Mohon tunggu...
Daniel H.T.
Daniel H.T. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Bukan siapa-siapa, yang hanya menyalurkan aspirasinya. Twitter @danielht2009

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Jangan Panggil "Om/Tante" pada Calon Pembeli Anda!

27 Desember 2014   19:13 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:22 5784
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14196590891110551545

[caption id="attachment_343616" align="aligncenter" width="490" caption="Ilustrasi (sumber: autonetmagz.com)"][/caption]

Berikut ini adalah tip sederhana bagi promotion sellers, terutama para SPG (sales promotion girl) yang biasa mempromosikan produk barang dan jasa tertentu di pameran-pameran produknya di mal-mal. Tip sangat sederhana yang mungkin bahkan oleh pakar pemasaran (marketing) tidak diperhatikan.

Artikel sederhana ini ditulis berdasarkan riset amatir sederhana yang saya lakukan melalui pengalaman dan bincang-bincang dengan para sahabat, rekan bisnis, dan lain-lain.

Mengapa ketika para SPG itu beraksi mempromosikan produk-produk tertentu di mal-mal itu kepada orang-orang yang lewat di sana, banyak dari para pengunjung mal itu melewatinya begitu saja? Mereka tidak menanggapi tawaran-tawaran para SPG itu, mereka berlalu begitu saja seolah-olah tidak melihat dan mendengarnya, atau paling banter hanya memberi senyuman tipis, sambil memberi isyarat tangan tidak tertarik dan jangan diganggu.

Padahal promotion sellers itu sudah menawarinya dengan kata-kata manis, senyum manis, dari wajah-wajah muda (ABG) yang manis-manis dan cantik-cantik, atau ganteng-ganteng pula? Kalau tidak tertarik dengan produknya, kan minimal tertarik dengan para SPG-nya itu, mampir sebentar, ngobrol-ngobrol, sambil refreshing mata? Siapa tahu akhirnya jadi membeli produk tersebut. Tetapi, kenapa itu jarang terjadi juga?

Para SPG itu biasanya menargetkan penawaran produknya itu kepada para pengunjung mal yang dinilai sudah berusia mampan, yaitu usia sekitar 30 sampai dengan 40-an tahun. Jika diperhatikan, mereka yang berusia sedemikian yang biasanya bereaksi seperti yang saya sebutkan itu. Mengapa?

Inilah seharusnya diperhatikan para manajer pemasaran, dan promotion sellers itu. Kuncinya sederhana saja, yaitu di cara mereka menyapa para pengunjung mal yang diharapkan mau mampir sebentar mendengar dan melihat produk-produk yang sedang ditawarkan itu, dengan harapan akhirnya deal, terjadi transaksi.

Banyak dari para SPG itu yang membuat kesalahan dengan cara menyapa itu, ketika mereka menyapa orang-orang itu dengan sapaan “om”, “tante”, “bapak”, “ibu”,   “shūshu” (sama dengan “om”),  atau “āyí” (sama dengan “tante”). Dijamin hampir pasti ketika orang-orang itu disapa dengan sapaan itu mereka akan menunjukkan reaksi seperti yang saya sebutkan di atas itu, secantik atau seganteng apapun sales promotion itu.

Karena secara psikologis orang-orang yang mulai mencapai usia sekitar 30 sampai dengan 40-an itu, apalagi dengan yang biasa berpenampilan modis, tidak suka disapa dengan sebutan “om”, “tante”, “bapak”, “ibu”,  “shūshu”,  atau “āyí” itu, karena sapaan itu seolah-olah mengingatkan mereka itu sudah tidak muda lagi, sudah tua. Padahal pada umumnya orang tidak suka dianggap dan dibilang tua, meskipun kenyataan relatif sudah layak disebut demikian.

Apalagi kalau itu benar-benar salah sasaran, orangnya masih muda, disapa dengan sebutan-sebutan “om”, “tante”, “bapak”, “ibu”,  “shūshu”,  atau “āyí” itu. Pasti yang bersangkutan mengomel dalam hati, “Sialan, gua masih muda, kok dipanggil om!” Mungkin ke toilet, langsung memeriksa wajahnya di cermin.

Orang-orang dengan usia antara 30 – 40-an itu baru saja beranjak dari usia muda mereka, masuk ke usia lebih dewasa, dan mulai menuju ke usia setengah abad, alias tua, sesuai yang merupakan kenyataan yang tidak bisa ditolak, tetapi biasanya belum bisa diterima juga secara psikologis oleh orang-orang tertentu, apalagi yang masih suka bergaya dan bersemangat anak muda, dan masih mau dianggap sebagai anak muda.

Menyapa mereka dengan sebutan-sebutan tadi, apalagi keluar dari mulut-mulut ABG yang manis-manis, cantik-cantik, dan ganteng-ganteng, membuat mereka “down”, turun semangatnya, berarti para SPG itu sudah menganggap mereka sebagai orang tua, sudah bapak-bapak/ibu-ibu/tante-tante, maka itu untuk menghindarinya, mereka memilih cuek, pura-pura tidak mendengar, dan melewatinya.

Tetapi, coba saja kalau sebutan atau sapaan itu di ubah kepada mereka, dengan sapaan “kak (kakak)”, “koko”, "mas", atau “cece”, dengan nada suara ramah? Hampir pasti mereka yang disapa seperti itu akan merasa senang, timbul semangat mudanya, merasa lebih segar, kemudian akan membathin, misalnya: “Aku dipanggil ‘kak”, nih..”, atau “Aku dipanggil ‘koko’, nih, “atau “Aku dipanggil ‘cece’, nih.” “Berarti aku masih kelihatan muda, nih … ”

Apalagi kemudian kalau kemudian diikui dengan sedikit puji-puji tentang sosoknya, misalnya, ketika berbasa-basi tentang usianya, diresponnya dengan ekspresi sedikit tidak percaya, “Ah, masa kakak/mas/koko/cece sudah 40? Kelihatan seperti masih 25 atau 30, lho …?!”, dan sebagainya. Maka, peluang produk yang dipromosikan akan dibeli menjadi lebih besar.

Tentu saja promotion sellers / SPG-nya itu juga harus selain yang masih muda/ABG, cantik/ganteng, berpenampilan menarik, juga harus ramah, sopan, pintar, dan menguasai produk yang ditawarkannya.

Silakan dicoba, semoga sukses. ***

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun