Sebagai selingan, setelah menulis serangkaian artikel berthemakan politik, saya ingin menulis sejenak mengenai toilet umum, ya toilet.
Ini terinsipirasi dengan tulisan Taufik Uieks hari ini tentang kecanggihan dan kebersihan toilet di Jepang, yang berjudul “Sejenak Mengintip Toilet di Jepang.”
Saya melihat, ternyata di Kompasiana ini cukup banyak artikel yang menulis tentang toilet. Terutama yang disorot adalah mengenai kebersihan toilet-toilet umum di luar negeri.
Mengenai kebersihan toilet umum di Jepang, memang harus diakui kebenarannya. Selain bersih, juga tak berbau pesing sebagaimana toilet umum di Indonesia.
Sedangkan mengenai kecanggihan closetduduknya yang serba komputer di Jepang, sebenarnya sudah digunakan juga secara terbatas di Indonesia, misalnya di Hotel Mulia, di Nusa Dua, Bali.
Di toilet Hotel Mulia, Bali, closetduduknya bisa membuka secara otomatis penutupnya saat kita hendak menggunakannya. Juga menggunakan komputer untuk menyetel suhu hangat di dudukan closet.Membilas dengan air hangat atau dingin, dan dengan beberapa variasi semprotan yang semuanya bisa distel di komputer di tembok.
Setelah selesai menggunakan, saat kita menjauh, beberapa saat kemudian penutup closet-nya menutup sendiri perlahan-lahan.
Salah satu kesan saya dengan toilet umum di tempat wisata besar seperti di Walt Disney, Tokyo adalah selalu antrian yang sangat panjang, baik di toilet pria, maupun wanita. Antrian panjang itu mulai dari dalam toilet terus mengular sampai di luar, beberapa puluh meter dari toilet.
Meskipun demikian toiletnya tetap bersih, kering, dan tidak berbau pesing.
Pasti ada, tetapi masih tidak terlalu banyak.