Mohon tunggu...
Daniel H.T.
Daniel H.T. Mohon Tunggu... Wiraswasta

Bukan siapa-siapa, yang hanya menyalurkan aspirasinya. Twitter @danielht2009

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Landasan Bandara Juanda Bopeng-bopeng, Menteri Jonan Harus Bertindak Tegas!

20 Januari 2015   16:23 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:45 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pasca kecelakaan pesawat terbang Air Asia QZ -8501, Menteri Perhubungan Ignaius Jonan langsung melakukan gebrakan cepat dan tegas terhadap jajarannya di Kementerian Perhubungan, baik di Surabaya, maupun di Jakarta. Hasil investigasi cepat menemukan berbagai ketidakberesan, kebobrokan, seperti jual beli jadwal penerbangan, penerbangan tanpa izin yang semestinya, jadwal penerbangan yang bisa diubah-ubah tanpa memperhatikan standar yang diharuskan oleh peraturan yang berlaku, dan sebagainya, yang semuanya membelalakkan mata dunia: Betapa tidak sistem transportasi udara yang begitu tinggi standar keselamatan penumpangnya di seluruh dunia diurus seperti mengurus angkutan kota di Indonesia yang sudah terkenal dengan keamburadulannya itu. Sanksi-sanksi administrasi pun dijatuhkan kepada para pejabat terkait, termasuk yang di Angkasa Pura I Juanda, sebagai pengelola Bandara Internasional Juanda, di Sidoarjo, Jawa Timur.

Namun, belum apa-apa barusan kemarin siang (Senin, 18 Januari 2015), ditemukan lagi ketidakberesan di bandara tersibuk nomor dua di Indonesia, Bandara Internasional Juanda, yang sangat tinggi risikonya dapat menyebabkan kecelakaan pesawat di sana. Yaitu, kualitas landasan pacu (run away)-nya ternyata sangat buruk kualitasnya.

Kenyataan itu baru diketahui pada saat sedang sibuk-sibuknya lalu-lintas pesawat terbang komersial di sana, yaitu Senin siang, sekitar pukul 11:00 WIB, setelah beberapa pilot yang mengajukan komplain bahwa permukaan landasan itu bergelombang! Sesudah itu barulah pihak Angkasa Pura Juanda melakukan tindakan cepat dengan menerbitkan notice to airmen untuk menutup sementara operasi Bandara Juanda mulai pukul 11:00 sampai dengan 15:00 WIB, kemudian diperpanjang menjadi 15:30 WIB.

Akibat dari penutupan operasional Bandara selama 4 jam itu:

-52 keberangkatan mengalami keterlambatan (delay),

-38 kedatangan mengalami keterlambatan

-90 penerbangan tertunda,

-11 penerbangan dialihkan,

-Estimasi penumpang yang dirugikan: 5.000 penumpang,

-Kota tujuan yang terimbas penutupan: Jakarta, Banjarmasin, Balikpapan, Batam, Palembang, Denpasar, Bandung, Banyuwangi, Makassar, Lombok, Jogjakarta, Semarang, Johor, Kuala Lumpur, Singapura,

-Kota asal penerbangan yang terimbas penutupan: Jakarta, Kupang, Palangkaraya, Batam, Makassar, Banjarmasin, Jember, Denpasar, Balikpapan, Bandung, Kotabaru, Kupang, Palu, Manado, Solo, Semarang, Kuala Lumpur, Singapura.

-Maskapai penerbangan yang dirugikan: Garuda Indonesia, Citilnk, Wings Air, Air Asia, Trans-nusa, Lion Air, Sriwijaya Air, Tiger Airways, Batik Air, Kal Star Aviation, Jetstar Asia Airways, dan Tiger Airways.

Ribuan penumpang pun “bertumpukan” di ruang-ruang tunggu, sehingga ruangan menjadi pengab, kursi-kursi tidak lagi mencukupi, banyak yang terpaksa lesehan di lantai.

Setelah penutupan dilakukan barulah pemeriksaan landasan pacu itu dilakukan oleh pihak Angkasa Pura Juanda. Hasilnya ditemukan: dari panjang landasan yang 3.000 meter itu di sepanjang 1.600 meter sampai 2.400 meter dari runaway 10, landasannya bergelombang, retak-retak dan lubang-lubang dengan rata-rata berdiameter 75 cm dan kedalaman 5 cm.

[caption id="attachment_347113" align="aligncenter" width="700" caption="(sumber: Harian Jawa Pos, Selasa, 20/01/2015)"][/caption]

[caption id="attachment_347116" align="aligncenter" width="515" caption="(sumber: Harian Jawa Pos, Selasa, 20/01/2015)"]

1421720527186882892
1421720527186882892
[/caption]

Lalu, pakah pihak Angkasa Pura Juanda itu mengaku salah, atau lalai? Ternyata, tidak sama sekali. Yang disalahkan adalah hujan! Hujan disalahkan karena ia yang membuat rusak landasan itu tanpa sepengetahuan pihak Angkasa Pura Juanda itu.

Kepala Otoritas Bandara Wilayah III Surabaya Ditjen Perhubungan Udara Kemenhub Kolonel Laut (Purn.) Dadun Kohar mengaku pihaknya selalu setiap hari melakukan inspeksi lapangan secara teliti dan ketat. Setiap hari pengecekan itu dilakukan secara rutin, setiap pukul 04:00, 14:00, dan 17:00. Saat pengecekan pada pukul 04:00, hari Senin itu, katanya, sama sekali tidak ditemukan adanya kerusakan atau kelainan pada landasan tersebut.

Dijelaskan pula, selain pengecekan rutin tiga kali sehari, pihak Angkasa Pura juga selalu melakukan pelapisan aspal dilandasan (overlay) saat jam operasional bandara berakhir pada malam hari.

“Saat cek pagi hari tadi, masih belum ada lubang. Kondisinya masih safe untuk penerbangan,” kata Manajer Teknik Angkasa Pura Juanda, Kusnan.

Kerusakan baru diketahui setelah pihaknya mendapat laporan dari beberapa pilot yang baru saja mendaratkan pesawatnya bahwa landasannya bergelombang, setelah itu segera diputuskan bandara ditutup sementara untuk pemeriksaan kondisi landasan itu.

Perbaikan pun segera dilakukan setelah Bandara ditutup sementara, dengan melakukan penambalan aspal landasan dengan cara cutting. Lubang-lubang ditambal dengan guntingan aspal berbentuk persegi, yang menurut Kusnan kualitasnya lebih tinggi daripada yang biasa mereka lakukan saat overlay.

Seperti yang disebutkan di atas, pihak Angkasa Pura itu tidak mau mengaku salah/lalai atas kejadian itu, tetapi yang disalahkan adalah hujan. “Memang saat musim hujan landasan sering mengalami kerusakan, sedangkan kalau musim panas enggak,” jelas Kusnan.

Lalu, benarkah hujan yang mengakibat kerusakan landasan tersebut, termasuk membuatnya bergelombang?

Menurut laporan Harian Jawa Pos juga, dari pantauan warga sekitar Bandara Juanda itu, cuaca di sekitarnya sejak malam menang diguyur hujan, tetapi tidak lebat. Sedangkan berdasarkan laporan harian Stasiun Metereologi Juanda yang diperoleh Jawa Pos, hujan memang mengguyur kawasan Juanda sejak dini hari dengan intensitas sedang.

*

Pertanyaannya adalah apakah mungkin dengan hujan beberapa jam itu bisa begitu cepat membuat landasan pacu itu rusak sedemikian parah? Padahal seperti pengakuan pihak Angkasa Pura Juanda, mereka baru saja melakukan inspeksi rutin pada pukul 04:00 hari itu juga. Jadi, setelah itu, sekitar 7 jam kemudian, tiba-tiba landasan itu menjadi bergelombang, retak-retak dan berlubang-lubang? Padahal intensitas hujannya hanya sedang? Apakah itu mungkin terjadi?

Pertanyaan lain: menurut keterangan pihak Angkasa Pura Juanda itu, perbaikan sudah dilakukan dengan melakukan pelapisan aspal dengan kualitas yang lebih tinggi daripada yang biasa mereka lakukan saat overlay. Berarti selama ini overlay yang dilakukan dengan menggunakan kualitas aspal yang lebih rendah? Lalu dipakai untuk apa kualitas aspal yang lebih tinggi selama ini? Berarti ada minimal dua kualitas aspal overlay itu? Kenapa bukan yang terbaik yang dipakai selama ini?

Pihak Angkasa pura Juanda juga mengaku, setiap musim hujan, kerusakan landasan lebih rentan terjadi, tetapi, kenapa sepertinya pemeriksaan yang lebih serius tidak dilakukan atau diantispasi? Jika itu dilakukan, kecil kemungkinan terjadinya kerusakan landasan seperti kemarin terjadi itu. Apalagi seingat saya, ini bukan pertama kali terjadi, sekitar setahun yang lalu bopeng-bopengnya landasan Juanda pernah terjadi. Juga pada saat jam sibuk, bandara juga ditutup sementara, untuk perbaikan.

Yang pasti kejadian ini akan semakin membuat dunia penerbangan internasional semakin menggeleng-geleng kepalanya mengetahui cara Indonesia mengelola bandaranya secara sedemikian rupa buruknya. Sebab jika sungguh-sungguh baik, kecil kemungkinan terjadinya kerusakan landasan seperti yang dialami Bandara Juanda kemarin itu.

Saya menduga, inspeksi rutin tersebut tidak dilakukan secara semestinya, dan curiga juga dengan cara-cara perawatan landasan yang selama ini dilakukan. Mungkin sekali, semuanya dilakukan tidak sesuai dengan standar operasional yang seharusnya.

Kejadian ini jangan dipandang remeh. Kebiasaan kita selama ini tidak terbiasa terlalu serius dalam melakukan tindakan-tindakan preventif, termasuk upaya-upaya mecegah terjadinya suatu kecelakaan transportasi, tidak terkecuali transportasi udara.

Menteri Perhubungan Ignasius Jonan perlu juga melakukan tindakan tegas terhadap apa yang terjadi di Bandara Juanda ini, meskipun tidak terjadi kecelakaan karenanya. Tindakan tegas diperlukan, bukan hanya setelah terjadi kecelakaan, tetapi jauh lebih penting itu dilakukan sebelum terjadinya kecelakaan. ***

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun