Mohon tunggu...
Daniel H.T.
Daniel H.T. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Bukan siapa-siapa, yang hanya menyalurkan aspirasinya. Twitter @danielht2009

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Meriahnya Sambutan Tionghoa Indonesia kepada Jokowi

27 Juni 2014   20:52 Diperbarui: 18 Juni 2015   08:35 2685
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_312983" align="alignnone" width="448" caption="Capres Jokowi ketika menyampaikan orasinya di hadapan massa Tionghoa Indonesia di Grand Ballroom Restoran Sun City, LTC, Glodok, Jakarta, Kamis, 26/06/2014. Penyelenggara acara: Perhimpunan Tionghoa Indonesia (INTI) (Foto milik penulis)"][/caption]

Kamis, 26 Juni 2014, seharusnya saya menghadiri dua acara temu muka dengan Calon Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Jakarta, yang masing-masing diselenggarakan oleh Perhimpunan Tionghoa Indonesia (INTI) di Grand Ballroom Sun City  Restaurant, Lindeteves Trade Centre (LTC), Jalan Hayam Wuruk, dan Kompasiana, di Ballroom Hotel Lumire, Jalan Senen Raya.

Undangan pertama saya dapat dari INTI sekitar seminggu sebelum undangan yang sama ditayangkan di Kompasiana.com. Menurut jadwal yang tertera pada undangan, acara yang diselenggarakan oleh INTI dimulai pukul 18:00 – 21:30 WIB, sedangkan oleh Kompasiana, pukul 20:00 – 21:30 WIB.

Dilihat dari jadwal jam acara tersebut sebenarnya terjadi bentrokan waktu, sebenarnya sudah saya pertanyakan di ruang komentar undangan itu, tetapi tidak memperoleh respon. Jadi, saya pikir jadwal tersebut hanya sebagai patokan, sifatnya fleksibel. Di Antara kurun waktu itu Jokowi mungkin bisa mengatur waktunya untuk menghadiri dua acara tersebut sebagai nara sumbernya.

Tetapi, ternyata di acaranya INTI, Jokowi bersama tim suksesnya baru datang ke lokasi acara pada pukul 21:30 WIB, selesai pukul 22:30. Saya menjadi ragu-ragu apakah acaranya Kompasiana di Hotel Lumire itu bisa tetap berjalan ataukah tidak. Mengingat waktu sudah cukup larut, sedangkan Jokowi masih memerlukan waktu relatif cukup lama ke sana. Ketika melihat kondisi lalu-lintas di depan LTC yang masih macet, saya akhirnya mengurungkan niat untuk menuju ke Hotel Lumire itu. Jadi, saya batal menghadiri acara temu muka Netizen Kompasiana dengan Jokowi.

Sebelum kedatangan Jokowi atas undangan INTI itu, dua minggu sebelumnya yang datang adalah Prabowo, Calon Presiden Nomor 1. Ketika itu INTI menyelenggarakan acaranya di Ballroom Hotel Pullman, MH Thamrin.

Lima tahun yang lalu, INTI juga mengundang tiga pasangan Calon Presiden yang berkompetisi di Pilpres 2009, yang datang masing-masing adalah Megawati (dari pasangan Megawati-Prabowo), Budiono (dari pasangan SBY-Budiono), dan Jusuf Kalla (dari pasangan JK-Wiranto). Jadi, mengundang pasangan Capres-Cawapres itu memang sudah dijadikan kebiasaan rutin lima tahunan INTI di setiap Pilpres.

Sambutan yang Sangat Luar Biasa

Terus terang saya tidak menyangka bahwa peserta di acara Temu Muka dan Silahturahmi dengan Jokowi-JK (yang datang cuma Jokowi dengan tim suksesnya) di acara INTI ini bisa sedemikian luar biasa banyak dan meriahnya. Panitia juga tidak menyangka, Jokowi juga kaget.

Kursi yang disediakan panitia adalah 2.000 tempat duduk, tetapi yang datang jauh melebihi itu. Sehingga banyak yang tidak kebagian kursi, terpaksa berdiri berlama-lama, melumer sampai ke ruangan Ballroom yang besar itu. Banyak yang tidak kebagian makanan yang disediakan Panitia, sebelum acara dimulai.

Sekitar pukul 19:00 ruangan di Ballroom itu sudah penuh sesak. Semua peserta menunggu dengan sabar kedatangan Jokowi yang molor cukup lama itu. Tidak ada yang beranjak meninggalkan ruangan itu. Untuk mengisi waktu Panitia mengundang beberapa orang untuk menyumbangkan suaranya menyanyikan beberapa lagu perjuangan.

Ketika Jokowi akhirnya datang, sebagian besar hadirin serentak berdiri, dan meneriakkan yel-yel, “Jokowi, Jokowi, Jokowi!” Sebagian lagi sambil menunjukkan tanda dua jari diacung ke atas.

Acara dimulai dengan menyanyikan lagu “Indonesia Raya” dan Mars INTI.

Mengawali acara tersebut, dalam sambutannya Sekretaris Jenderal INTI Budi S. Tanuwibowo menegaskan bahwa sebagai organisasi, sesuai dengan AD/ART-nya, INTI tidak berpihak kepada pasangan calon presiden manapun. Hal itu dibuktikan dengan INTI juga mengundang pasangan Capres-Cawapres Nomor satu, yang dihadiri oleh Prabowo. Sedangkan lima tahun lalu yang diundang adalah tiga pasangan yang waktu itu sebagai peserta Pilpres 2009; Megawati-Prabowo, SBY-Budiono, dan JK-Wiranto. Namun, demikian secara pribadi, pilihan diserahkan kepada masing-masing individu untuk memutuskan hendak memilih pasangan yang mana.

Sebagian besar undangan yang menghadiri acara tersebut bukan orang INTI, pengurus INTI hanya beberapa orang saja. Sedangkan semua hadirin yang memenuhi Ballroom itu diperkirakan jumlahnya sekitar 2.500 orang! Panitia juga tidak menyangka bahwa kharisma dan daya tarik Jokowi sedemikian besarnya di kalangan WNI Tionghoa. Jauh lebih banyak dibandingkan dengan Prabowo, yang hanya dihadiri sekitar 200 orang.

[caption id="attachment_312984" align="alignnone" width="448" caption="Ribuan warga Tionghoa Indonesia menghadiri acara Temu Muka dengan Jokowi, yang diselenggarakan oleh Perhimpunan Tinghoa Indonesia (INTI) (Foto milik penulis)"]

14038517491148756670
14038517491148756670
[/caption]

14038519021591851682
14038519021591851682

Sekjen INTI, Budi S. Tanuwibowo mengaku tidak menyangka jumlah orang yang datang sedemikian banyaknya. Secara bergurau beberapakali dia mengatakan, “Ternyata, Jokowi benar-benar oye!” Ketika berbicara di podium, Jokowi juga mengatakan dia kaget melihat sedemikian banyaknya orang yang hadir. Dia pikir, paling banyak sekitar 300 orang yang datang.

1403863176158287753
1403863176158287753

Pimpinan Harus Dipercaya oleh Rakyat

Dalam sambutannya Budi antara lain menceritakan sebuah ilustrasi tentang dialog Khong Hu Cu dengan muridnya, Chi Kung. Chi Kung bertanya kepada Khong Hu Cu, “Apa yang bisa membuat sebuah negara tetap berdiri?” Khong Hu Cu menjawab, “Adanya senjata, sandang-pangan, dan kepercayaan rakyat terhadap pimpinannya.”

Chi Kung bertanya lagi, “Seandainya, di antara tiga itu, ada satu yang harus dihilangkan, apakah yang harus dihilangkan?” Khong Hu Cu menjawab, “Hilangkan senjata, karena adanya senjata membuat negara-negara terus berperang. Sedangkan sandang-pangan dan kepercayaan rakyat kepada pimpinannya itu tetap lebih penting.

Chi Kung belum puas, bertanya lagi, “Seandainya di antara dua yang tersisa ini, satu lagi harus dihilangkan. Apakah itu?” Khong Hu Cu menjawab, “Hilangkan sandang dan pangan, dan jagalah kepercayaan rakyat kepada pimpinannya. Karena meskipun negara kehilangan pangan dan pangan, tetapi kalau rakyat tetap percaya kepada pimpinannya, maka negara itu akan tetap eksis, meskipun berada dalam kelaparan dan tiadanya sandang. Dengan kepercayaan rakyat kepada pimpinannya itu, maka negara itu bisa tetapi eksis untuk bahu-membahu berjuang keras bersama-sama, dan akhirnya pasti bisa keluar dari keadaan yang sesulit apapun juga. Untuk kemudian bangkit menjadi bangsa yang besar.”

“Beberapa negara telah mengalami hal itu. Contohnya adalah RRT di masa Mao Tse Tung dengan program Lompatan Jauh ke Depannya, meskipun program itu gagal, membuat banyak sekali rakyatnya yang sangat kekurangan sandang dan pangan, mati kelaparan, tetapi Mao tetap bisa menjaga kepercayaan rakyat kepadanya. Maka, RRT bisa tetap bertahan, meksipun dalam kondisi yang maha sulit selama puluhan tahun, sampai akhirnya mengalami kemajuan hebat seperti sekarang.”

Suatu negara yang dulu dipandang remeh oleh dunia internasional, kini berbalik menjadi negara paling maju ekonominya nomor dua setelah Amerika Serikat. Bahkan kini, Amerika pun segan kepada RRT.

“Apakah yang dapat membuat rakyat tetap percaya kepada pimpinannya,” Tanya Budi. Jawabannya adalah jika pimpinan itu mau berbaur dan bersatu dengan rakyat di kala susah, maupun senang Merasakan penderitaan rakyat, dan tahu apa yang mereka butuhkan secara langsung.”

Pluralisme

Baik Budi, maupun pendiri INTI, Benny G. Setiono, dan Ketua Umum INTI Rachmat Hakim dalam sambutan mereka juga antara lain mengharapkan kepada Jokowi-JK, jika mereka berdua terpilih, hendaknya benar-benar menuntaskan kasus-kasus HAM masa lalu, seperti kasus kerusuhan Mei 1998 dan penculikan (para aktivis pro demokrasi). Agar permasalahan besar bangsa ini tidak terus terkatung-katung, harus dituntaskan, apakah melalui suatu peradilan, ataukah melalui suatu komisi rekonsiliasi. Apakah nanti melalui suatu vonis hakim, ataukah melalui suatu rekonsiliasi yang saling saling memaafkan, yang terpenting kasus tersebut harus dibuat terang-benderang.

Jika terpilih, Jokowiu-JK juga diharapkan untuk lebih intens dalam pemberantasan korupsi. Setiap koruptor harus dibasmi dengan hukuman paling berat, tanpa memandang dari mana dia, tanpa memnadang etnisnya, apa, agamanya apa, atau lainnya, semua harus dibasmi.

Dalam orasinya Jokowi berbicara mengenai pluralisme, investasi, dan perekonomian Indonesia, dan apa yang akan dialakukan jika terpilih menjadi Presiden.

Menyinggung mengenai pluralisme, Jokowi membeberkan pengalamannya ketika hendak dicalonkan sebagai gubernur DKI Jakarta pada 2012 lampau. Kepada dia, tim suksesnya mengajukan beberapa kandidat yang dikehendaki Jokowi untuk mendampinginya sebagai calon wakil gubernur. Tim sukses Pilkada DKI Jakarta itu dibuat kaget karena Jokowi menjatuhkan pilihannya kepada Ahok yang diusung Partai gerindra, yang dobel minoritasnya; sudah Kristen, Tionghoa lagi. Tetapi, Jokowi bersikeras menyatakan Ahok adalah pilihannya, dia tidak melihat Ahok itu etnis atau agama apa, tetapi dia sudah mempelajari rekam jejak Ahok sebelumnya, ketika menjadi Bupati Belitung Timur, dan anggota DPR. Dia juga sudah mengetahui karakter Ahok itu seperti apa, maka dia merasakan Ahok adalah pendampingnya yang paling cocok. Mengenai persepsi warga DKI Jakarta, Jokowi menyatakan, dia yakin bahwa sebagian besar warga Ibu Kota sudah maju dalam menilai dan menentukan calon-calon pimpinannya. Tidak lagi berdasarkan etnis, agama, atau lainnya, tetapi berdasarkan rekam jejak, karakter, prestasi, jujur, pekerja keras demi rakyat, dan sebagainya.

Jokowi akhirnya berhasil juga meyakinkan tim suksesnya bahwa mereka akan menang meskipun Ahok yang mendampinginya di Pilkada DKI Jakarta 2012 itu. Terbukti kemudian Jokowi-Ahok terpilih sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur di Pilkada DKI Jakarta 2012 itu.

Pengalaman lain Jokowi adalah ketika menghadapi kelompok intoleran dalam kasus Lurah Susan Jasmine Zulkifli, yang mendesak Jokowi untuk memindahkan lurah itu dari kelurahan Lenteng Agung, dengan alasan agama. Dalam pertemuannya dengan kelompok intoleran itu Jokowi menegaskan bahwa apa yang diputuskan adalah berdasarkan kewenangannya sebagai Gubernur DKI, dan berdasarkan Konstitusi Negara.

Namun kelompok itu masih belum mau menerima, dalam pertemuan kedua Jokowi lebih keras lagi terhadap kelompok ini. Jokowi berkata kepada mereka, Konstitusi Negara kita menjamin semua warganegara mempunyai hak dan kewajiban yang sama, termasuk menjadi PNS di Pemprov DKI, dan hukum memberi wewenang kepadanya sebagai Gubernur DKI untuk melaksanakannya. Jokowi mnengatakan, dia hanya tunduk pada Konstitusi, tidak kepada tekanan, apalagi tekanan yang bertentangan dengan Konstitusi. “Oleh karena itu harap kalian mengerti. Dan, saya ingatkan: Jangan kembali lagi ke saya untuk urusan yang sama!”

Dengan prinsipnya itu Jokowi bersama Ahok berhasil mempertahankan Lurah Susan sampai sekarang. Lewat pembelajaran-pembelajaran seperti inilah akan bisa mengubah pola pikir rakyat yang selama ini terkungkung dalam lorong-lorong fanatisme buta dan sempit, yang terbiasa tidak mematuhi hukum, dan sebagainya.

Setelah itu Jokowi mulai berbicara tentang permasalahan investasi, perizinan usaha, dan pembangunan perekonomian Indonesia yang banyak salah urus. Seperti perizinan usaha yang seharusnya bisa diselesaikan hanya beberapa hari, tetapi dibuat menjadi beberapa bulan, bahkan tahunan, sawah dan waduk untuk irigasi, persediaan pupuk bagi petani, tol laut yang menghubungkan pulau-pulau di Indonesia mulai dari Aceh di Sumatera sampai Merauke di Papua, bagaimana mendorong produk petani, dan bagaimana menyalurkan produk itu untuk dijual, dan sebagainya.

“Selama ini, petani didorong untuk berproduksi sebanyak-banyaknya dengan kualitas yang baik, tetapi tidak diikuti dengan bagaimana untuk menyalurkan hasil produksi itu untuk bisa laku dijual,” antara kata Jokowi.

Mengenai izin usaha, Jokowi mengatakan dia sendiri pernah menjadi pengusaha selama puluhan tahun, dia bisa merasakan sendiri sering dipersulit birokrat pemerintah menyangkut perizinan usaha. Izin sengaja dipersulit, jika tidak ada uang pelicin. Oleh karena itu kendala-kendala yang hanya menghalangi kemajuan dunia usaha seperti itu harus diberantas dan dihilangkan peluangnya. Yaitu, dengan memanfaatkan kemajuan teknologi dan informasi, yang terbukti bisa dijalankan di DKI Jakarta. “Jakarta adalah miniaturnya Indonesia, maka jika sukses di Jakarta, maka pasti juga bisa di seluruh Indonesia,” kata Jokowi.

Acara yang berlangsung sekitar satu jam itu diakhiri pada pukul 22:30, dan Jokowi beserta tim suksesnya pun bergegas meninggalkan lokasi menuju Hotel Lumire, menemui para netizen Kompasiana untuk acara berikutnya, yang sebenarnya saya sudah daftar untuk juga hadir, tetapi dengan alasan yang saya sebutkan di awal tulisan ini, saya urung.

Bagaimana dengan acara di Hotel Lumire itu, tentu para rekan di Kompasiana akan menulisnya untuk kita semua.

***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun