Mohon tunggu...
Daniel H.T.
Daniel H.T. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Bukan siapa-siapa, yang hanya menyalurkan aspirasinya. Twitter @danielht2009

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ketika Ahmad Dhani Menyamakan Pimpinan Non-Muslim dengan LGBT dan Babi

30 Maret 2016   11:52 Diperbarui: 3 April 2016   15:55 98382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 [caption caption="Ahmad Dhani (sumber gambar: Kompas.com)"][/caption]

Dari hari ke hari beberapa bakal calon penantang Ahok di pemilihan gubernur (pilgub) DKI 2017  justru semakin terobsesi dengan Ahok, gejala-gejala itu terlihat nyata, yaitu mereka semakin lama-semakin terlihat gelisah, uring-uringan, seperti cacing kepanasan, marah-marah sendiri, tuding sana-tuding sini, sampai kayaknya sudah mulai ada yang berhalusinasi.

Yang mungkin sudah mengalami halusinasi adalah Adhyaksa Dault, ketika hanya gara-gara melihat ada seorang warga yang mengenakan baju kaos bertuliskan “KTP Gue Buat Ahok”, hari Minggu lalu, di kawasan Car Free Day di Bundaran HI, Jakarta Pusat, yang dialihat adalah relawan Teman Ahok sedang berkampanye dan mengumpulkan KTP pendukung Ahok. Selengkapnya baca artikel saya di sini.

Lalu, siapakah yang saking terobsesi dengan Ahok, sampai sudah seperti cacing kepanasan, uring-uringan, marah-marah sendiri, tuding sana tuding sini?

Dia adalah musisi Ahmad Dhani.

Saking terobsesinya Ahmad Dhani terhadap Ahok, sampai-sampai dia mengadu kepada Adhyaksa Dault, kekhawatirannya terhadap Ahok, yang muncul setiap hari di televisi.

Hal tersebut diceritakan sendiri Adhyaksa, pada 17 Maret lalu.  

"Ahmad Dhani bilang ke saya, 'Bang gimana nih, Bang, Ahok kayaknya di TV terus.' Apanya yang gimana, ya santai saja," kata Adhyaksa, saat berbincang dengan Kompas.com, di Mal fX Senayan, Jakarta Pusat, 17 Maret 2016.


Bagaimana Ahmad Dhani tidak mengalami penderitaan bathin seperti itu, melihat Ahok hampir setiap hari di banyak televisi, sedangkan ia sendiri paling-paling hanya laku di TV One. Padahal fantasinya untuk menjadi gubernur DKI Jakarta sangatlah besar. Belum lagi dengan sedemikian banyaknya portal berita yang memberitakan tentang Ahok secara berkesinambungan, dan hampir semuanya positif. Popularitas Ahok pun semakin meroket, sebaliknya Ahmad Dhani semakin menukik.

Dia berusaha memanfaatkan media untuk meningkatkan popularitasnya dengan berbagai aksi dan pernyataannya, tetapi yang diperoleh justru cemoohan dan cercaan dari para netizen. Salahnya sendiri karena ketidakmampuannya membuat aksi dan pernyataan yang cerdas dan berbobot, yang ada malah menyebarkan kebencian SARA, tetapi yang disalahkan justru media, yang ditudingnya sudah berpihak kepada Ahok.

Media pun diumpat, berkicaulah dia di akun Twitter-nya dengan geramnya kepada media sehingga menulis "media" dengan huruf kapital semua. Kompas.com pun menjadi sasarannya.

"Wahai MEDIA yg berdaulat kpd Penguasa...silakan potong kelamin kalian spy jelas jenis kelamin kalian....ADP"

[caption caption="Twitter Ahmad Dhani"]
[/caption]

"Sy suruh @kompascom tanya ahok ,ahok ke bos yg mana waktu imlek...Mereka diem aja...apa ini media yg berdaulat pd penguasa? curiga"

[caption caption="Twitter Ahmad Dhani"]

[/caption]

Nafsu Ahmad Dhani untuk menjadi gubernur atau wakil gubernur DKI semakin tinggi, tetapi sampai detik ini belum ada juga partai politik yang memastikan akan mengusungnya – tanda-tanda untuk itu justru semakin lama semakin pudar, sebaliknya dengan Ahok. Dukungan kepada Ahok yang maju lewat jalur independen dengan Teman Ahok, semakin lama semakin menguat, apalagi dengan adanya dua partai politik; NasDem dan Hanura yang telah secara resmi menyatakan mendukungnya.

Ahmad Dhani pun nyaris frustrasi, sehingga ia pun semakin uring-uringan.

Tanpa mau bercermin terlebih dahulu, Ahmad Dhani pun menjadi kalap, semakin lama semakin tak bisa mengendalikan dirinya, tanpa alasan yang jelas, ia mengumbarkan segala macam amarah kebenciannya kepada Ahok, dan kepada siapa saja yang mendukung Ahok, menuding ini-menuding itu, lewat media berita dan media sosial. Dari situ pula kita semakin tahu kwalitas dan karakter asli seorang Ahmad Dhani, yang ternyata sering mengalami gagal paham, sesat berpikir,  sangat rasis, dan sangat tidak toleran,  menolak mengakui hak-hak konstitusional WNI yang tidak seagama dengan dia.

Semua yang tidak berpihak dan tidak sepaham dengannya dicaci-maki dan dihujat sekeras-kerasnya. Jika punya kekuatan lebih, bisa jadi orang seperti ini akan semakin beringas dengan semua orang yang dianggap sebagai lawan dan ancaman bagi dirinya.

Maka etnis dan agama Ahok pun ditonjolkan untuk diserang bahkan dihina, parpol yang mendukung Ahok pun, dicaci sebagai parpol penjilat Ahok, sesama musisi yang mendukung Ahok disebut sebagai cecunguk tak berotak, sesama Muslim yang mendukung Ahok dituduh sebagai penjual aqidah Islam, dan seterusnya.

Dari satu pernyataan ke pernyataannya yang lain isinya hanyalah serangan demi serangan yang berupa tudingan-tudingan tanpa bukti, hujatan demi hujatan  (terutama menyangkut etnis dan agama) kepada Ahok dan para pendukungnya.

Bukanlah lebih baik jika dia berbicara tentang dirinya sendiri, tentang kemampuanya memimpin, tentang ide-ide apa yang dia punya yang lebih bagus daripada apa yang dimiliki Ahok, dan lain-lain, agar bisa meyakinkan sebanyak mungkin warga DKI untuk mendukungnya

Ahmad Dhani di acara Indonesia Lawyers Club, pernah bilang, dibandingkan dengan Ahok, yang katanya hanya pakai otak kiri, dia menggunakan otak kiri dan kanan. Tapi, entah bagaimana cara penggunaannya, kurang jelas. Mungkin saja yang sebenarnya telah terjadi saatmencoba menggunakan otak kanan dan kirinya itu,  terjadilah korsleting di anatar kedua otaknya itu. Maka itu perilakunya menjadi seperti sekarang ini.

Perilaku Ahmad Dhani ini mengingatkan saya kepada pernyataan yang pernah dikatakan Eleanor Roosevelt (istri dari Presdien AS ke-32 Franklin D Roosevelt): “Small brain dicuss people, but big brain discuss idea."

**

Sama dengan para lawan Ahok yang lain, yang kerap mengatakan Ahok itu tidak santun, bicaranya kasar, padahal mereka sendiri, jika merasa tersinggung, terdesak, dan tertekan, pasti langsung marah dengan mengumpatkata tak kasar yang bahkan melebihi Ahok sendiri, yang justru akhir-akhir ini mulai dapat mengendalikan dirinya.

Umpatan “kebun binatang”, rasis, dan menistakan agama dan keyakinan orang lain, bukan sesuatu yang tabu bagi mereka. Contoh, anggota DPRD DKI yang pernah memaki Ahok dengan umpatan: “Gubernur goblok!, dan “Cina anjing!”.

Demikian juga dengan Ahmad Dhani. Ia juga selalu mencela Ahok yang tidak santun, kasar bicaranya, tetapi umpatan-umpatannya sendiri kepada Ahok dan pendukung Ahok melebihi apa yang pernah diucapkan Ahok.   

Contoh terbaru adalah apa yang dikicaukan di akun Twitter-nya, @AHMADDHANIPRAST, Selasa ini (29/3). Sedemikian dia membenci Ahok karena agamanya, Ahmad Dhani sampai menyebut yang namanya pimpinan non-Muslim itu sama dengan LGBT (Lesbian, Gay, Biseks, dan Transesksual) dan babi!

Kpd online yg jual2 nama Islam.Pemimpin Non muslim itu sama haramnya dgn LGBT &Babi...masukin tu ke online lu @Islamnkri2014

[caption caption="Twitter Ahmad Dhani"]

[/caption] Saking bencinya dia dengan Ahok dan agamanya itu, Ahmad Dhani sampai lupa bahwa ibu kandungnya sendiri, Joyce Teresa Pamela adalah seorang non-Muslim, seorang Kristen. Demikian juga, dia lupa kalau iNews TV, televisi tempat dia menjadi host acara “Logika Ahmad Dhani” itu dimiliki dan dipimpin oleh seorang nonMuslim (Kristen), boss MNC Group, Hary Tanoesoedibjo.

Kicauan Ahmad Dhani ini dengan sendirinya berlaku juga buat semua WNI suku apa pun dia yang bukan beragama Islam, bukan hanya berlaku untuk Ahok, atau etnis Tionghoa saja. 

Kicauannya itu sangat tidak pantas bagi seorang yang ingin menjadi seorang pimpinan, seorang gubernur DKI Jakarta. Mungkin jika babi bisa berbicara, bicaranya seperti yang ditulis Ahmad Dhani di kicauannya tersebut di atas.

Tak puas menghujat Ahok dengan agamanya itu, Ahmad Dhani pun menghakimi para pendukung Ahok yang Muslim sebagai penjual aqidah Islam. Ini kicauannya:

"Apakah QS An nisa 144 bisa di tafsirkan berbeda dr teks Quran oleh Ulama utk memuluskan jalan Ahok jd Gubernur DKI???"

Ya Allah berilah hidayah kpd pasukan yg rela menjual akidah dan akhlaq nya hanya utk sebuah nasi bungkus...ADP

“Sedih sekali ada online yg bawa2 nama Islam hanya utk sesuap nasi.Murah sekali harga agama hanya seharga nasi bungkus @Islamnkri2014”

[caption caption="Twitter Ahmad Dhani"]

[/caption]

Dari kicauannya ini dapat disimpulkan bahwa Ahmad Dhani adalah orang yang tidak toleran terhadap perbedaan keyakinan. Ia tidak bisa menerima orang lain yang juga beragama islam, tetapi mempunyai pemahaman atau tafsir yang berbeda terhadap keimanannya tentang Islam, khususnya dalam konteks ini tentang gubernur DKI yang non-Muslim.

Orang Islam yang punya pemahaman atau tafsir sendiri terhadap ayat Al Quran itu disebutnya sebagai sesat dan penjual agama Islam demi bisa dekat dengan kekuasaan (Ahok).

Bagi dia semua orang Muslim yang mendukung Ahok, termasuk yang di Teman Ahok, sesama musisi, atau siapa saja yang mendukung Ahok adalah Islam sesat penjual Islam.

Padahal sebagai seorang NU, Ahmad Dhani seharusnya tahu bahwa salah satu tokoh besar NU,  Abdurrachman Wahid atau Gus Dur justru adalah “Bapak Pluralisme Indonesia.” Gus Dur pula yang membuka jalan bagi WNI minoritas seperti Ahok bisa menjadi gubernur, di Ibu Kota pula.

Di masa hidupnya, Gus Dur bahkan pernah meramalkan, suatu ketika Ahok yang nota bene berasal dari suku dan agama minoritas akan menjadi gubernur di suatu wilayah di Indonesia, sebagaimana pernah dikisahkan oleh Menteri ‎Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi, yang juga adalah orang NU (sumber).

 

Pada 24 Januari 2016, sebagai Gubernur DKI Jakarta yang dianggap berprestasi, tegas dalam pemberantasan korupsi, Ahok juga diberi penghargaan Gus Dur Award 2016 untuk kategori tokoh politik dan pemerintahan oleh keluarga Gus Dur, yang diserahkan langsung oleh putri Gus Dur, Yenny Wahid.

Pada 24 Februari 2015, pendiri Maarif Institute Syafii Maarif dan Menteri Agama Lukman Hakim juga pernah berbicara tentang pimpinan non-Muslim.  

Pada kesempatan itu Buya Syafii meminta masyarakat agar meningkatkan rasa toleransinya terhadap pemimpin yang beda keyakinan dengan sebagian besar masyarakatnya.

Buya Syafii mengharapkan umat Muslim mampu mengkaji secara mendalam terkait fikih dalam Islam. Kajian itu akan menghindarkan klaim tunggal mengenai kebenaran.

Sedangkan Menteri Agama Lukman Hakim yang nota bene juga adalah tokoh NU  mengatakan kecenderungan penolakan terhadap pemimpin beda keyakinan itu menunjukkan rendahnya komitmen masyarakat terhadap kebhinnekaan, pluralisme, toleransi dan perlindungan terhadap segenap warga negara (sumber).

Sumber-sumber Islam lain yang mempunyai tafsiran berbeda dengan Ahmad Dhani tentang pimpinan non-Muslim itu bisa juga di baca di sumber-sumber ini:1, 2, 3, 4, 5, dan 6.

Sangat penting pula yang Ahmad Dhani harus sadar bahwa NKRI yang diasebut berulang-ulang dalam kicauan Twitter-nya itu adalah NKRI yang berbhineka tunggal ika, yang artinya negara ini terdiri dari WNI yang beraneka ragam etnis, agama, budaya, suku, dan sebagainya, dan negara yang berasaskan Pancasila dengan konstitusi yang bernama UUD 1945 mengakui dan melindungi kesamaan hak dan kewajiban semua  WNI-nya itu, tanpa kecualinya, di dalam satu kesatuan negara yang bernama Republik Indonesia, atau disingkat NKRI.

Tanpa Pancasila dan UUD 1945, NKRI itu tidak mungkin bisa eksis seperti sekarang ini. NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, NKRI bukan negara yang berdasarkan agama Islam.

Artinya, negara hanya mengakui dan melaksanakan hukum, termasuk hukum ketatanegaraan yang mengatur mengenai tata pemerintahaan,  yang sifatnya nasional yang dibuat berdasarkan konstitusi, bukan berdasarkan hukum agama apa pun.   

UUD 1945 sebagai konstitusi negara dengan tegas dan jelas menyebutkan menjamin semua WNI mempunyai hak dan kewajiban yang sama, termasuk menjadi pemimpin di pemerintahan. Anda harus mengubah dasar negara dan konstitusi negara ini, jika ingin menerapkan hukum agama di negara ini, dan untuk itu Anda harus berhadapan dengan seluruh kekuatan bangsa ini sebagai musuh.

Saya percaya sepenuhnya bahwa dengan kekuatan Pancasila dan UUD 1945 yang dikawal dengan jiwa dan raga segenap unsur-unsur dalam bangsa Indonesia, mulai dari Presiden, TNI dan Polri dan rakyat Indonesia, NKRI itu akan tetap ada, semakin maju, dan semakin kuat.

Pancasila dan UUD 1945 bukan semata-mata barang pajangan!

**

Dengan berbagai persepsi  Ahmad Dhani tersebut di atas,  kita semakin tahu seperti apa orang ini; nilai-nilai kepimpinan dan kenegarawaan sama sekali tidak ada pada dirinya. Bagaimana bisa menjadi pimpinan yang baik, yang mengayomi semua golongan di Ibu Kota yang sangat heterogen penduduknya ini, termasuk dan terutama dengan etnis dan agamanya, jika dia sendiri anti terhadap WNI beretnis dan beragama tertentu, dalam konteks ini adalah etnis Tionghoa dan Kristen?

Sangat mengherankan juga jika tokoh selevel Yusril Ihza Mahendra atau Sandiaga Uno mau menerima Ahmad Dhani sebagai calon pendampingnya di pilgub 2017 itu, apakah yang bisa diandalkan dari seorang musisi yang hanya bisa setiap hari mengumpat orang-orang yang dianggap lawan dan musuhnya, rasis dan antiagama tertentu itu? Apakah sudah tidak ada orang lain lagi, yang jauh lebih pantas?

 

Dalam salah satu kicaunnya, Ahmad Dhani juga berkicau demikian:

“Pemimpin yg di ciptakan oleh MedSos itu seperti kambing di make-up in dan di paksa jd perempuan cantik...ADP”

[caption caption="Twitter Ahmad Dhani"]

[/caption]

Jika dia mau bercermin, maka dia pasti melihat dia itu sendiri malah seperti seekor katak yang hendak menjadi lembu. Tidak punya kapastias sama sekali menjadi pimpinan, apalagi di DKI Jakarta, tapi tetap ngotot memaksa diri.

Ketika Ahmad Dhani mengejek NasDem dan hanura sebagai parpol penjilat Ahok, karena mereka mendukung Ahok, Sekretaris Fraksi Hanura Dadang Rusdiana menjawabnya dengan jawaban yang telak sekali: "Kita pun tidak mau menjadi partai sontoloyo karena mendukung calon yang rendah di kualitas dan jeblok pula di elektabilitas."

 

Ahmad Dhani juga menuding Ahok itu sebetulnya pura-pura independen saja, padahal di belakangnya diam-diam dibekingi oleh sedikitnya lima konglomerat Cina, dengan misi untuk menguasai Indonesia. Indonesia akan dibuat menjadi cabang dari RRC, katanya.

"Indonesia ini di titik krusial. Indonesia ini sangat genting. Ada asing yang berusaha ambil alih. Konglomerat itu ada kaitannya dengan asing. Kita khawatir, negara ini akan menjadi RRC cabang Indonesia. Nenek moyang kita ini sudah marah-marah. Kenapa Indonesia mau didikte orang asing?" kata dia.

Ini jelas hanya merupakan daur ulang dari fitnah SARA yang sama yang pernah dipakai untuk menyerang Jokowi di Pilpres 2014. Bedanya, kalau tempo hari untuk Jokowi dipakai sebutan ada “9 Naga konglomerat Cina yang menjadi beking Jokowi, untuk menguasai Indonesia” maka untuk Ahok didaur ulang menjadi “ada 4-5 konglomerat Cina yang membekingi Ahok, untuk menguasai Indonesia.

Padahal, sebenarnya, sepanjang itu tidak melanggar hukum, semua WNI berhak mendukung siapa saja calon pimpinannya, termasuk para konglonmerat.

Lucunya, fitnah Ahmad Dhani ini, dijadikan rujukan oleh beberapa  kompasianer anti-Ahok untuk membenarkan argumen-arguen mereka, di antaranya dia yang memakai nama samaran “Revaputra  Sugito.” 

Sama dengan ketika terjadinya kekonyolan yang teramat sangat, sehingga membikin banyak netizen sakit perut karena tertawa terguling-guling menyaksikan serius bin lebay-nya Ahmad Dhani dan putranya, Al Ghazali Kohler, saat merespon beredarnya meme yang mengedit foto asli Al Gahazli menjadi seolah-olah dia memegang selembar kertas putih dengan tulisan: “Saya Ahmad Dhani Saya Pilih Ahok.”

Siapa pun yang tak asing dengan kebiasaan para netizen yang suka iseng-iseng mengotak-ataik gambar-gambar asli  menjadi berbeda dengan yang sebenarnya dengan nuansa kocak terkait suatu peristiwa aktual tertentu, yang disebut meme itu, begitu melihat meme Al Ghazali dengan tulisan mendukung Ahok itu, pasti spontan tahu bahwa itu hanyalah sebuah meme iseng kerjaan netizen, seperti apa yang pernah terjadi sangat ramai terjadi pada Haji Lulung dengan berbagai meme lucu bertaggar “#SaveHajiLulung” itu.

Tetapi lkonyolnya, meme tersebut ditanggapi dengan super serius oleh Ahmad Dhani, Al Ghazali, dan para pendukungnya, sampai-sampai mereka mengadakan konferensi pers khusus untuk membantah kebenaran meme itu, tak lupa tentu saja mengecam Ahok dan para pendukungnya. Padahal tidak ada yang percaya kalau itu benar-benar dibuat untuk memanipulasi kebenaran demi keuintungan Ahok. Apalah artinya seorang Ahmad Dhani, apalagi putranya di mata Ahok?

TV One, yang diduga sebagai pendukung Ahmad Dhani pun meliput secara khusus tentang meme itu, dengan mengadakan wawancara “eksklusif” dengan Ahmad Dhani tentang meme tersebut. Dalam kesemptan itu pun Ahok dan para pendukungnya dikecam, telah menghalalkan segala cara, dan sebagainya, untuk mendapat dukungan.

Beberapa kompasianer anti-Ahok, seperti Revaputra  Sugito, pun tak mau ketinggalan, dengan menulis analisa-analisa serius mereka tentang “kasusmeme” yang lucu itu, yang menurut mereka telah dengan telak mempermalukan Ahok dan para pendukungnya itu. 

Padahal semakin banyak mereka berbicara dengan serius tentang meme itu, semakin kelihatan konyolnya. 

Berikut beberapa kicauan yang ditulis Ahmad Dhani tentagmeme anaknya itu:

“Foto di-edit2 sesuai dgn mau nya...pemimpin idolanya jg do edit2 spy keliatan bagus...hidup dalam dunia fantasi”

(Padahal dia yang sedang hidup dalam dunia fantasi, bermimpi menjadi gubernur DKI).

“Mrk yg percaya foto editan @Alkohler7 dukung ahok adalah mrk yg tdk sadar kalo sedang mengalami gangguan jiwa...ADP”

Sedang Al Ghazali sendiri me-mention Ahok di Twitter, dengan kata-kata seolah-olah Ahok-lah yang kurang kerjaan yang membuat meme itu itu, dia benulis kepada Ahok: "Ini yang asli jangan di edit lagi ya om @basuki_btp”, lengkap dengan fotonya yang sedang memegang kertas bertuliskan : “Nama saya ... Al Ghazali Tidak Mungkin Pilih Ahok!”

Betapa lucu dan konyolnya, tak heran kicauan bapak-anak ini malah membuat netizen tertawa terpingkal-pingkal, terguling-guling di lantai sambil menahan perutnya alias “l.o.l.” Hal itu  tercermin dari begitu banyaknya tanggapan netizen yang malah menertawai kicauan-kicauan mereka tentang meme itu.

Orang iseng kok ditanggapi sampai super serius seperti itu.

 

‏Ahmabad Dhani juga berkicau:

Mrk yg percaya foto editan @AlKohler7 dukung ahok adalah mrk yg tdk sadar kalo sedang mengalami gangguan jiwa...ADP

Padahal, siapa sebetulnya yang mengalami gangguan jiwa, saking terobsesinya dia dengan Ahok, dan  begitu tingginya nafsunya untuk menjadi gubernur DKI Jakarta dengan kwalitasnya yang begitu rendahitu? Bagaimana bisa katak hendak menjadi lembu? Jika terus dipaksakan akibatnya “katak” bisa mengalami gangguan jiwa (gangguan jiwa itu tidak sama dengan gila,lho).

Namun demikian, harus diakui penampilan Ahmad Dhani dengan berbagai aksi dan pernyataannya itu cukup menghibur bagi kita yang mengikuti perkembangan di seputar bakal calon gubernur penantang Ahok itu. 

Maka, tak heranlahlah di Kompas.com, berita dan pernyataan-pernyataan Ahmad Dhani itu hampir selalu ditempatkan di rubrik “Entertainment,” karena memang lebih pas ketimbang dimasukkan di rubrik politik. Konyol dan lucu lebih cocok di rubrik “Entertainment,” alias hiburan.

[caption caption="."]

[caption caption="."]
[/caption][/caption]

[caption caption="."]

[/caption]

Menanggai netizen yang malah mem-bully-nya ramai-ramai itu, Ahmad Dhani pun membalasnya dengan mengumpat para netizen dengan sebutan “monyet-monyet”, sesuatu yang akan lain ceritanya jika yang menyebuit “monyet” itu adalah Ahok:

Sy pernah di bunuh karakternya oleh bbrp infotaintment,tp tdk mati....apa monyet2 medsos bs membunuh karakter sy?ha..ha...buat lucu2an aja.

[caption caption="Twitter Ahmad Dhani 8/3/2016"]

[/caption]

Padahal dialah yang paling lucu, yang membuat netizen terhibur di tengah-tengah serius dan semakin memanasnya persaingan di ajang pilgub DKI 2017 itu (baca: Ahmad Dhani Panen Hujatan Diminta Belajar Disuruh Ngaca Hingga Diketawain Kecebong).

Untuk hal ini, kita memang harus akui, tidak ada Ahmad Dhani, Pilkada DKI bakalan nggak seru dan lucu. *****

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun