[caption id="" align="aligncenter" width="624" caption="Jero Wacik (Kompas.com)"][/caption]
Catatan:
Konsep artikel ini sudah saya buat sejak kemarin malam (2/9). Saya baru menyelasaikannya sore ini, sekitar pukul 14:30 WIB. Ketika mau saya tayangkan, ternyata Jero Wajik-nya sudah ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK. Meskipun demikian, saya pikir tak ada salahnya artikel yang sudah terlanjur saya buat ini saya tetap tayangkan di Kompasiana ini, karena masih ada relevansinya juga. Terima kasih.
----------
Sepertinya Ketua KPK Abraham Samad telah mengirim signal kepada kita (publik) bahwa Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik tidak lama akan ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus korupsi dana operasional menteri (DOM) dan proyek pengadaan di Kementerian ESDM yang saat ini masih diselidiki KPK. KPK menemukan ada indikasi pembengkakan anggaran DOM dan ada praktek pemerasan di proyek pengadaan di Kementerian yang dipimpin oleh Jero Wacik itu.
Mungkin dalam minggu ini juga status Jero sebagai tersangka itu sudah diumumkan KPK.
Untuk memastikan status Jero Wacik itu, KPK hanya memerlukan satu kali ekspose atau gelar perkara lagi, yang akan dilaksanakan dalam minggu ini juga.
Apakah bentuk signal dari Abraham Samad itu? Signal itu adalah pernyataan Abraham yang menyinggung Jero sebagai sosok pejabat yang suka hidup bermewah-mewah dan serakah.
Tentang Jero, pada Selasa (2/9) kemarin, Abraham berkomentar, "Kalau menurut saya sendiri, rata-rata orang ini kan punya hasrat ya, punya hasrat ingin hidup bermewah-mewah, serakah. Itu bawaan manusia sebenarnya, tidak terkontrol”.
Jika benar Jero nantinya ditetapkan sebagai tersangka, Abraham menilai pakta integritas yang pernah ditandatangani para menteri hanya seremonial belaka. Pakta integritas, menurut dia, sedianya menjadi komitmen yang harus bisa diwujudkan dalam perilaku sehari-hari.
"Fakta komitmen sebagai seremonial belaka. Oleh karena itu, sebenarnya fakta integritas komitmen itu harus bisa diwujudkan dalam perilaku sebenarnya. Itu orang bisa menilai dong apa yang sudah menjadi komitmen," ujar Abraham (Kompas.com).
Kenapa saya bisa bilang apa yang disindir Abraham Samad tentang Jero Wacik tersebut di atas sebagai signal dari Abraham bahwa tidak lama lagi Menteri ESDM itu akan ditetapksan sebagai tersangka?
Hal ini merujuk pada hal yang sama yang pernah dinyatakan oleh Abraham Samad tentang Ratu Atut, yang ketika itu masih sebagai Gubernur Banten, dan sudah beberapakali diperiksa KPK terkait kasus korupsi di provinsinya.
Ketika itu, seperti sekarang kepada Jero Wacik, Abraham Samad juga menyindir Ratu Atut, dengan mengatakan adanya pejabat tinggi negara di daerah yang serakah, yang sudah tinggi jabatan dan gajinya, tetapi tega hidup bermewah-mewah bersama sanak keluarganya dari uang hasil korupsi, sementara itu hanya sekitar 2 kilometer dari rumahnya terdapat pemukiman kumuh rakyat miskin, dan infrastruktur kota yang dibiarkan buruk.
Saat itu, sedang ramai dibicarakan tentang kemungkinan Ratu Atut segera ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan KPK.
Sindiran Abraham Samad yang ditujukan kepada Ratu Atut itu disampaikan di acara talk show Kompasianival, yang diselenggarakan di Atrium Grand Indonesia Mall, Jakarta Pusat, Jumat, 22 November 2013. Sebulan kemudian, tepatnya 17 Desember 2013, KPK mengumumkan Ratu Atut sebagai tersangka. Beberapa waktu kemudian ditahan.
Baru dua hari yang lalu, divonis pengadilan Tipikor dengan hukuman yang sangat ringan, cuma 4 tahun penjara, dan denda Rp 200 juta. Jumlah denda yang bahkan lebih kecil dari harga sebuah perhiasan yang biasa dikenakan ketika dia menjadi Gubernur Banten.
[caption id="attachment_322127" align="aligncenter" width="560" caption="Abraham Samad berbicara tentang pemberantasan korupsi di talk show Kompasianival, Jumat (22/11/2013), di Grand Indonesia Mall, Jakarta Pusat (Foto oleh penulis)"]
Di acara talk show Kompasianival itu, Abraham Samad antara lain mengatakan ada ada dua jenis koruptor. Yakni, pertama, orang yang melakukan korupsi karena terpaksa untuk memenuhi kebutuhan primer dirinya sendiri atau anggota keluarganya. Misalnya, PNS yang bergaji pas-pasan, tetapi masih harus menyekolahkan anak-anaknya, sementara untuk keperluan rumah tangga sehari-hari saja sudah tidak mencukupi. Maka, dia akan melakukan korupsi kecil-kecilan sekadar bisa menutupi kekurangan gajinya itu untuk membiayai kebutuhan primer tersebut.
“Yang ini, saya sebutkan korupsi yang masih ‘manusiawi’, kata Abraham.
Yang kedua, lanjut Abaraham, adalah pejabat yang serakah. Yakni, pejabat yang meskipun jabatannya tinggi, gajinya besar, tetapi masih tetap saja melakukan korupsi.
Lebih parah lagi, kalau koruptor itu mempunyai jiwa yang kejam – bahkan cenderung “sakit jiwa”. Yakni, mereka yang adalah pejabat negara/kepala daerah (dan keluarganya), yang rumah tinggal pribadinya super mewah, mengoleksi tas dan busana berharga puluhan sampai ratusan rupiah perbuah, mengoleksi mobil-mobil super mewah, yang dibeli dari hasil korupsinya, dan bersamaan dengan itu, hanya sekitar 2 kilometer dari rumahnya itu, terdapat warganya yang hidup dalam kemiskinan, dan kota atau provinsi yang dipimpinnya miskin prasarana sosial dan kesehatannya.
“Yang ini, saya sebutkan korupsi yang ‘hewani’,” kata Abraham.
Saat itu, dengan mudah kita bisa menebak bahwa sindiran Abraham Samad ketika itu ditujukan kepada dinasti Ratut Atut di Provinsi Banten.
Sekarang, kita pun bisa menebak bahwa penilaian Abraham Samad tentang Jero Wacik yang suka hidup bermewah-mewah, pejabat serakah, dan tidak punya komitmen meskipun sudah menandatangani sebuah akta integritas itu, merupakan signal dari KPK, tidak lama lagi, bisa jadi dalam minggu ini juga, KPK secara resmi mengumumkan status Jero Wacik sebagai tersangka korupsi di Kementerian ESDM yang dipimpinnya itu.
Jika sampai itu benar-benar terjadi, maka Jero Wacik akan menjadi penutup petinggi Partai Demokrat yang korup di era kekuasaan Presiden SBY. ***
Artikel terkait:
-Wajah Tersenyum Khas Jero Wacik akan Hilang dari Peredaran?
-Ratu Atut, Tersangka Koruptor yang Serakah dan Kejam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H