Mohon tunggu...
Daniel H.T.
Daniel H.T. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Bukan siapa-siapa, yang hanya menyalurkan aspirasinya. Twitter @danielht2009

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kenapa Ahok Tidak Mengucapkan Sumpah?

20 November 2014   06:27 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:20 2588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_336626" align="aligncenter" width="586" caption="Ahok ketika mengucapkan janjinya kepada Tuhan dan rakyat untuk menjadi Gubernur DKI Jakarta dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya. (Beritasatu.com)"][/caption]

Rabu, 19 Oktober 2014, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok resmi menjadi Gubernur DKI Jakarta, setelah dilantik oleh Presiden Jokowi di Istana Negara.

"Saya berjanji, akan memenuhi kewajiban saya sebagai gubernur dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya. Memegang teguh Undang-Undang Dasar Negara kesatuan Republik Indonesia 1945 dan menjalankan segala undang-undang dan peraturannya dengan selurus-lurusnya, serta berbakti pada masyarakat, nusa dan bangsa. Semoga Tuhan menolong saya."

Demikian janji yang diucapkan Ahok meniru apa yang dibacakan Jokowi, sambil meletakkan tangan kirinya di atas sebuah Alkitab terbuka yang dipegang oleh seorang pendeta, tangan kanannya diangkat dengan dua jari diacungkan.

Banyak media pun menulis Ahok telah diambil sumpahnya, atau telah mengucapkan sumpahnya sebagai Gubernur DKI Jakarta itu. Sebenarnya menyebutkan Ahok telah mengucapkan “sumpah”-nya itu adalah sesuatu yang salah kaprah. Sebab sebenarnya Ahok memang tidak mengucapkan sumpah, tetapi mengucapkan janji, dia berjanji.

Kenapa demikian?

Karena sebagai seorang Kristen, Ahok tidak dibenarkan mengucapkan sumpah. Umat Kristen memang dilarang untuk mengucapkan sumpah dalam segala hal dengan alasan apa pun juga. Sebagai gantinya orang Kristen hanya diizinkan untuk mengucapkan janji. Demikian juga dalam konteks Ahok dilantik sebagai Gubernur DKI Jakarta ini. Dia tidak menyebutkan “Saya bersumpah ...” , tetapi “Saya berjanji ...” Yang kemudian diakhiri dengan “Semoga Tuhan menolong saya.”

Meskipun “hanya” berjanji, tetapi nilai dan tanggung jawabnya tidak berbeda dengan “sumpah” yang diucapkan oleh pemeluk agama lain. Janji di sini adalah janji Ahok kepada Tuhan, dan kepada seluruh rakyat DKI Jakarta. Tentu saja janji kepada Tuhan merupakan suatu janji yang benar-benar serius, yang jika dilanggar akan mendapat hukuman dariNya, baik di dunia, maupun di akhirat.

Karena beratnya tanggung jawab atas janji yang sudah diucapkan dengan meletakkan tangannya di atas Alkitab itu, maka Ahok pun berserahkan diri kepada Tuhan, supaya senantiasa mau menolongnya untuk tetap ingat dan selalu memenuhi janjinya kepada Tuhan dan kepada rakyat DKI Jakarta itu, dengan bekerja sebaik-baiknya dan seadil-adilnya.

Hanya dengan pertolongan Tuhan-lah tugasnya sebagai Gubernur DKI Jakarta itu bisa dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, sesuai dengan janjinya itu. Maka itu janji tersebut ditutup dengan ucapan: “Semoga Tuhan menolong saya.” Itu adalah pernyataan sepenuhnya dari suatu penyerahan diri secara total kepada Tuhan. Jadi jangan sekali-kali dianggap enteng, lupa dan melenceng dari tanggung jawabnya sebagai orang nomor satu di DKI Jakarta ini.

Dasar imani dari semua pemahaman tersebut ada pada Injil Matius 5:33-37, yang merupakan bagian dari khotbah Yesus di atas bukit yang sangat terkenal ini. Di perikop itu Yesus berkata:

Kamu telah mendengar pula yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan bersumpah palsu, melainkan peganglah sumpahmu di depan Tuhan.

Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah sekali-kali bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah takhta Allah, maupun demi bumi, karena bumi adalah tumpuan kaki-Nya, ataupun demi Yerusalem, karena Yerusalem adalah kota Raja Besar; janganlah juga engkau bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak berkuasa memutihkan atau menghitamkan sehelai rambut pun.

Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.

Sedangkan di Kejadian 20:7 berbunyi: Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan.



Menurut ajaran Kristen, sumpah terlalu tinggi untuk diucapkan manusia. Apalagi jika diucapkan dengan sembarangan, hanya seremonial, sesudah bersumpah demi Allah, lalu melakukan hal-hal yang tidak benar. Oleh karena itu Yesus mengatakan, orang Kristen itu cukup mengucapkan janji dengan sesungguh-sungguhnya.  Itu sudah cukup didengar dan mengikat yang mengucapkannya dengan Tuhan, dan dengan sesama manusia yang berhubungan dan menjadi tanggung jawabnya.

Semoga Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok itu  selalu ingat dengan janjinya kepada Tuhan dan kepada rakyat DKI Jakarta itu. Amin. ***

[caption id="attachment_336627" align="aligncenter" width="546" caption="Ahok dan Jokowi, seusai pelantikan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta, Rabu, 19/11/2014 (Kompas.com)"]

14164140242105086946
14164140242105086946
[/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun