadakan unsur-unsur mujizat-mujizat, yang bertentangan dengan Alkitab.  Kritik juga diarahkan dari cara Scott memilih pemeran di film tersebut, yang dari pemeran-pemeran utama sampai dengan para figurannya (budak-budak Israel) semua berkulit putih. Padahal aslinya seharusnya mereka yang beretnis Asia Barat.

Dari para penggemar film pun ketika mengetahui cara Ridley mengisahkan Nabi Musa seperti itu mulai melakukan serangan kecaman kepada sang sutradara, bahkan sempat muncul cuit-cuitan di Twitter menyerukan pemboikotan terhadap film ini, dengan tagar # BoycottExodusMovie.

Namun, Ridley Scott bergeming dengan prinsipnya untuk membuat kisah Musa seperti itu. Mungkin karena saking kesalnya dikritik, dia dikabarkan sempat berujar, “Saya membuat film itu untuk saya, bukan untuk orang lain!”

Tidak hanya mendapat dukungan dari Christian Bale, Scott juga mendapat dukungan dari salah satu pemilik studio 20th Fox Century, produsen Exodus: Gods and Kings itu, Rupert Murdoch, untuk menangkis kritik-kritik tersebut. Kontroversi ini pun sampai menyinggung masalah rasialisme.

"Film Musa diserang di Twitter karena semua pemainnya berkulit putih. Sejak kapan orang Mesir tidak putih? Yang saya tahu begitu," kicau Murdoch yang dilansir Aceshowbiz, 1 Desember 2014.

Pernyataan Murdoch membuat panas penggemar film, karena pembelaanya mengenai studio yang menggunakan seluruh pemain kulit putih dan dianggap rasis dalam film yang disutradarai Ridley Scott itu. Salah satu penggemar merespons menunjukkan dirinya kontra dengan pernyataan pria 83 tahun itu.

"Apakah kamu melihat gambaran King Tut atau Mesir kuno lainnya? Mereka tidak persis menyerupai Channing Tatum." (detik.com)

Cara Ridley Scott membuat film tentang Nabi Musa versinya  sebagaimana diulas di atas, dan sikap dia dan kawan-kawannya dalam membela film mereka, dan tidak terima dikritik itu, baru dirasakan akibatnya ketika film tersebut yang sebenarnya merupakan film kolosal yang sangat luar biasa dari segi setting lokasi, teknik pembuatan dan teknologi CGI-nya itu diputar di seluruh Amerika Serikat.

Berbagai komentar miring, kritik dan kecaman pedas pun datang dari para penonton di Amerika menyerang Ridley Scott, setelah mereka menonton film ini, bak air Laut Merah yang kembali menyatu menerjang pasukan Firaun. Rata-rata merasa menyesal membuang waktu dan uangnya menonton film ini, dan menyarankan orang lain untuk jangan menjadi korban berikutnya.

Ridley dituduh hanya memanfaatkan kepopuleran Nabi Musa dengan membuat filmnya yang jauh melenceng dari Alkitab, ada yang menuduh Scott seorang atheis yang cinta uang semata.

Metacritic hanya memberi nilai 52 dari nilai sempurna 100 buat film garapan Scott ini. Sedangkan di situs rottentomatoes.com, nilai rata-rata Exodus: Gods and Kings hanya 4,9 dari 10. “Tomat segar” yang didapatnya hanya 42, dibandingkan dengan “tomat busuk” yang 105. Rata-rata yang menykaui film ini hanya 39 persen.

Berikut ini adalah beberapa komentar pedas kepada Ridley Scott di www.imdb.com :

“What a waste of my time and money this movie was. Just feels wrong from start to finish. A fake epic devoid of any real emotions and Seoul. …  And after watching this film. I can safely say Ridley only believes in money.”

“While I was hoping to see harrowing images of Egypt being decimated in a genuinely frightening tale, we are instead bombarded with fake looking CGI that simply left me dry. The plague feels more like a computer montage than an actual scary event.Terrible script. Weak performances. An over-reliance on CGI instead of CHARACTERS and STORY! Overall, just a bad film. Didn't help that they chose big named actors instead of people that looked more like Ancient Egyptians. Pass.”

“Amazing visuals aside this was a poor movie. When will filmmakers realise the MAIN reason the majority of people watch films is for a story to be told and to relate to the characters involved - NOT to see amazing visuals, as entertaining as they are! The story of Moses in the Bible is rich, amazing and epic. Unfortunately the story in this film is slow, lacks heart, but more importantly, completely betrays the original ‘true’ story.”

“I have a question about the title itself, the movie clearly claims to be based out of the bible. So, who are the Gods here, isn't it one God who brought His people out of Egypt which the movie boasts about also? Has the director taken the words of Pharaoh too seriously when he says I am God?”

“Could not believe how bad it would be. It really was an imaginary tale about a fictitious Moses and Ramses. It departed so far from the Exodus Biblical text that it did not deserve the title. Anachronistic in ideas and attitudes - eg, having Pharaoh discussing his decisions almost democratically!! Moses had more than one wife in reality, but Sarah didn't get a look in in the movie. The Pharaoh character was weak, and the distortion of Moses' relationship with God was idiotic - making God out to be an unwise brat. The miracles were watered down to try and make them look like natural events, but much was missing. No pillar of fire or smoke, no staff, no passover meal, no gold given to the Jews as they were leaving, etc etc. This was much worse than the recent Noah movie.”

“Some people may expect this to be a religious film. However, the whole film felt soul-less, and this made the long 150-minute running time seem so unbearably slow. The very way God was portrayed did not sit very well with me. God in this film was personified as an imperious young boy who was projected to be mercilessly violent and vindictive. There was no hint of compassion nor magnanimity here. Moses was even arguing against God. The film felt like it had an anti-God undertone, even atheistic, which was uncomfortable for me. This is yet another disappointing Biblical film debacle this year, though I would not consider as bad as the total disaster that was ‘Noah’ “

“Awful, awful movie. Christian Bale is mediocre, Joel Edgerton is surprisingly good, but the rest of it sucks. The whole thing lacked any kind of oomph. No spectacular Red Sea parting, none of the atmosphere of such a great and legendary story. Just an atheist agenda pushing along a sad little pram of replacement theories. Truly, truly dreadful. I'm glad I didn't pay to see it. Don't waste your money. People with Scott's attitude toward the Bible should steer clear of anything to do with it. He has some personal issues he needs to deal with inside a therapist's office, and not with the funding provided by movie backers. Get over it, Ridley. You're a sad little man.”

“ ‘The Ten Commandments’  movie of 1956 at 3 hours and 40 minutes, with No CGI, and No battle scenes is easily 10 times more enjoyable than ‘Exodus Gods and Kings.’ ”

“1. The movie is full of inaccuracies (lies) and deceptions 2. The movie does not depict the actual biblical event 3. Christians please do not support this movie, or its bottom line 4. Read the Book it is much better”

“I am now re-reading Exodus just to make sure I have all my facts straight and have not bought into any of the inaccuracies. It is truly amazing just how inaccurate and deceptive this movie really is!”

“Tulah Kesebelas”

Seharusnya film seperti ini langsung menduduki posisi puncak box office dengan pendapatan yang spektakuler pula (minimal di atas 40 juta Dollar AS), dan dalam tempo satu minggu tembus pendapatan di atas 100 juta Dollar AS, tetapi kenyataan tidaklah demikian.

Film yang dibuat dengan biaya diperkirakan sebesar 140 juta Dollar AS itu di hari perdana pemutarannya pada 12 Desember 2014, memang langsung berada di puncak box office di Amerika, menggeser posisi The Hunger Games: Mockingjay Part 1, tetapi hanya berhasil meraih pendapatan 24.115.934 juta Dollar AS.

Posisinya yang menggeser posisi The Hunger Games itu pun sesungguhnya karena film tersebut sudah berada di puncak box office selama 3 minggu berturut-turut (sejak 21 November 2014).

Baru memasuki minggu kedua, posisi Exodus: Gods and Kings itu semakin parah, langsung anjlok ke urutan  nomor 5, dengan pendapatan minggu kedua hanya 8,11 juta Dollar AS, atau total hanya 38,9 juta Dollar AS.

[caption id="attachment_343225" align="aligncenter" width="494" caption="Baru memasuki minggu kedua, Exodus meluncur drastis ke urutan 5 bof office film di AS (Imdb.com)"]

14194328331523710216
14194328331523710216
[/caption]

Bandingkanlah dengan  The Hunger Games: Mockingjay - Part 1, yang diperkirakan berbiaya 125 juta Dollar AS, dihari pembukaan pemutaran perdananya, 21 November 2014, langsung berada di puncak box office dengan pendapatan 121.897.634 Dollar AS. Sampai minggu kelima, masih meraih pendapatan 7,88 juta Dollar AS, hanya selisih sedikit dengan Exodus yang baru di minggu kedua saja sudah anjlok sampai hanya 8,11 juta Dollar AS. Sampai minggu kelima The Hunger Games: Mockingjay - Part 1 sudah mengumpulkan pendapatan total 289.356.110 Dollar AS.

Sedangkan Hobbit The Hobbit: The Battle of the Five Armies, di hari pembukaannya, 19 Desember 2014 memuncaki box office dengan memperoleh pendapatan 54.724.334 Dollar AS, dan baru 4 hari (22 Desember 2014) sudah berhasil memperoleh total 98.138.554 Dollar AS.

Bisa diduga, Exodus garapan Scott ini, tidak bakal bertahan sampai di minggu keempat, bahkan bisa jadi di minggu ketiga saja, film ini sudah harus exodus dari daftar box office di Amerika Serikat.

Keangkuhan dan kekerasan hati Ridley Scott itu ibarat Firaun, maka itu jatuhlah “tulah kesebelas” kepadanyanya:  Exodus: Gods and Kings tidak sesuai dengan harapan, ternyata telah gagal secara kualitas, maupun komersial, kurang atau bahkan tidak laku.  ***

Artikel terkait:

“Exodus: Gods and Kings”, Nabi Musa yang Jago Bertarung

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun