Meskipun pihak pemerintah Indonesia, dalam hal ini Kementerian Perhubungan, yang disampaikan langsung oleh Menteri Perhubungan Freddy Numbery bahwa abu vulkanik Gunung Merapi tidak mencapai Jakarta, tetapi tetap saja sejumlah penerbangan asing membatalkan jadwal penerbangannya menuju Jakarta.
Menteri Perhubungan Freddy Numbery, di Yogyakarta, tanggal 6 November kemarin menegaskan bahwa keputusan sejumlah penerbangan asing yang membatalkan jadwal penerbangannya ke Jakarta adalah sebagai akibat dari adanya Notice to Airmen yang dikeluarkan oleh pihak penerbangan Australia. “Padahal peringatan itu tidak benar,” katanya.
Sebelumnya, pihak PT. Angkasa Pura II juga telah mengeluarkan pernyataan bahwa kondisi bandara Soekarno-Hatta tidak terpengaruh abu vulkanik Gunung Merapi.
Lalu, kenapa pernyataan resmi dan Angkasa Pura, dan bahkan Menteri Perhubungan itu, seolah-olah dianggap angin lalu, atau tidak dipercayai oleh sejumlah maskapai penerbangan asing itu?
Buktinya, meskipun ada keterangan resmi tersebut mereka tetap memutuskan untuk membatalkan jadwal penerbangannya yang menuju Jakarta.
Kalau benar keputusan itu dikarenakan oleh adanya Notice to Airmen dari Australia, seperti yang dikatakan Freddy Numbery, seharusnya pemerintah RI malu besar.
Bagaimana bisa, sebagai pemilik wilayah, yang seharusnya jauh lebih tahu daripada pihak asing manapun juga, malah tidak didengar/dipercaya keterangannya oleh sejumlah maskapai penerbangan asing itu. Kok bisa mereka lebih percaya pernyataan yang dikeluarkan oleh pihak asing, dalam hal ini Australia. Lepas dari keteranga siapa yang benar.
Ini untuk kesekian kalinya menunjukkan bahwa pemerintah Indonesia di mata dunia internasional sudah tak punya wibawa lagi. Mereka menganggap bahwa apa yang berasal dari pemerintah RI tidak bisa dijadikan pegangan. Apalagi ini menyangkut jiwa manusia.
Bagi mereka, di Indonesia sikap hati-hati, sikap preventif, dan sikap menghargai jiwa manusia masih sangat kurang.
Terbukti dengan begitu banyaknya jiwa yang melayang percuma dalam tiga bencana alam besar terakhir di Wasior, Kepulauan Mentawai, dan bencana vulkanik Gunung Merapi itu sendiri.
Padahal sebetulnya korban jiwa yang sedemikian banyak itu bisa dicegah atau setidaknya seminimal mungkin kalau pemerintah benar-benar menghargai jiwa manusia, dan serius/terbiasa dalam melakukan langkah-langkah preventif bencana.
Setelah bencana pun, penanganan terhadap korban yang masih hidup pun masih tergolong belum maksimal.
Maskapai-maskapai penerbangan asing itu tentu tidak mau berjudi denga jiwa para penumpangnya. Oleh karena itu dengan jatuhnya wibawa dan kepercayaan pemerintah RI di mata mereka, mereka pun tidak mau ambil risiko dengan mempercayai pernyataan resmi dari pemerintah RI, dalam hal ini pihak Angkasa Pura II sebagai pengelola dan penanggung jawab bandara Soekarno-Hatta, dan Menteri Perhubungan. Mereka lebih percaya pihak asing, yakni Australia.
Sebuah ironi yang semakin memilukan hati kita.
Barangkali sebagai contoh nyata di mata mereka yang membuat mereka memtuskan tidak percaya pemerintah RI; bagaimana bisa ketika abu vulkanik mulai melanda wilayah Yogyakarta, pemerintah masih saja mengizinkan penerbangan dari dan menuju bandara Adi Sucipto, Yogyakarta, dengan menerapkan sistem buka-tutup. Setelah benar-benar sudah tidak memungkinkan lagi barulah pemerintah RI memutuskan menutup sementara bandara tersebut.
Mungkin bagi mereka kebijakan itu sama artinya dengan menjadikan jiwa para penumpang yang dari dan ke Yogyaraka itu sebagai kelinci percobaan masih aman-tidaknya penerbangan di wilayah Yogyakarta. Kalau di negara mereka, sudah sejak awal, begitu ada indikasi abu vulkanik mencapai daerah tertentu, wilayah tersebut langsung ditutup untuk semua penerbangan. Tidak pakai sistem buka-tutup segala, seolah-olah seperti mengatur arus lalu-lintas di darat saja. ***
Catatan:
Detik.com: Berikut adalah daftar maskapai penerbangan luar negeri yang telah mengkonfirmasikan untuk menunda sementara penerbangannya dari dan menuju Bandara Soekarno-Hatta yang disampaikan oleh PT Angkasa Pura II dalam rilisnya yang diterima detikcom, Sabtu (6/11/2010). Penundaan dilakukan mulai pukul 17.30-23.15 WIB.
1. Malaysia Airlines, 6 penerbangan
2. Japan Airlines, 2 penerbangan
3. China Southern, 1 penerbangan
4. Singapura Airlines, 6 penerbangan
5. Value Air, 4 penerbangan
6. Turkey Airline, 2 penerbangan
7. KLM, 2 penerbangan
8. Lufthansa, 2 penerbangan
9. Emirates Air, 4 penerbangan
10.Tiger Airways, 2 penerbangan
11.Eva Airlines, 2 penerbangan
12.Ethihad, 2 penerbangan
13.AirAsia, 13 penerbangan
Gambar : http://www.primaironline.com/images_content/2009919Bandara_Soekarno-Hatta.JPG
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H