Selama hidup ini, saya sempat nyaris mengalami kecelakaan yang sangat fatal, yang bukan tak mungkin menyebabkan maut datang menjemput.
Kejadian pertama, waktu saya masih kecil, ketika masih di Sekolah Dasar. Suatu hari saya ikut mobil pick-up Mitsubishi Colt T120 yang dikemudikan sopir kami. Saya duduk di depan, di samping sopir, bersandar di pintu. Ketika melewati jalan yang berbatu-batu dan bergelombang, mobil tetap melaju cukup kencang. Tiba-tiba saja pintu mobil terbuka, dan saya terlempar keluar. Secara refleks saya langsung bergelantungan di pintu yang terbuka itu. Selama beberapa detik mobil melaju dengan saya tetap bergelantungan di pintu yang berayun-ayun, sebelum sopir menghentikan mobil itu. Karena mobil tidak ber-AC, kaca jendelanya terbuka, jadi saya bisa bergelantungan di jendela itu.
Seandainya waktu itu kaca jendela mobil dalam keadaan tertutup, tentu saya tidak punya tempat untuk bergelantungan di pintu mobil itu, dan sudah pasti saya jatuh terjerambab ke jalanan. Kemungkinan besar menderita luka serius, dan lebih mengerikan lagi, risikonya, saya bisa saja masuk ke kolong mobil yang sedang melaju itu.
Kejadian kedua, di Surabaya. Beberapa tahun yang lalu. Di depan rumah adik saya. Siang, waktu itu ada acara makan-makan. Setelah acara selesai, saya membawa barang hendak dimasukkan ke dalam bagasi mobil sedan saya yang sedang diparkir. Saya sedang menuju ke belakang sedan saya itu untuk membuka bagasinya. Saat saya sudah sampai di samping bagasi, sesaat hanya sekitar 3 detik saya akan tiba di belakang mobil saya itu, tiba-tiba “brak!”, mobil Kijang yang berada persis di belakang sedan saya itu “meloncat” ke depan, menabrak bagian belakang sedan saya itu. Saking kerasnya, sampai mobil saya terdorong ke depan.
Rupanya ada keponakan saya yang menstarter Kijang itu, sedangkan posisi persnelingnya dalam posisi gigi satu. Sehingga ketika distarter mobil itu langsung meloncat ke depan, dan karena jaraknya dekat, langsung menabrak bagian belakang mobil saya itu, persis hanya sekitar 3 detik lagi saya sudah tiba di antara kedua mobil itu.
Seandainya saja ketika itu saya sudah berada di belakang mobil sedan saya itu untuk membuka bagasinya, pasti saya sudah tertabrak dan terjepit di antara kedua mobil tersebut. Bagian yang paling mungkin tertabrak dan terjepit adalah bagian lutut sampai paha saya. Sungguh ngeri membayangkan jika itu sampai terjadi. Hanya ada dua kemungkinan, maut datang menjemput saya, atau saya cacat seumur hidup karena kedua kaki remuk.
Kejadian yang ketiga, Minggu siang, 12 Juni 2011. Selesai ibadah Minggu di gereja, kami sekeluarga berkunjung ke rumah nenek istri saya. Dua pembantu saya ikut. Rumah kosong. Setelah dari rumah nenek istri saya, saya sendiri pulang ke rumah, sedangkan istri dan anak-anak bersama pembantu ke tempat lain.
Waktu tiba di depan rumah sekitar pukul 14:30, suasana jalan sangat sepi. Tidak ada orang lain selain saya. Saya terkejut melihat pintu pagar rumah terbuka. Saya pikir pembantu lupa menguncinya. Sebab beberapa hari sebelumnya, dia sempat lupa menutup pintu pagar ketika kami semua hendak pergi. Untuk ketika itu ada anak saya yang melihatnya, dan mengingatkannya.
Waktu itu saya sama sekali tidak curiga apa-apa, sebab mobil kami yang lain masih terparkir di car port seperti ketika kami tinggalkan rumah. Saya mulai was-was saat mendapati pintu utama rumah juga dalam keadaan terbuka. Tetapi pintunya sendiri utuh, tidak rusak. Belakangan baru diketahui ternyata yang rusak adalah kusen pintunya. Sedangkan gembok pintu pagar meskipun tetap kelihatan baik, ternyata juga sudah dirusak. Kata orang jenis gembok yang saya pakai itu bisa dibuka paksa dengan cara dibakar bagian bawahnya (dengan korek api). Mungkin itulah cara perampok rumah saya membuka gembok itu.
Saya melangkah masuk ke dalam rumah. Semua lampu menyala. Saya menghentikan langkah saya di ruang keluarga, lalu berbalik ke arah kamar utama. Saya langsung terkejut bukan main. Pintu kamar itu terbuka lebar, padahal tadi dikunci. Pintu yang terbuat dari kayu jati itu dalam keadaan rusak berat, terutama di bagian kuncinya. Tanda dibuka paksa dengan linggis atau alat sejenisnya. Sedangkan di dalam kamar, tampak barang-barang yang berantakan. Laci meja tergelatak di lantai, semua barang-barang di dalamnya berserakan.