Tetapi, kemudian, secara diam-diam, tanpa sepengetahuan para ulama yang turut menyusun Piagam Jakarta itu, (oleh kelompok nasionalis dan Kristen) frasa: “dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”dihapus, dan diubah menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa.”
Oleh karena Pancasila yang sekarang bukan Pancasila yang asli, kata Rizieq Shihab, maka sekarang adalah kewajiban umat Islam untuk memperjuangkan kembalinya Pancasila Piagam Jakarta itu. Sehingga demikian Hukum Islam dapat diberlakukan di Indonesia.
Pernyataan Rizieq Shihab ini juga diulangi oleh Juru Bicara FPI, Munarman, pada sebuah pidatonya, di Masjid Al-Furqan, Kramat, Jakarta Pusat, diunggah di You Tube pada 13 November 2016.
“Pancasila yang Sekarang adalah Buah dari Pengkhianatan ... ”
Di pidatonya itu, Munarman menyebutkan bahwa Pancasila yang sekarang sesungguhnya merupakan buah dari hasil pengkhianatan pertama terhadap umat Islam saat Indonesia merdeka, karena semula sila pertama Pancasila yang aslinya memuat kewajiban syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya, yang dikenal dengan nama Piagam Jakarta (Jakarta Charter), dihapus secara sepihak tanpa diketahui oleh ulama-ulama yang ikut merumuskankannya.
Apakah pernyataan Rizieq Shihab dan Munarman itu sesuai dengan fakta sejarah? Khususnya pernyataan mereka yang menyebutkan Pancasila yang sekarang bukan Pancasila yang asli, bahwa Pancasila yang sekarang merupakan buah dari pengkhianatan pertama terhadap umat Islam setelah Indonesia merdeka, dan bahwa frasa: “dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” di Piagam Jakarta itu dihapus, dan diubah menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”, dilakukan secara diam-diam (oleh kelompok nasionalis dan Kristen), tanpa sepengetahuan ulama-ulama yang turut merumuskan Piagam Jakarta itu?
Pernyataan kedua tokoh FPI itu sama saja dengan menyatakan sejak Indonesia merdeka sampai sekarang ini, Pancasila sebagai dasar negara kita yang kita pakai adalah dasar negara dari hasil suatu pengkhianatan!
Fakta sejarahnya adalah justru Pancasila yang sekarang ini pernah beberapakali hendak dikhianati: Oleh mereka yang ingin mendirikan negara khilafah berdasarkan hukum Islam, seperti Kartosuwiryo, dan DI/TII Kahar Muzakar, maupun mereka yang ingin menjadikan negara ini menjadi negara komunis (PKI).
Tetapi semuanya gagal karena saktinya Pancasila, yang senantiasa dikawal oleh seluruh rakyat, TNI, dan Polri.
Sekarang ini, muncul lagi kelompok-kelompok tertentu yang memanfaatkan isu SARA di Pilgub DKI Jakarta 2017 yang ingin menguji lagi kesaktian Pancasila dengan berencana melakukan makar dan mengubah Pancasila dengan ideologi kekhilafan untuk mendirikan negara berdasarkan hukum Islam.
Gejala ini bukan hanya sekadar isu yang beredar di masyarakat, tetapi sudah beberapakali dinyatakan oleh Presiden Jokowi sendiri, Kapolri Jenderal Tito Karnavian, dan Panglima TNI Gatot Nurmantyo.