“Tak ada makan siang yang gratis”, itulah pepatah yang sudah sering kita dengar, terutama di dunia politik yang penuh dengan strategi dan intrik dalam menghadapi lawan, meraih kawan. Artinya, jika dari suatu pihak berbuat kepada pihak lainnya, maka pasti punya maksud dan tujuan politik terselubung demi keuntungan dirinya.
Tiba-Tiba
Namun, saat Presiden Jokowi tiba-tiba mengundang 100 kompasioner makan siang di Istana Negara, Sabtu, 12 Desember 2015, pepatah itu tidak berlaku. Makan siang itu benar-benar gratis, tanpa ada maksud terselubung apapun. Selain sebagai suatu bentuk apresiasi Presiden Jokowi kepada komunitas Kompasiana yang selama ini telah menulis berbagai artikel kritis tentang pemerintahannya.
Itu benar-benar murni bentuk suatu keperdulian dan perhatian seorang Presiden kepada rakyatnya, mendengar secara langsung dan menghargai aspirasi-aspirasi rakyat yang bergabung dalam komunitas blogger terbesar di Indonesia itu, yang sudah menyampaikan aneka ragam aspirasinya dalam bentuk tulisan-tulisannya di Kompasiana.
Saya sebutkan Jokowi “tiba-tiba” mengundang 100 kompasianer itu, karena memang tiba-tiba. Seperti yang sudah diprogram sejak beberapa bulan lalu, Presiden Jokowi akan membuka dan sebagai “key speaker” Kompasianival 2015, di Piaza Gandaria City Mall, Jakarta Selatan, pada Sabtu, 12 Desember itu.
Tetapi, sehari sebelumnya datang kabar dari Istana kepada Admin Kompasiana, bahwa Jokowi tidak bisa menghadiri acara Kompasianival 2015 di Gandaria City itu, sebagai gantinya Jokowi-lah yang mengundang para kompasianer untuk santap siang bersamanya di Istana Negara. Tentu saja, tidak mungkin mengundang seluruh kompasianer, yang hadir di acara Kompasianival itu saja diperkirakan total ada sekitar 5.000 orang, apalagi seluruh kompasianer yang lebih dari 300.000 orang. Oleh karena itu Istana meminta Admin untuk menyeleksi sendiri 100 orang kompasianer itu.
Jadi, Admin hanya punya waktu kurang dari 24 jam untuk melakukan seleksi tersebut. Yang saya dengar intinya kriteria yang ditetapkan Admin adalah mereka yang pernah menulis secara kritis di Kompasiana terhadap kebijakan-kebijakan Jokowi. Kebetulan, saya salah satu yang terpilih.
Hampir Saja Gagal Masuk Istana Negara