Mohon tunggu...
Daniel H.T.
Daniel H.T. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Bukan siapa-siapa, yang hanya menyalurkan aspirasinya. Twitter @danielht2009

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Jangan Pandang Remeh Akibat Sepatu Kesempitan

31 Desember 2020   22:41 Diperbarui: 1 Januari 2021   17:23 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rangkupan jalan kaki saya Desember 2020 (Huawei Kesehatan)

Selama ini yang saya tahu akibat dari memakai sepatu kesempitan adalah kaki bisa lecet dan melepuh. Ternyata bisa lebih daripada itu.

Setiap pagi saya berolahraga jalan kaki diselingi joging selama 2-2,5 jam, dimulai sekitar pukul 05.00 dan menempuh jarak rata-rata sejauh 12-13 km, terkadang sampai 14 km. Bulan November lalu jalan kaki saya sejauh total 365,87 km. Desember ini total 366,23 km dan berlari 24,76 km.

Kegiatan olahraga tersebut sudah saya jalani secara rutin setiap hari tanpa jedah sehari pun, selama setahun belakangan ini, semakin intens di saat pandemi Covid-19. Sebelumnya saya juga kerap berolahraga jalan kaki, tetapi tidak selama dan sejauh sekarang, diselang-selingi harinya dengan berenang.

Dalam tempo kurang dari setahun sudah 2 pasang sepatu yang saya gunakan untuk itu outsole-nya (bagian paling bawah sepatu yang bergesekan dengan permukaan jalan) aus dan bolong, hingga melubangi juga kaus kaki!

Sepatu pertama bolong, saya ganti dengan sepatu baru, tetapi hanya bertahan sekitar 5-6 bulan sudah bolong lagi. Koq, cepat amat? Padahal sepatunya Adidas asli.

Belakangan baru saya tahu bahwa saya memakai sepatu yang salah. Sepatu yang saya gunakan itu lebih cocok untuk traveling daripada olahraga yang menempuh perjalanan yang relatif jauh.

Rata-rata saya berjalan per hari sejauh 12-13 km, dalam sebulan rata-rata total 365-370 kilometer. Dalam 5 bulan saja sudah sekitar 1.800 km.   

Sepatu saya yang aus dan bolong. Sepatu jenis seperti  ini lebih cocok untuk traveling, bukan untuk joging (foto pribadi) 
Sepatu saya yang aus dan bolong. Sepatu jenis seperti  ini lebih cocok untuk traveling, bukan untuk joging (foto pribadi) 

Rangkupan jalan kaki saya Desember 2020 (Huawei Kesehatan)
Rangkupan jalan kaki saya Desember 2020 (Huawei Kesehatan)

Saat saya hendak membeli sepatu baru ketiga, saya mengutarakan masalah sepatu saya itu ke pelayan toko yang masih ingat baru sekitar 5-6 bulan saya membeli sepatu itu dilayani dia. 

Dia bilang, kalau saya gunakan sepatu sampai sejauh itu jalannya kurang cocok menggunakan sepatu yang bolong itu, karena sepatu itu meskipun sama-sama tergolong sepatu olahraga, jenisnya lebih cocok untuk traveling. Kalau untuk joging lebih tahan menggunakan sepatu khusus joging.

Sebelum saya membeli sepatu baru yang ketiga (khusus joging), ada sepasang sepatu olahraga yang yang sudah lama tidak dipakai. Kondisinya masih baru. Dulu dikasih mertua saya. Saya pikir daripada beli lagi, pakai saja sepatu itu. Ternyata, kekekecilan, kesempitan. Tapi, saya tetap memakainya.

Saat dipakai berjalan, sebenarnya kaki sudah terasa tidak nyaman, agak nyeri, tapi saya paksa saja berjalan. Sampai sekitar setengah jam kemudian, rasa nyeri semakin terasa. Tapi, mau kembali ke rumah rasanya tanggung, jadi diteruskan saja jalan pagi saya itu sambil menahan nyeri. 

Saat itu saya sudah merasa kayaknya jempol kaki kiri saya mulai melepuh, tapi saya abaikan saja. Sampai kembali ke rumah sudah dua jam lebih, seperti biasa.

Ketika membuka sepatu, benar saja, jempol kaki kiri saya melepuh, juga tumit. Jempol kanan sedikit bengkak.  Untuk mengobatinya saya menggosoknya dengan minyak gosok "Tawon".

Beberapa hari kemudian kedua jempol kaki saya mulai membiru, terjadi pengumpalan darah di bawah kulit (lebam), di bawah kuku kedua jempol kaki saya, terutama jempol jari kanan, semuanya membiru. Saya mengobatinya dengan menggunakan  Thrombophob.

Beberapa hari kemudian lebamnya mulai menghilang sampai akhirnya sembuh. Tepatnya, saya mengira tak ada masalah lagi. Ternyata, tidak.

Sampai hingga sekitar sebulan kemudian, kedua kuku jempol saya tampak aneh posisi, seperti putih susu warnanya. Setelah saya perhatikan ternyata kukunya mau terlepas!

Sampai hari ini, kuku kaki jempol kanan nyaris terlepas seluruhnya, kukunya sudah terangkat, hanya sisi kanan yang masih lengket dengan jempolnya. Saya mau melepaskanya dengan paksa, tetapi saya khawatir menjadi luka. Maka saya biarkan saja, sampai nanti terlepas sendiri. Setelah terlepas, juga nanti tumbuh kuku baru.

Saya baru tahu akibat dari memakai sepatu kesempitan, bisa sampai begitu. (dht).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun