Untuk pertama kalinya orangtua dan keluarga almarhum Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat (Brigadir J) bertemu muka langsung dengan sepasang terdakwa pembunuh anak mereka, mantan Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo dan istrinya, Putri Candrawathi, di PN Jakarta Selatan, pada 1 November 2022.
Sesaat sebelum sidang dimulai, Ketua Majelis Hakim Wahyu Imam Santosa memberi kesempatan kepada orangtua Yosua menyampaikan pernyataan mereka kepada kedua terdakwa. Setelah itu, kedua terdakwa diberi kesempatan memberi tanggapannya.
Inti dari tanggapan mereka adalah menyesalkan peristiwa itu sampai terjadi dan meminta maaf.
Respon dari kedua orangtua Yosua berbeda dengan respon mereka terhadap tiga terdakwa lain sebelumnya.
Saat Richard Eliezer yang nota bene adalah penembak pertama putra mereka itu meminta maaf sambil berlutut di hadapan mereka, tangan kedua orangtua Yosua membelai kepalanya. Itu sebagai isyarat mereka benar-benar memaafkan Richard. Karena mereka yakin permintaan maaf Richard itu benar-benar disampaikan dengan rasa penyesalan yang murni dan dengan ketulusan hatinya.
Terhadap permintaan maaf dari Ricky Rizal dan Kuat Ma'aruf, orangtua Yosua menerimanya dengan syarat; jika mereka mau jujur sejujurnya saat bersaksi di persidangan tersebut.
Saat Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi, terutama Ferdy Sambo menyampaikan permintaan maafnya, kedua orangtua Yosua memalingkan wajah mereka dengan ekspresi kesal. Di acara Rosi, Kompas TV, ayah Yosua, Samuel Hutabarat mengatakan, permintaan maaf Ferdy Sambo dan istrinya itu tidak tulus. Apalagi Ferdy Sambo dalam permintaan maafnya mengatakan apa yang ia lakukan itu (membunuh Yosua) karena perbuatan Yosua kepada istrinya (pelecehan seksual).
Dari mulutnya Ferdy Sambo mengucapkan maafnya, tapi dari ekspresi wajah dan sorot matanya ia masih menyimpan amarahnya. Rasanya penyesalannya pun terkesan tidak tulus. Karena masih membenarkan tindakan yang katanya terpaksa ia lakukan itu dengan menyalahkan Yosua. Â Â
Selengkapnya tanggapan Ferdy Sambo kepada kedua orangtua Yosua:
"Bapak, Ibu Yosua, saya sangat memahami perasaan Bapak dan Ibu. Saya mohon maaf atas apa yang terjadi. Saya sangat menyesal saat itu saya tidak mampu mengontrol emosi dan tidak jernih."