[caption id="attachment_291629" align="aligncenter" width="600" caption="Zainudin Amali (Kompas.com)"][/caption]
Senin (20/01/2014) Ketua Partai Golkar Jawa Timur Zainudin Amali mengakui kepada wartawan yang mencegatnya di Gedung KPK bahwa memang pernah ada permintaan uang Rp 10 miliar terkait sengketa Pemilihan Gubernur Jawa Timur yang disampaikan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Akil Mochtar melalui BlackBerry Messenger (BBM). Namun, permintaan uang itu tidak ditanggapi olehnya maupun oleh calon gubernur Jatim (petahana) yang diusung Golkar, Soekarwo.
"Saya kira itu sudah ya, teman-teman sudah tahu dan kemudian juga sudah dikonfirmasi kepada yang dituju, yakni Soekarwo, dan itu telah disampaikan bahwa beliau tidak sama sekali menanggapi itu. Kan teman-teman sudah lihat BBM-nya, jangan tanya lagi," kata Zainudin di Gedung KPK, Jakarta, Senin (20/1/2014) seusai diperiksa sebagai saksi (Kompas.com).
Hari itu Zainudin diperiksa KPK dalam kasus dugaan penerimaan gratifikasi yang menjerat mantan Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Waryono Karno. Ketika keluar dari ruang pemeriksaan, para wartawan mengajukan pertanyaan kepadanya mengenai kebenaran pemberitaan di Koran Tempo yang memberitakan bahwa ketika Akil Mochtar masih menjadi Ketua MK, pernah ada komunikasi pihaknya (Golkar, pengusung Soekarwo) dengan Akil Mochtar, membicarakan sengketa Pilkada Provinsi Jawa Timur. Pada waktu itulah ada permintaan dari Akil Mochtar uang suap sebanyak Rp 10 miliar agar di sidang sengketa Pilkada Jawa Timur itu dia memenangkan Soekarwo.
Maka, Zainudin pun memberi jawaban seperti tersebut di atas.
Inti jawaban tersebut adalah benar Akil Mochtar pernah meminta suap Rp 10 miliar, tetapi permintaan tersebut tidak pernah ditanggapi pihak Zainuddin cs karena mereka yakin Soekarwo pasti menang tanpa perlu memberi suap. Permintaan Akil itu katanya, diabaikan.
Benarkah demikian?
Kalau memang yang disampaikan Zainudin itu benar, tentu seharusnya tidak ada percakapan selanjutnya antara pihaknya dengan Akil Mochtar. Akil minta duit, diabaikan. Selesai. Tetapi, kelihatannya tidak begitu kejadiannya.
Seharusnya juga, pada Desember 2013 lalu, KPK tidak memeriksa Idrus Marham, Setya Novanto, dan Zainudin.
Karena ada percakapan yang cukup panjang antara Zainudin dengan Akil Mochtar dengan menyebut-nyebut nama dua petinggi Golkar itulah, maka ketiga orang itu pada Desember lalu diperiksa KPK. Percakapan itu dilakukan melalui BBM.
Sebenarnya dari mana datangnya informasi tentang adanya komunikasi antara Akil Mochtar dengan Zainuddin tentang permintaan uang suap Rp 10 miliar itu?
Saya membaca informasi ini pertama kali dari dari Majalah Tempo edisi 19 Januari 2014.
Temuan bahwa ternyata pernah ada komunikasi Akil Mochtar dengan Zainudin yang mewakili Golkar tentang permintaan suap Rp. 10 miliar itu ditemukan secara tidak sengaja oleh KPK.
Ketika KPK menangkap Akil Mochtar bersama anggota DPR dari Fraksi Golkar Chairunissa dan seorang pengusaha pada Rabu malam, 2 Oktober 2013 di rumah dinasnya di kompleks rumah dinas pejabat teras di Widya Chandra, Jakarta Selatan, KPK antara lain menyita juga BlackBerry milik Akil Mochtar.
Nah, ketika BlackBerry itu diperiksa, KPK menemukan adanya percakapan BBM itu antara pemiliknya dengan Zainudin Amali itu. Dari situlah terungkap bahwa ternyata nyaris terjadi transaksi suap antara Zainudin dengan Akil Mochtar. Tetapi, karena KPK “terlalu cepat” menangkap Akil Mochtar, transaksi itu tak sampai terjadi.
Di dalam percakapan via BBM tanggal 1 Oktober 2013 itu, sehari sebelum Akil ditangkap KPK, Akil terlihat geram dengan Sekretaris Jenderal Partai Golongan Karya Idrus Marham. Karena Idrus hanya menawarinya “uang kecil”, dan tak jelas, sebenarnya siapa dari Golkar yang “mengurus” persoalan itu dengannya.
"Gak jelas itu semua, saya batalin aja lah Jatim itu, pusing aja, siapkan 10 m (Rp 10 miliar) saja kl (kalau) mau selamat. Masak hanya ditawari uang kecil, gak mau saya," demikian kutipan BBM Akil.
Lalu, Zainudin membalas dengan meminta arahan kepada Akil. "Baik Bang, klau (kalau) ada arahan begitu ke Sy (saya), siap Sy (saya) infokan."
Dari sini saja kelihatan kalau keterangan Zainudin di atas itu sangat diragukan kebenarannya. Dia bilang, benar ada permintaan Rp 10 miliar itu dari Akil, tetapi permintaan Akil itu tidak dijawab, diabaikan olehnya. Ternyata, terungkap ada percakapan BBM seperti ini (transkrip lengkapnya lihat di akhir tulisan ini). Kalau benar Akil diabaikan, tentu tak bakal ada komunikasi dua arah seperti ini. Mungkin Zainudin tidak mengira, kalau transkrip komunikasinya dengan Akil via BBM itu sudah sedemikian lengkap ada di tangan Tempo, yang kemudian dipublikasikan.
Ketika transkrip itu disampaikan kepadanya, mungkin saja di dalam hatinya Zainudin sangat terkejut. Tetapi, dia bisa mengendalikan diri, dan berupaya membohongi wartawan dengan dalihnya yang diakira wartawan dan kita percaya. Kata dia, percakapan itu hanyalah candaan antara dia dengan Akil.
"Ya biasalah, kayak kita orang lagi becanda-canda gitu," ujar Wakil Ketua Komisi VII DPR dari Golkar itu (Kompas.com). Tentu saja ini adalah dalih yang terlalu mengada-ada. Siapa yang mau percaya?
Majalah Tempo melaporkan, dalam percakapan BBM tanggal 1 Oktober itu juga terungkap Akil menyebut-nyebut nama Idrus Marham, Setya Novanto, dan pengusaha Nirwan Bakrie, adik dari Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie. Diduga Setya dan Nirwan adalah penyandang dananya.
Di percakapan itu juga terekam keluhan Akil terhadap Idrus, “Sama aku kecil-kecil saja... Memangnya aku anggota Fraksi Golkar?” Kepada penyidik, Akil menjelaskan apa yang dimaksud dengan “kecil-kecil” itu. Katanya, Idrus sering memberi dia hanya puluhan juta rupiah. Padahal Akil mendengar bahwa orang yang dia “bantu” sebenarnya merogoh dana hingga miliran rupiah.
Zainudin berjanji kepada Akil, dia akan menyampaikan permintaan Rp 10 miliar itu kepada “tim Jatim”, hasilnya akan dikabarkan segera. Besoknya, 2 Oktober, Zainudin mengirim BBM kepada Akil bahwa permintaan duit itu disetujui, jadi, kapan duitnya mau diterima Akil. Akil menjawabnya, segera.
Mereka kemudian janjian. Uang itu akan diserahkan Zainudin di rumah dinas Akil di Widya Chandra, pada malam harinya. Waktu tepatnya, Akil akan mengontak Zainudin.
Rabu malam itu, selain dengan Zainudin, rupanya Akil Mochtar sudah janjian juga dengan Chairun Nissa, anggota DPR dari Fraksi Golkar, yang mengurus sengketa Pilkada Kabupaten Gunung Mas dengan Bupatinya Hambit Bintih, dan dengan Susi Tur Andayani, pengacara yang mengurus sengketa Pilkada Lebak Banten.
Tetapi, Susi mendadak tidak bisa ke rumah Akil, karena harus bertemu dengan kliennya di Lebak.
Tanpa mereka semua ketahui, semua gerak-gerik mereka itu sudah dipantau KPK, kecuali Zainudin, yang tidak diketahui KPK.
KPK menurunkan empat tim sekaligus—terbanyak dalam sekjali operasi tangkap tangan. Dua untuk Gunung Mas, dua buat Lebak. Tim Gunung Mas memantau Chairun Nisa dan Hambat Bintih. Tim Lebak mengintai Susi Tur Andayani dan Tubagus Chaeri Wardana, yang mendanai suap Lebak.
Sedangkan aktivitas Zainudin Amali dan rombongan Jawa Timur tak terawasi. Rencana penyerahan uang dari Zainudin di luar dugaan petugas KPK. Mereka baru mengetahui belakangan, setelah membongkar isi BBM di BB Akil Mochtar yang disita.
Di BBM itu terungkap percakapan terakhir Zainudin dengan Akil, “Din, di mana?”
“Di Menteng, Bang. Standby.”
“Bisa bertemu saya sekarang di rumah? Darurat. Kalau enggak diulang nih Jatim.”
“Baik, Bang. Segera saya ke sana.”
Di Widya Chandra, petugas KPK bergerak “terlalu cepat”. Begitu Chairun Nisa tiba sekitar pukul 22.00, dia langsung diringkus bersama Akil. Mengetahui Akil sudah ditangkap, Zainudin langsung putar haluan, menjauhi rumah Akil.
Seandainya saja KPK “bersabar” sedikit waktu lagi, maka jumlah penyuap yang ditangkap pasti lebih besar dan lebih menggemparkan lagi ketika itu.
Maka, hari itu, Zainudin cs menjadi penyuap yang benar-benar “beruntung”?
Apakah nanti KPK mampu mengubah “keberuntungan” Zainudin cs itu, dengan menjadikan mereka sebagai tersangka, ditahan, dan seterusnya?
*
Berikut transkrip percakapan via BBM antara Zainudin dengan Akil Mochtar, yang terjadi sebelum Akil ditangkap KPK (tanggal 1 Oktober dan 2 Oktober 2013) / sumber: tempo.co:
Akil: Gimana konsolidasi Jatim? Gawat juga ya?
Zainudin: Kpn (kapan) ada waktu?
Akil: Nantilah skrg (sekarang) aja masih sidang Jatim, kita batalin aja nih Jatim
Zainudin: hehehe… itu semua kewenangan yg (yang) mulia, siap Bang, sy (saya) menunggu petunjuk & arahan Abang, Tks
Akil: Ini Jatim yang urus Idrus Marham atw (atau) Zainudin?
Zainudin: katanya Abang lbh (lebih) berkenan klau (kalau) dr PG (dari Partai Golkar) Pak Idrus makanya Sy (saya) ikut aja, tp (tapi) klau (kalau) ada perintah lain Sy (saya) akan sampaikan ke pihak Jatim Bang, terserah Abang aja bagaimana baiknya. Mhn (mohon) arahan, tks.
Akil: Gak jelas itu semua, saya batalin aja lah Jatim itu, pusing aja. Suruh mereka siapkan 10m (Rp 10 miliar) saja kl (kalau) mau selamat. Masak hanya ditawari uang kecil, gak mau saya,,,
Zainudin: Baik Bang, klau (kalau) ada arahan begitu ke Sy (saya), siap Sy (saya) infokan.
Akil: segera, dalam 1,2 hari (1-2 hari) ini saya putus!
Zainudin: makanya kan Sy (saya) minta waktu & arahan dr (dari) Abang itu maksudnya
Akil: Tipu2 aja itu sekjen kalian itu
Zainudin: Jd (jadi) urusannya dg Sy (dengan saya) ya Bang?
Akil: Ya cepatlah, pusing saya menghadapi sekjen mu itu, kita dikibulin melulu aja. Katanya yang biayai Nov (Setya Novanto) sama Nirwan B? menurut sekjenmu, krna (karena) ada kepentingan bisnis disana. Jd (jadi) sama aku kecil2 aja, wah,,, gak mau saya saya bilang besok atw (atau) lusa saya batalin tuh hasil pilkada Jatim. Emangnya aku anggota fpg (Fraksi Golkar di DPR)?
Zainudin: Td (Tadi) siang Sy (saya) ketemu Idrus & Nov (Setya Novanto) di FPG (Fraksi Golkar), kata IM (Idrus Marham) nanti dia yang berurusan ke Abang mlm (malam) ini makanya Sy (saya) diam aja. Sy (saya) fikir Abang lbh (lebih) percaya IM (Idrus Marham) drpd Sy (daripada saya) makanya Sy (saya) gak gerak lg (lagi).
Akil: saya gk (gak) pernah hubungan sama dia selama ini urusan Jatim, baru ujug2 datang, makanya saya tanya siapa yang urus Jatim ini kepada Zainudin.
Zainudin: Iya Bang, berarti mereka (IM & Nov (Idrus Marham dan Setya Novanto)) yg minta ke Tim Jatim spy (supaya) IM yg urus. Apakah td (tadi) waktu dg (dengan) IM (Idrus Marham) Abang sempat singgung jg (juga) bahwa Sy sdh (saya sudah) komunikasi dg (dengan) Abang?
Akil: Tdk ada sama sekali dia tdk tahu dan saya tdk ngomong soal Zainudin ketemu saya,,,, Saya heran saja kok tiba2 dia datang urusan Jatim…
Zainudin: Baik bang, bsk akan sy komunikasikan dg Tim Jatim, tks
2 Oktober 2013
Zainudin: Ass Bang, Alhamdulillah positif, kpn (kapan) bisa komunikasi darat? mhn (mohon) arahan, tks.
Akil: Kapan ada waktu? Secepatnya
Zainudin: Nanti mlm (malam) sy (saya) ke Wican (Komplek Widya Chandra, alamat rumah dinas Akil)?
Akil: Eksekusi langsung. Oke tunggu kontak dari saya. Dimana? PING!!!
Zainudin: di Menteng stanby Bang
Akil: Bisa ketemu saya skrg (sekarang) ke rumah. Darurat. Kl (kalau) gak diulang nih Jatim
Zainudin: Baik Bang, segera Sy (saya) ke sana
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H