Baru kali ini publik melihat secara langsung ungkapan kemarahan dari Presiden Jokowi, akibat dari kisruh kasus rekaman percakapan Setya Novanto, Riza Chalid, dan Maroef Sjamsuddin, yang berlarut-larut dan terus dipermainkan oleh MKD DPR itu.
Biasanya, sehebat apapun suatu kasus selalu dihadapi Jokowi dengan tersenyum, bahkan tertawa. Namun, kali ini sama sekali tidak. Wajahnya keras, senyumnya yang menjadi ciri khasnya itu lenyap sama sekali.
Jokowi sudah marah besar ketika pertama kali pencatutan namanya diberitahu dan diperdengarkan rekamannya oleh Menteri ESDM Sudirman Said. Menurut Sudirman, ketika itu, Jokowi sampai menggebrak meja, sambil berteriak: “Aku ora sudi!” sampai beberapa kali.
Apa yang disampaikan Sudirman Said saat “dijadikan terdakwa” oleh MKD di sidang perdana MKD itu terjadi di Istana Kepresidenan, dalam lingkup terbatas hanya diketahui beberapa orang yang ada di sana. Kita hanya mendengar saja dari kesaksian Sudirman itu. Namun, demikian seharusnya itu sudah cukup bagi anggota MKD untuk tidak memandang enteng kasus ini.
Namun, kenyataannya, MKD bukan hanya mengabaikan kemarahan presiden, (dan wakil presiden), tetapi juga tidak menganggap sama sekali kegeraman rakyat terhadap Setya Novanto maupun kepada mereka sendiri, MKD. Demi membela seorang Setya Novanto segala logika dan etika pun dijungkir balik.
Bukan lagi lembaga Kepresiden dipermainkan, dicatut, tetapi bahkan lembaga DPR dengan MKD-nya pun dipermainkan, dijerumuskan ke dasar lumpur hina yang sedalam-dalamnya, hanya demi melindungi seorang Setya Novanto, dan kelompoknya sendiri.
Malam ini, Senin (7/12), sekitar pukul 19:30 WIB tadi, Metro TV menyiarkan pernyataan Jokowi tentang kasus tersebut. Dan, saat itulah publik melihat betapa marahnya Presiden Jokowi.
“Proses yang sedang berjalan di MKD harus kita hormati...” kata Jokowi, lalu terdiam sesaat, kemudian lanjutnya dengan intonasi menahan marah, “Tetapi, ...tapi, yang namanya lembaga negara itu dipermain-mainkan. Lembaga negara itu bisa kepresidenan, bisa lembaga-lembaga negara yang lain.”
“Saya enggak apa-apa dikatakan presiden gila, presiden sarap, presiden koppig, engak apa-apa. Tapi kalau sudah menyangkut wibawa, mencatut meminta saham 11 persen, itu yang saya enggak mau, enggak bisa! Ini masalah kepatutan dan kepantasan, masalah etika, moralitas! Dan itu masalah wibawa negara!” sama sekali tidak ada senyum secuil pun di wajahnya, sebagaimana biasanya.
Setelah mengungkapkan kemarahannya itu, Jokowi bilang, “Cukup!” Lalu berbalik berjalan cepat-cepat meninggal wartawan, tak menggubris lagi pertanyaan wartawan.
Lihat videonya di sini.