[caption id="attachment_362688" align="aligncenter" width="624" caption="TRIBUNNEWS / DANY PERMANA Presiden Joko Widodo memberikan sambutan sebelum membuka Asian African Business Summit di Jakarta Convention Centre, Jakarta, Selasa (21/4/2015). Asian African Business Summit yang merupakan rangkaian kegiatan dari Peringatan 60 Tahun Konferensi Asia Afrika mengangkat tema "][/caption]
Pidato Presiden Jokowi di pembukaan Konferensi Asia Afrika 2015 di Jakarta Convention Center, Rabu, 22 April 2015, yang antara lain mengritik PBB yang dikatakan tak berdaya dan harus direformasi mendapat tepuk tangan meriah dari seluruh peserta Konferensi, dan mendapat pujian dari banyak orang.
Wajar saja kalau kemudian ada yang ingin tahu, siapa sebenarnya yang menyusun pidato yang sedemikian bagusnya, termasuk sejumlah wartawan, yang lalu bertanya kepada kepada Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto, yang juga hadir di sana.
Andi pun menjelaskan siapa saja penyusun pidato Jokowi tersebut.
Ternyata, pidato itu disusun sejak lama oleh tim yang dinamakan Tim Substantif. Isi tim itu adalah Kepala Staf Kepresidenan Luhut Binsar Panjaitan, Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, dan Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto sendiri serta dibantu oleh tim khusus yang terdiri dari Rizal Sukma, Sukardi Rinakit, dan Teten Masduki.
Selengkapnya baca di sini.
Tentu saja penyusunan pidato tersebut juga tidak lepas dari petunjuk-petunjuk Jokowi sendiri tentang apa saja yang ingin diakemukakan.
Lima hari sebelumnya, Jumat, 17 April 2015, saat membuka rapat terbatas bersama sejumlah menteri dan staf kepresidenan,  Jokowi sendiri sudah menyatakan bahwa   ia ingin pidato yang akan disampaikannya pada Konferensi Asia-Afrika 2015 itu tidak sekadar sambutan normatif. Pidatonya itu akan  menitikberatkan pada isu-isu ketidakadilan global yang tak bisa diselesaikan oleh Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).
"Saya titip nanti yang saya sampaikan dalam pidato nanti bukan suatu normatif, biasa, tapi betul-betul sebuah pesan kuat," ujar Presiden Jokowi, saat itu.
Selain itu hal yang akan disinggung dalam pidatonya itu adalah tentang  masalah tatanan baru, keseimbangan global, dan keadilan global.
"Yang kita lihat sekarang ini United Nation tidak memesankan itu," kata dia.
Contohnya salah satu ketidakberhasilan PBB, menurut Jokowi, adalah dalam mengatasi konflik di Irak (Kompas.com).
Demikianlah pokok-pokok pikiran Jokowi, yang kemudian dijabarkan ke dalam teks pidato oleh tim pembuat pidatonya yang terdiri dari orang-orang yang sudah disebutkan Andi Widjajanto tersebut di atas.
Jadi, adalah sesuatu yang sangat wajar, sudah merupakan pengetahuan umum bahwa hampir setiap kepala pemerintahan di dunia ini mempunyai penulis pidatonya masing-masing. Jangankan kepala pemerintahan, sekelas bupati/walikota, dan gubernur saja biasanya punya penulis pidatonya. Hanya siapa saja mereka, itu yang tidak banyak diketahui publik. Presiden, Perdana Menteri, Â itu semua sudah sangat sibuk dalam menjalankan pekerjaan sehari-jarinya, tak punya waktu lagi untuk menulis pidatonya sendiri.
Maka kita sangat heran ketika mengetahui reaksi dari para relawan pendukung Jokowi yang menamakan dirinya Barisan Relawan Jokowi for Presiden (Bara JP) sangat marah kepada Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto karena dia yang mengungkap siapa penulis pidato Presiden Jokowi yang menuai banyak pujian itu. Seolah-olah Andi Widjajanto itu sudah melakukan suatu pelanggaran bahkan tindak kejahatan yang serius. Para relawan itu menganggap tindakan Andi itu telah merendahkan bangsa Indonesia! Padahal mereka juga tahu bahwa yang menulis pidato Jokowi tiu bukan Jokowi sendiri.
"Jokowi bicara sebagai kepala negara. Kepala negara peserta KAA pun masih di sini. Kok sudah ngomong siapa penulis pidato?" ujar Ketua Umum Bara JP Sihol Manulang dalam siaran persnya, Kamis (23/4/2015).
Sihol lebih menyesalkan hal ini lantaran pembocor pembuat naskah pidato tersebut berasal dari lingkungan Istana Kepresidenan. Dia mengatakan, perilaku oknum (Andi)  itu  tak pantas sebagai birokrat.
"Kalaupun ada yang menuliskan pidato, pasti dia hanya membahasakan pemikiran Jokowi; bukan ada orang nulis, lalu Presiden baca. Janganlah menganggap diri hebat. Lingkaran Istana ini rupanya gemar bocor-bocoran ya," ujar Sihol.
Sihol mengatakan, oknum (Andi) yang mengungkap pembuat pidato kenegaraan Presiden itu pasti sudah dihukum berat jika Indonesia adalah negara berprinsip kediktatoran. Namun, bukan berarti juga pelakunya tidak laik dihukum di negara demokrasi seperti Indonesia.
"Di negara demokrasi, hal ini juga sudah dianggap keterlaluan. Ingat ya, ini bukan soal Presiden, melainkan soal martabat bangsa," ujar Sihol.
Bara JP meminta oknum (Andi) yang mengungkap pembuat pidato kenegaraan Presiden memberi klarifikasi kepada khalayak (Kompas.com).
Kenapa Relawan Jokowi ini mencak-mencak bereaksi secara terlalu berlebihan seperti ini? Jokowi sendir saja saya yakin tak akan mempersoalkan hal ini, kok mereka yang murka sendiri?
Mungkin saja dasar pemikiran yang membuat Bara JP marah kepada Andi Widjajanto itu adalah karena mereka beranggapan Jokowi sudah punya nama sangat bagus di hadapan para pemimpin Asia Afrika itu dengan pidatonya itu, maka kenapa Andi harus memberitahu tentang penulis pidatonya itu, seakan-akan sengaja mau bilang semua yang pernyataan-pernyataan Jokowi  yang luar biasa tentang PBB dan lain-lain itu sesungguhnya bukan asli pemikiran Jokowi, tetapi Jokowi cuma tahunya baca saja.
Padahal seperti yang saya sebutkan di atas, sudah menjadi pengetahuan umum bahwa memang setiap presiden, perdana menteri, dan lain-lain itu dalam membaca atau menyampaikan pidatonya, pidato itu biasanya bukan ditulisnya sendiri, tetapi oleh (tim) penulis khususnya. Sihol Manulang sendiri pun tahu akan hal itu. Tanpa diberitahu, semua orang sudah tahu bahwa pasti pidato Jokowi itu bukan diatulis sendiri, namun demikian pasti juga itu merupakan pokok-pokok pikirannya sendiri yang kemudian dijabarkan tim penulisnya. Siapa mereka, itu yang ditanya wartawan kepada Andi Widjajanto, dan Andi pun menjelaskannya. Salah Andi di mana, kenapa harus marah?
Minta Andi dihukum berat? Memangnya Andi melanggar Undang-Undang apa?
Kita boleh saja mendukung Jokowi, saya juga pendukung berat Jokowi sejak Pilkada DKI Jakarta 2012 lalu, tetapi pendukung atau relawan yang baik juga harus tidak meninggalkan sikap kritisnya terhadap yang didukungnya. Tidak mendukung secara membabi buta, menelan bulat-bulat setiap pernyataan dan tindakan Jokowi, apapun yang diucapkan dan dilakukan semuanya dibenarkan.
Jika Jokowi dianggap salah, kita harus mengkritisinya. Sedapat mungkin kita lakukan secara kolektif dan kumulatif, apalagi dengan menggunakan kekuatan dunia maya seperti sekarang ini, termasuk Kompasiana ini. Justru kalau kita mendukung Jokowi secara membabi buta, maka yang terjadi justru akan mendorong Jokowi semakin terperosok ke jalan pemerintahan yang sesat.
Di dunia nyata ada relawan-relawan Jokowi seperti Bara JP ini, demikian juga di dunia maya, termasuk Kompasiana. Saat kita mengkritisi Jokowi, lalu dianggap sebagai musuh besarnya, lalu diserang pribadinya, dicaci-maki, digoblok-goblokan, dan sebagainya.
Jika apa yang kita kritisi itu dianggap salah/keliru, seharusnya dikoreksi dengan cara yang santun. Itulah hakikat dari demokrasi dan cara diskusi yang hakiki. Diskusi itu bukan mencari siapa pemenangnya, sepanas apapun jalannya diskusi atau debat itu, tetapi bersama-sama mencari solusi dari suatu masalah untuk kebaikan bersama. *****
Artikel terkait:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H