[caption id="attachment_357928" align="aligncenter" width="560" caption="Presiden Jokowi dan Presiden Xi Jinping (Setgab.go.id)"][/caption]
Pada, Kamis, 26 Maret 2015, Presiden Jokowi dan Presiden RRT Xi Jinping menggelar pertemuan bilateral di Great Hall of The People, Beijing (Balai Agung Rakyat), Tiongkok. Pada kesempatan itu Jokowi menyampaikan kepada Xi Jinping bahwa sikapnya dalam pemberantasan korupsi di Indonesia adalah sama tegasnya dengan pemerintah RRT.
"Kita punya tujuan yang sama untuk memerangi korupsi, mendorong pertumbuhan ekonomi dan kualitas hidup rakyat kita," ujar Jokowi dalam sambutannya ketika itu (detik.com).
Saya pun langsung teringat dengan anekdot mengenai hasil survei tentang kebiasaan para pemimpin di beberapa negara di dunia ini terkait dengan “berbicara” dengan “bekerja”.
Hasil survei itu mengklasifikasikan kebiasaan para pemimpin di dunia ini tentang “berbicara” dengan “bekerja” itu terdiri dari empat golongan, yakni:
Golongan pertama: “Sedikit bicara, sedikit kerja”. Contoh beberapa negara di Afrika, seperti Angola, Somalia, dan Nigeria. Maka itu, negara-negara seperti ini nyaris tak terdengar suaranya dan tidak pernah maju-maju.
Golongan kedua: “Sedikit bicara, banyak kerja”. Contoh: Jepang, Korea Selatan, dan RRT. Kita jarang mendengar para pemimpin tiga negara ini yang obral pernyataannya bombastisnya mengenai kehebatan negaranya di segala bidang. Tetapi, faktanya tiga negara ini, dengan kerja keras dan disiplinnya yang luar biasa, menjadi tiga negara dari Asia yang paling maju di dunia.
Golongan ketiga: “Banyak bicara, sedikit kerja”. Contoh: Korea Utara, yang pemimpinnya suka melontarkan pernyataan-pernyataan propagandanya tentang kehebatan negaranya, menantang perang Korea Selatan dan Amerika Serikat. Tetapi, rakyatnya hidup dalam kemiskinan dan penderitaan.
Golongan keempat: “Banyak bicara, banyak kerja”. Contoh: Amerika Serikat. Ini negara yang presidennya suka membuat pernyataan-pernyataan, mengatur-ngatur negara lain di seluruh dunia, karena merasa paling hebat dan maju, dan dalam kenyataannya memanglah demikian. Banyak membuat pernyataan, dan terlalu banyak kerjanya sampai ke hampir seluruh dunia.
Lalu, termasuk golongan manakah pemimpin Indonesia itu?
Para ahli rupanya sulit mengklasifikasikan Indonesia termasuk di golongan mana dari empat golongan tersebut di atas. Karena ternyata ditemukan fakta bahwa Indonesia adalah satu-satunya negara di dunia ini yang pemimpinnya sangat sering: “Lain yang Dibicarakan, Lain Pula yang Dikerjkan”! Hal tersebut, rupanya, berlaku sampai sekarang. Buktinya pernyataan Presiden Jokowi di hadapan Presiden Xi Jinping di Tiongkok tentang kesamaan Indonesia dengan negara itu dalam hal ketegasan pemberantasan korupsi tersebut. ***
[caption id="attachment_357924" align="aligncenter" width="600" caption="(Harian Kompas, Sabtu, 28 Maret 2015)"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H