Sejujurnya, saya tidak mengerti dengan pernyataan Sekjen Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Anis Matta, yang terang-terangan mengklaim bahwa partainya turut serta dalam revolusi di Mesir untuk menurunkan rezim Presiden Hosni Mubarak. Saya tidak mengerti kenapa bisa kader PKS ikut aktif membantu melakukan gerakan antipresiden Hosni Mubarak nun jauh di Mesir sana. Anis Matta mengatakan kepada wartawan di Gedung DPR, Jakarta, Jumat, 4/2/2011 bahwa ada sekitar 600-an kader PKS di Kairo yang turut serta membantu melakukan aksi revolusi untuk menurunkan rezim Hosni Mubarak (sebelumnya dia menyebut angka 6000-an orang, tetapi kemudian diralat menjadi 600-an). Katanya, sebagian besar dari kader PKS tersebut adalah pelajar yang telah diorganisir secara rapi dalam satu wadah PKS untuk memperlancar berhasilnya aksi tersebut. Dia mengharapkan aksi antiMubarak itu segera berhasil menurunkan rezim tersebut. "Kekerasan di Mesir ini sudah ada sejak lama. Runtuhnya Mubarak ini hanyalah masalah waktu. Mau turun baik-baik atau turun secara tidak baik," tandasnya (detik.com, 04/02/2011). Yang saya tidak mengerti adalah apakah dapat dibenarkan suatu tindakan intervensi sebuah partai politik Indonesia di sebuah negara asing bernama Mesir seperti itu? Sehingga bisa membuat Anis Matta secara terang-terangan menyatakannya? Lalu, apa bedanya dengan aksi-aksi PKS yang selalu mengecam apa yang mereka sebut sebagai intervensi Amerika Serikat di Indonesia selama ini? Ketika Densus 88 berhasil menumpas beberapa gembong teroris, PKS bukannya menyatakan dukungannya, tetapi malah mengencam bahwa aksi penumpasan teroris oleh Densus 88 tersebut dikarenakan adanya campur tangan Amerika Serikat di balik operasi antiteroris Densus 88 itu. Dibandingkan dengan terorisme, tentu dalam batas-batas tertentu suatu bantuan atau kerjasama (tidak bisa disamakan dengan intervensi) inteljen, bahkan militer asing, bisa saja dibenarkan, karena kejahatan terorisme adalah kejahatan lintas negara. Terorisme adalah suatu kejahatan terhadap peradaban manusia yang bersifat universal. Tidak demikian dengan suatu peristiwa politik dalam suatu negara, sebagaimana gejolak, krisis dan kemungkinan besar akan terjadi revolusi politik di Mesir, yang bertekad menurunkan presidennya itu. Itu adalah urusan negara yang bersangkutan sendiri. Negara-negara asing, bahkan PBB sebatas memantau, dan menghimbau, agar krisis tersebut berakhir dengan cara yang terbaik bagi mayoritas rakyat negara itu. Serta berupaya mengevakuasi warganegaranya yang terjebak dalam kerusuhan politik tersebut. Bukan malah menggerakkan dan mengirim warganya (orang sipil) di sana untuk turut serta campur tangan membantu suatu gerakan politik antipemerintah yang sah dengan maksud menurunkan secara paksa presidennya, seperti yang disiarkan oleh Anis Matta ini. Bukankah jauh, jauh lebih baik 600-an kader PKS itu digerakkan untuk membantu pemerintah Indonesia mengevakuasi WNI dari Mesir, yang sampai sekarang masih tersendat-sendat itu? Sekali lagi, saya tidak memahami aksi para kader PKS di Kairo, Mesir, yang ikut hendak menurunkan Presiden Hosni Mubarak secara paksa, sebagaimana dinyatakan oleh Anis Matta tersebut di atas. Apakah ada di antara anda yang bisa menjelaskannya? ***
http://www.detiknews.com/read/2011/02/04/131314/1560051/10/pks-klaim-bantu-revolusi-mesir
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H