Mohon tunggu...
Daniel H.T.
Daniel H.T. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Bukan siapa-siapa, yang hanya menyalurkan aspirasinya. Twitter @danielht2009

Selanjutnya

Tutup

Nature

Dunia Tak Jadi Kiamat, Lalu ...?

21 Desember 2012   18:08 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:14 1834
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1356112965147206947

[caption id="attachment_215894" align="aligncenter" width="450" caption="Ilustrasi mobil merek Mazda masa depan yang bisa terbang (Sumber: http://www.gaj-it.com)"][/caption]

Sebenarnya, hari Jumat, 21 Desember 2012 ini dunia kita sudah kiamat. Sebagaimana, katanya berdasarkan sistem perhitungan kalender suku Maya kuno. Padahal, orang Maya sendiri tidak merasa bahwa nenek moyang mereka pernah meramalkan dunia akan kiamat. Apalagi, dengan persis bisa tahu hari dan tanggalnya seperti ini. Suku Maya sendiri tidak percaya dengan ramalan yang ditafsirkan orang-orang di luar suku mereka itu.

Ternyata, memang kiamat itu tidak terjadi. Lebih tepatnya ditunda. Disebutkan “ditunda,” karena katanya, sih, secara ilmu pengetahuan, dunia ini memang suatu ketika akan lenyap dari tata surya ini. Alias, ya, kiamat juga.

Kapan waktunya? Seperti yang diajarkan oleh semua agama, kapan waktu kiamat itu akan tiba, tidak ada satu pun manusia di muka bumi ini yang bisa mengetahuinya.

Menurut NASA, yang mengaku sampai kewalahan harus menjawab banyak sekali panggilan telepon yang menanyakan soal kiamat 21 Desember 2012 ini, dunia ini, planet bumi ini akan masih terus eksis setidaknya sampai 4 miliar tahun lagi. Bagaimana caranya menghitung? Silakan anda tanya sendiri ke NASA. Atau, mungkin mau bikin hitungan sendiri?

Seandainya saja NASA benar bahwa bumi ini akan masih terus eksis di tata surya ini sampai 4 miliar tahun lagi, tidak berarti umat manusia beserta segenap makhluk hidup lainnya di muka bumi ini dijamin pula bisa eksis terus selama itu.

Keserakahan manusia dengan segala rasa bencinya terhadap sesamanya, dengan keangkaramurkanya, ingin menguasai satu terhadap yang lain, merupakan ancaman nyata keberadaan manusia di muka bumi.

Dengan teknologi perang yang semakin super canggih, dan dengan daya musnah yang semakin luar biasa, lewat senjata-senjata pemusnah massal, senjata kimia, bom nuklir, dan lain-lain, manusia berpotensi untuk memusnahkan spesiesnya sendiri. Apabila terjadi lagi perang besar-besaran (Perang Dunia III) dan semua atau sebagian besar senjata pemusnah massal itu digunakan, maka spesies manusia benar-benar akan punah. Atau, kalau ada yang masih bisa bertahan hidup, tinggallah segelintir manusia saja.

Inilah kiamat dalam bentuk lain, dan lebih besar kemungkinannya terjadi, dan lebih cepat bisa terjadi. Tidak perlu “harus menunggu” 4 miliar tahun lagi.

Bumi ini akan terus ada, tidak dilahap “matahari,” ditenggelamkan tsunami mega raksasa dengan ketinggian kilometaran, atau bentuk kiamat lainnya, tetapi tidak lagi dihuni oleh spesies manusia dengan segala peradabannya. Atau, peradaban manusia akan kembali ke era seperti zaman purbakala.

Apakah yang bakal terjadi, jika baik kiamat karena takdir alam, atau kiamat karena ulah manusia yang memusnahkan spisiesnya sendiri itu, semuanya tidak terjadi?

Berarti manusia dengan segala peradaban, kemajuan teknologi di segala bidang, terutama teknologi informasi, komputer, komunikasi, alat transportasi, dan lain-lain akan terus berkembang entah sampai di mana atau bagaimana bentuknya.

Semua teknologi informasi, komputer, komunikasi, alat transportasi, dan sebagainya, yang sekarang ini membuat kita tercengang, terkagum-kagum, sepuluh tahun ke depan sudah hampir pasti akan menjadi teknologi yang kuno. Sama dengan ketika teknologi komputer untuk rumah baru pertamakali diperkenalkan oleh Bill Gates dan Steve Jobs, di kala itu sudah cukup membuat orang tercengang, seolah tak percaya. Sekarang di di era kita, semua teknologi itu sudah kuno.

Seperti juga ketika telepon baru pertamakali ditemukan di abad kesembilan belas oleh Alexander Graham Bell, dibandingkan dengan era teknologi telepon seluler secanggih sekarang, yang dipelopori oleh Steve Jobs dengan iPhone-nya itu.

Lalu, bagaimana dengan seratus tahun kemudian, ribuan tahun kemudian, jutaan tahun kemudian, apalagi sampai miliaran tahun kemudian? Kalau semua peradaban manusia itu masih ada dengan segala perkembangan intelektualnya, bisakah anda bayangkan bagaimana teknologi dan kehidupan di zaman-zaman itu?

Akankah kehidupan manusia itu seperti yang digambarkan di film-film fiksi ilmiah? Teknologi komputer ala film Minority Report, mobil-mobil yang bisa terbang ala Star Wars, pilihan liburan di zaman itu, bukan lagi ke negara mana, tetapi ke planet mana. Perjalanan antarplanet akan menjadi biasa seperti perjalanan antarnegara saat ini. Bukankah di zaman dahulu kala juga, perjalanan antarnegara, merupakan sesuatu yang tak terbayangkan?

Berikut ini adalah video ilustrasi kehidupan di masa depan dengan teknologi informasi dan komunikasi dari Microsoft di tahun 2020 dan di tahun 2050.  Silakan disimak:

Tahun 2020:

 
Tahun 2050:

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun