[caption id="attachment_184512" align="aligncenter" width="423" caption="(Sumber: disney.go.com)"][/caption]
Sejak pertama kali merilis film animasi CGI pertamanya, Toy Story (1995), sampai dengan filmnya yang keduabelas, Cars 2 (2011), Pixar Animation Studios yang bermarkas di Emeryville, California, Amerika Serikat itu, selalu meraih sukses luar biasa dengan karya-karya besarnya itu. Dari duabelas film yang telah dirilis tujuh di antaranya berhasil meraih Oscar sebagai film animasi terbaik. Sedangkan Toy Story 3 (2010) berhasil menjadi film animasi terlaris dunia dengan pendapatan total lebih dari 1 miliar dollar AS, mengalahkan Sherk 2 (2004)dengan pendapatan total 919 juta dollar AS.
Kini, di tahun 2012,Pixar (diakuisisi Disney pada 5 Mei 2006 senilai 7,4 miliar dollar AS) kembali dengan karya terbaru mereka, film animasi ke-13, Brave. Pemutaran perdana film animasi berbiaya 210 juta dollar AS itu,di Amerika Serikat bersamaan dengan pemutaran perdana di beberapa negara, termasuk di Indonesia, yakni Jumat, 22 Juni 2012.
Menurut data dari imdb.com, di Amerika utara, Brave telah berhasil menduduki puncak box office dengan pemasukan sebesar 66,7 juta dollar di minggu pertama penayangannya (tanggal 22 dan 23 Juni 2012). Menggeser Madagascar 3: Europe’s Most Wantedke urutan kedua dengan pemasukan di minggu ke 3-nya sebesar 20,2 juta dollar AS.
Kesan pertama yang didapat ketika pertama kali melihat film ini adalah kualitas gambarnya yang benar-benar sangat luar biasa. Demikian juga kualitas suaranya. Mungkin karena saya menontonya di Premiere XXI. Yang saya tonton (bersama keluarga) ini bukan format 3D-nya, tetapi yang format biasa (2D).
Artikel-artikel yang mengulas tentang film ini tidak berlebihan ketika memuji kualitas gambar animasi CGI buatan Pixar, studio animasi yang memang paling piawai sedunia ini. Begitu detail, tajam dan realistis. Itulah kesan yang didapat, rambut ikal yang panjang berwarna merah dari Merida (Kelly Macdonald), tokoh utama film ini, begitu detail, sehingga setiap pergerakannya, ketika berpacu di atas kuda kesayangannya, Angus, terlihat terayun-ayun, melambai-lambai di setiap helainya. Seolah-olah ini bukan film animasi. Begitu juga detail detail lainnya, seperti permukaan air laut, air terjun, salju, bulu-bulu halus tangan manusia, bulu beruang, tekstur pohon, dedaunan, tesktur batu-batuan, tekstur pakaian-pakain yang dikenakan para tokohnya, dan seterusnya, tak ada yang terlewati kedetailannya.
Inti cerita film ini adalah tentang kehidupan seorang gadis bernama Merida, putri tunggal dari Kerajaan Dunbroch di dataran tinggi Skotlandia. Merida mempunyai tiga orang adik laki-laki kembar yang nakal, lucu, lincah, dan juga berambut ikal merah seperti kakak mereka.
Merida adalah seorang gadis yang sejak kecil telah mewarisi bakat sang ayah, Raja Fergus (Billy Connolly), yang gemar berpetualang, dan bertarung. Bakat tersebut berupa kegemaran dan kemahirannya dalam memanah dan berpetualang. Jauh dari kebiasaan seorang putri raja yang kerap bersikap halus, lemah-gemulai, bertuturkata halus, dan seterusnya.
Sesuai dengan tradisi kerajaan, ketika telah tumbuh dewasa, kedua orangtuanya, Raja Fergus dan Ratu Elinor (Emma Thompson) hendak menikahkan Merida dengan salah satu dari tiga putra sulung dari tiga kepala suku (klan) utama dari Kerajaan Dunbroch. Mereka itu masing-masing adalah putra dari Lord MacGuffin (Young MacGuffin), Lord Macintosh (Young Macintosh), dan Lord Dingwall (Wee Dingwall). Untuk menentukan siapa yang paling berhak menikahi putrinya itu, ditentukan dengan cara masing-masing putra ketiga Lord itu menunjukkan kekuatan dan kehebatannya di hadapan sang Raja dan Ratu, serta Putri Merida.
Jangankan sudi memilih salah satu dari putra ketiga Lord itu, Merida sejak awal sudah menolak menjalankan tradisi keluarga kerajaan itu. Dengan maksud agar putra ketiga Lord itu gagal menikahinya, Merida menantang mereka untuk mengikuti lomba memanah. Siapa yang paling tepat memanah tepat di titik sasaran, dialah yang menang. Sialnya, tanpa sengaja, Wee Dingwall,berhasil melesatkan anak panahnya tepat di titik sasaran.
Merida yang marah itu langsung memberontak, meloncat berdiri, mengambil busurnya dan melepaskan tiga anak panahnya berturut-turut tepat di dua titik sasaran yang tadi gagal disasar oleh Young MacGuffin dan Young Macintosh, dan satu lagi anak panahnya melesat dari busurnya tepat mengena dan membela menjadi duabagian, dari ujung ke ujung, anak panah Wee Dingwall, sampai menembus papannya.
Pecahlah pertengkaran hebat antara Ratu Elinor dengan Merida. Elinor menganggap Merida telah kelewat batas dalam bersikap, sedangkan Merida menuduh ibunya terlalu memaksa kehendak kepadanya. Di dalam Istana, saking marahnya Merida sampai menebas pedangnya menyobek lukisan kain keluarganya. Memisahkan gambar ibunya dengan gambarnya bersama ayah dan tiga adik kembarnya. Kemudian, dengan menunggang kudanya, Angus, Merida melarikan diri ke hutan.
Tanpa sengaja Merida dan Angus tersesat di sebuah tempat keramat yang terdiri dari beberapa batu tinggi yang berdiri berderet membentuk sebuah lingkaran, kemudian muncul roh-roh halus berukuran mini yang membawanya ke sebuah gubuk, yang ternyata dihuni oleh seorang nenek sihir (Julie Walters).
Merida kemudian meminta nenek sihir itu untuk memberikan mantera agar bisa mengubah pendirian ibunya yang masih bersikeras menikahkannya dengan cara tradisi leluhurnya itu. Mantra yang berbentuk kue tersebut kemudian memang berhasil mengubah ibunya. Bukan pendiriannya, tetapi fisiknya. Ratu Elinor berubah menjadi seekor beruang hitam yang sangat besar. Sial, dan bahayanya adalah semua orang, termasuk Raja Fergus sama sekali tidak tahu, dan tidak mau percaya bahwa beruang besar tersebut adalah Ratu Elinor. Sedangkan semua orang, terutama Raja Fergus sangat membenci beruang. Setiap beruang harus mati di tangannya.
Ketika Merida masih kecil, dia dan ibunya hendak diserang oleh seekor beruang hitam besar bernama Mor’du. Raja Fergus melawan beruang itu demi menyelamatkan Merida dan ibunya. Salah satu kakinya sampai putus karena diserang Mor’du, dan diganti dengan sebuah kaki palsu yang terbuat dari kayu. Sejak itulah kebencian Raja Fergus terhadap beruang semakin hebat.
Merida harus berpacu dengan waktu agar bisa mengembalikan mantra si nenek sihir agar ibunya bisa kembali menjelma menjadi manusia, sementara itu juga ibunya yang masih berwujud beruang itu terus diburu oleh ayahnya beserta semua orang untuk dibunuh. Apabila sampai matahari terbit, Merida gagal mengembalikan mantera tersebut, maka ibunya akan berubah menjadi beruang selama-lamanya. Bukan hanya wujudnya, tetapi juga sisi kemanusiaannya akan hilang sama sekali. Menjadi beruang dengan semua keganasannya. Tidak akan lagi mengenal Merida, atau siapapun lagi.
Selain kualitas animasinya yang luar biasa, ceritanya yang apik, film ini juga disisipi oleh banyak adegan kocak yang mengundang tawa. Adegan-adegan tersebut jauh dari kesan dibuat-buat. Semuanya mengalir wajar. Tokoh-tokoh dengan berbagai karakter juga tampil dengan porsi yang seimbang. Jauh dari kesan sekadar tempelan.
[caption id="attachment_184513" align="aligncenter" width="697" caption="(Sumber: disney.go.com)"]
Pakem yang sudah menjadi “tradisi” dalam setiap cerita dongeng ala “1001 Malam” adalah seorang putri cantik yang lemah, lugu dan polos, yang menjadi korban seorang nenek sihir, ada seorang pangeran yang ganteng dan gagah datang menolongnya melawan dan mengalahkan si nenek sihir, atau ada pangeran yang berubah wujud menjadi monster karena terkena sihir. Kemudian karena ada kekuatan cinta si putri, misalnya dengan mencium sang monster, mampu mementahkan kembali kekuatan sihir itu, mengubah wujud si monster kembali menjadi pangeran ganteng. Kemudian mereka bersama-sama mengalahkan si nenek sihir, setelah itu cerita diakhiri dengan keduanya menikah dan hidup berbahagia selamanya.
Itu semuanya tidak akan ditemukan di Brave. Merida adalah seorang putri raja yang meskipun cantik, tetapi sejak kecil adalah seorang perempuan yang sangat pemberani, berjiwa petualang (dia memanjat tebing tinggi sendirian tanpa alat bantu apapun), dan sangat jago memanah sambil memacu kudanya.
Namun, ketika dia bertemu dengan si nenek sihir, yang mengubah ibu dan ketiga adik kembarnya menjadi beruang imut-imut yang lucu, Merida sama sekali tak berdaya. Ketika dia kembali bersama ibunya yang sudah berwujud beruang itu ke gubuk si nenek sihir, untuk memaksa si nenek mengubah kembali ibunya menjadi manusia, nenek itu sudah pergi meninggalkan tempatnya itu. Namun, melalui panci besarnya yang berisi ramuan-ramuan sihir yang ditinggal di situ, Merida masih mendapat informasi pesan dari si nenek sihir, bagaimana caranya agar manteranya itu bisa dikembalikan, mengubah ibunya kembali menjadi manusia. Ternyata, ada hubungan antara gambar keluarga yang dibelah Merida dengan pedangnya itu dengan cara mengembalikan mantera sihir itu.
Ternyata pula, ibu Merida bukan korban pertama dari mantera si nenek sihir itu. Sebelumnya, pernah ada seorang pangeran gagah yang juga terkena sihir sang nenek sihir itu, dan berubah menjadi beruang jantan raksasa yang jahat. Nanti Merida bertemu dengan beruang yang sebenarnya si pangeran itu. Tetapi kalau anda kemudian menduga bahwa akhirnya dengan kekuatan cinta yang ada pada Merida, mengubah kembali beruang itu menjadi si pangeran. Kemudian mereka berdua bersama-sama melawan dan mengalahkan si nenek sihir, menikah dan berbahagia selamanya, sebagaimana cerita-cerita dongeng 1001 Malam, maka itu berarti anda keliru. Seperti saya juga keliru, dan akhirnya menemukan kejutan di bagian akhir film ini.
Pesan Moral
[caption id="attachment_184511" align="aligncenter" width="701" caption="Keluarga Putri Merida (Sumber: disney.go.com)"]
Di sisi lain Merida sejak kecil jauh dari berperilaku sebagaimana seorang putri raja, dia seperti seorang tomboy, berjiwa petualang, jago menunggang kuda, dan sangat mahir dalam hal memanah. Belum mempunyai keinginan untuk menikah, apalagi dipaksa harus memilih salah satu dari tiga orang laki-laki yang semuanya tidak disukai. Maka, Merida pun melakukan pemberontakan terhadap takdirnya yang hendak ditentukan berdasarkan tradisi leluhur itu. Yang kemudian menyeretnya ke dalam petualang yang yang belum pernah dialami sebelumnya itu.
Merida tidak mau takdirnya, kehidupan, jodohnya ditentukan serta diatur begitu saja oleh orangtuanya. Merida tidak mau diperlakukan seperti Siti Nurbaya dalam legenda Minangkabau di Indonesia. Jiwanya memberontak, menghendaki bahwa soal perjodohan biarlah dia yang memilih dan menentukan sendiri. Jangan dipaksakan.
Konflik seperti ini biasanya terjadi ketika terjadi “benturan peradaban” antara dua generasi yang berbeda di dalam keluarga. Di satu sisi ada orangtua yang masih bersikap keras dan kolot untuk menerapkan suatu tradisi kepada anaknya, dan si anak mau tak mau harus menurut. Kalau tidak mau, dianggap sebagai anak kurang ajar, atau bahkan durhaka. Di sisi lain persepsi si anak telah berkembang, berubah mengikuti perkembangan zaman, yang merasa dirinya sebagai manusia merdeka, manusia seutuhnya yang bebas menentukan pilihan dalam hidupnya, termasuk jodohnya. Sedangkan tradisi yang masih dipegang orangtua itu sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman.
Musibah kutukan mantera sihir terhadap Ratu Elinor (dan tiga anak kembar laki-lakinya) yang mengubahnya menjadi beruang tersebut, sekaligus menjadi hikmah bagi keluarga Kerajaan Dunbroch dan ketiga klan yang semula mati-matian hendak menjodohkan anak-anaknya itu secara paksa. Bahwa pernikahan itu tidak dapat dipaksakan, biarlah masing-masing mereka menentukan pilihannya sendiri. Tumbuh pula cinta kasih yang semakin dalam di antara Merida dan ibunya, ayahnya, dan tiga adik kembarnya.
Penggarapan yang Sangat Serius
Meskipun ini hanya sebuah film animasi dan cerita dongeng, sebagaimana banyak film-film Hollywood lainnya pada umumnya, dan Pixar pada khususnya, , film ini digarap dengan sangat serius. Dari artikel yang pernah saya baca, proses pembuatan film ini saja membutuhkan waktu sampai tujuh tahun untuk menjadikannya bentuk seperti sekarang ini.
Setting lokasi pun didasarkan pada situs-situs sejarah yang benar-benar ada di Skotlandia. Untuk keperluan itu para kru film, antara lain Katherine Safarian (produser), Mark Andrews (sutradara), dan Brenda Chapman (penulis cerita dan skenario) sampai jauh-jauh dari Amerika Serikat terbang ke Skotlandia.
[caption id="attachment_184580" align="aligncenter" width="800" caption="Konsep Istana Kerajaan Dunbroch, animasinya dibuat berdasarkan situs Dunnotar Castle di Skotlandia (sumber: disney.wikia.com)"]
[caption id="attachment_184586" align="aligncenter" width="840" caption="Salah satu setting di Brave, didasarkan pada situs Callanish Standing Stones di Skotlandia (http://www.huffingtonpost.com)"]
[caption id="attachment_184510" align="aligncenter" width="518" caption="Callanish Standing Stones (Sumber: http://www.turas-troimh-alba.com/photos/stones.html)"]
Dua lokasi di antaranya adalah Dunnottar Castle dan Callanish Standing Stones.
Dunnottar Castle adalah sebuah kastel (benteng) yang dibangun di abad pertengahan, sekitar abad ke-15 – 16. Terletak di sebuah tanjung berbatu cadas, di pantai utama-timur dari Skotlandia, dengan pemandangan laut yang sangat indah. Dunnottar Castle ini yang digambar ulang dalam bentuk animasi dan menjadi setting Istana Kerajaan Dunbroch.
Sedangkan Callanish Standing Stones adalah sebuah situs yang diperkirakan dibangun pada masa tahun 3.000 - 2.600 Sebelum Masehi. Bentuknya berupa tiga belas buah tiang batu utama dengan tinggi rata-rata empat meter membentuk lingkaran berdiameter sekitar 13 meter. Letaknya di Desa Callanish, di pantai barat Kepulauan Lewis, Skotlandia. Callanish Standing Stones ini dijadikan setting lokasi di Brave, yaitu ketika putri Merida tersesat di dalam hutan, yang kemudian membawanya ke si nenek sihir. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H