Mohon tunggu...
Daniel H.T.
Daniel H.T. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Bukan siapa-siapa, yang hanya menyalurkan aspirasinya. Twitter @danielht2009

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Mentalitas PSSI di Balik Penganiayaan Meff Paripurna

12 November 2012   04:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:35 695
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_208889" align="aligncenter" width="620" caption="WARTA KOTA/ANGGA BN Diego Michiels dibawa masuk ke Mapolsek Metro Tanahabang setelah diringkus polisi di sebuah hotel di Jalan Senayan Blok S, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (9/11/2012) petang. Diego diduga melakukan tindak penggeroyokan terhadap seorang mahasiswa bernama Mef Paripurna (21) di Parkiran Basement 2, Senayan City, Jakarta Pusat, Kamis (8/11/2012) dini hari."][/caption]

Kasus pengeroyokan (penganiayaan) yang dilakukan oleh pemain timnas Diego Michiels dan lima temannya terhadap Meff Paripurna mengungkapkan pula sisi buruk lain dari pemain yang bersangkutan, maupun pihak manajer timnas, bahkan termasuk PSSI. Dari kasus ini tercermin pula mentalitas PSSI. Tidak heran persepakbolaan Indonesia sampai hari ini carut-marut persoalannya. Tidak maju-maju.

Seorang atlet, apalagi yang kelas profesional, dan mewakili nama negara pula, wajib mempunyai perilaku yang positif, sikap yang sportif dan bertanggung jawab.

Sikap positif, sportif, dan bertanggung jawab tersebut tidak terlihat pada sosok Diego, manajer timnas, maupun Ketua Umum PSSI, dalam kasus ini.

Diego mula-mula menyangkal terlibat dalam pengeroyokan terhadap Meff Paripurna, yang menyebabkan korban mengalami luka-luka cukup serius, terutama di wajahnya. Setelah polisi melakukan pemeriksaan kepadanya, barulah dia mengaku telah melakukan perbuatan tersebut. Tetapi, masih mencoba lari dari tanggung jawab dengan mengatakan bahwa perbuatan tersebut dilakukan karena pengaruh minuman keras (alkohol).

Tetapi, polisi berhasil mengungkapkan bahwa pengakuan tersebut bohong. Karena hasil test urine dan penyelidikan di lapangan, terbukti Diego dan kawan-kawannya itu tidak dalam keadaan dipengaruhi minuman beralkohol ketika mengeroyok Meff. Artinya, dengan kesadaran penuh mereka melakukan perbuatan pengeroyokan tersebut.

Diego dan kawan-kawannya itu pun ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan oleh polisi dari Polsek Tanah Abang, Jakarta Pusat. Karena disangka telah melakukan perbuatan pidana penganiayaan, melanggar Pasal 170 KUHP. Mereka ditahan karena ancaman hukuman penjara atas perbuatan itu adalah lima tahun ke atas.

Pasal 170 KUHP:

(1)Barangsiapa yang di muka umum bersama-sama melakukan kekerasan terhadap orang atau barang, dihukum penjara selama-lamanya lima tahun enam bulan.

(2)Tersalah dihukum:

1.Dengan penjara selama-lamanya tujuh tahun, jika ia dengan sengaja merusakkan barang atau kekerasan yang dilakukannya itu menyebabkan sesuatu luka.

2.Dengan penjara selama-lamanya sembilan tahun, jika kekerasan itu menyebabkan luka berat pada tubuh.

3.Dengan penjara selama-lamanya dua belas tahun, jika kekerasan itu menyebabkan matinya orang.

Dari ketentuan pasal tersebut dapat diketahui bahwa pengeroyokan (penganiayaan) yang dilakukan oleh Diego dan kawan-kawannya terhadap Mef Paripurna itu bukan tindak pidana ringan. Apabila nanti dokter menyatakan bahwa luka-luka yang diderita Mef termasuk luka berat, maka para pelakunya bisa diancam dengan hukuman maksimal sembilan tahun penjara.

Namun demikian kelihatannya pihak Diego, terutama manajer dan PSSI memandang enteng masalah ini. Sikap tidak bertanggung jawab yang diperlihatkan Diego mencerminkan hal tersebut pada dirinya.

Sedangkan Manajer Timnas Habil Marati, pada awal terungkapnya kejadian, malah membela secara membabi buta Diego Michiels yang secara membabi buta telah menganiaya orang yang tidak ada sangkut-paut persoalan apapun dengannya itu. Dia, mengatakan bahwa Diego sama sekali tidak terlibat penyerokkan tersebut. Sebaliknya, menurutnya, Diego malah hendak melerainya. Padahal, Habil tidak berada di TKP. Bagaimana bisa dia tahu?

Di Metro TV terekam pernyataan Habil Marati sebagai berikut: “Jadi, gini, pas Diego datang kejadiannya sudah selesai. Jadi, teman-temannya yang ribut, nah, Diego melerai.”

Ketika itu Manajer Timnas itu juga bilang, “Tapi, kalau benar ada kejadian yang melibatkan Diego, maka kita akan memberi peringatan keras. Termasuk jangan keluar malam. Kalau tidak, atau masih melanggar, maka dipastikan akan dicoret dari timnas.” (Jaringnews.com, 08/11/2012).

Tetapi, setelah Diego mengaku telah melakukan perbuatan pengeroyokan (penganiayaan) tersebut, dan ditahan polisi, Habil Marati dengan segera melupakan pernyataannya sendiri itu. Janganlan menyatakan (PSSI) akan menjatuhkan sanksi kepada Diego atas perbuatannya itu, dia malah mengatakan tidak ada ketentuan yang menyatakan seorang tersangka dilarang membela timnas. Oleh karena itu dia bersama PSSI melalui kuasa hukum mereka berupaya keras agar polisi mau mengabulkan permohonan mereka, supaya Diego ditangguhkan penahanannya dengan alasan tenaga Diego Michiels dibutuhkan demi bangsa dan negara membela Timnas di Piala AFF Kuala Lumpur, minggu ini.

“Kan tidak ada aturan bahwa seseorang tersangka itu (dilarang membela Timnas). Ini kan sifatnya kenakalan remaja. Jadi, tidak ada persyaratan dalam pertandingan bahwa sebagai tersangka itu tidak boleh main bola. Itu tetap bisa,” ujar Manajer Timnas Indonesia itu usai bertemu dengan Kapolsek Tanah Abang, AKBP Suyudi, di Mapolsek Tanah Abang, Jakarta Pusat, Sabtu, 10 November 2012 (detik.com).

Pernyataan yang mengingatkan kita terhadap mental korup pejabat Indonesia yang tetap mengangkat dan mempromosikan para eks-napi koruptor menjadi pejabat-pejabat struktural/strategis di daerah-daerah, dengan alasan tidak ada hukum yang melarangnya.

Pernyataan Habil ini berangkat dari pola pikir yang sama, sekaligus memperlihatkan bahwa sikapnya memandang enteng perbuatan Diego yang ikut melakukan pengeroyokan, yang menyebabkan korban mereka, Meff Paripurna mengalami luka-luka cukup serius itu. Dia mengatakan, “itu kan hanya merupakan kenakalan remaja..” Saya ingin tahu, apakah dia akan berkata yang sama, kalau korbannya itu adalah anaknya sendiri, yang dianiaya orang seperti itu?

[caption id="attachment_208890" align="aligncenter" width="476" caption="Meff Paripurna, korban penggeroyokan oleh Diego Michiels, dkk. Apakah manajer dan Ketua Umum PSSI akan bersikap sama, seandainya korban itu adalah anak/keluarga mereka sendiri? (Sumber: Kapanlagi.com)"]

13526926301157472200
13526926301157472200
[/caption]

Pihak PSSI juga sudah memastikan bahwa tidak akan menjatuhkan sanksi apapun kepada Diego Michiels dengan alasan Timnas membutuhkan Diego. Melalui kuasa hukum mereka untuk Diego, Andi Windu, mengatakan, mereka sudah meminta maaf kepada keluarga korban, dan, “Kami berharap agar laporan mereka dicabut, dan persoalan ini diselesaikan secara kekeluargaan saja.” (Jawa Pos, Minggu, 11/11/2012).

Apakah benar Timnas atau Indonesia begitu membutuhkan seorang Diego Michiels, sehingga sekalipun dia berstatus tersangka pelaku penganiayaan berat, dan sudah ditahan polisi, masih tetap diharapkan bermain mewakili Indonesia di Piala AFF itu? Jadi, akan ada seorang tersangka, calon narapidana, menjadi wakil Indonesia di ajang Piala AFF? Ini bukan persoalan bagi PSSI?

Ketua Umum PSSI Djohar Arifin, rupanya berpandangan demikian. Dia telah menegaskan sendiri bahwa PSSI tidak akan menjatuhkan sanksi kepada Diego, sebab belum ada rekomendasi dari manajer dan tim pelatih untuk pencoretan. Malah Djohan menyebutkan, seharusnyaDiego Michiels mendapat penangguhan penahanan dengan dalih tenaganya masih dibutuhkan di Piala AFF (Jawa Pos, Minggu, 11/11/2012).

Alasan ini tentu dibuat-buat, karena kita sudah tahu bagaimana sikap Manajer Timnas terhadap persoalan ini, sebagaimana saya sebutkan di atas.

Pernyataan pihak kuasa hukum dan Ketua Umum PSSI Djohar Arifin ini kembali menunjukkan mereka benar-benar menganggap enteng kasus penganiayaan berat ini. Tidak bisa bertindak tegas kepada para pemain, dan diskriminasi. Bahkan sepertinya, meremehkan hukum. Bahkan kuasa hukumnya pun pura-pura tidak tahu, kalau karena kasus ini bukan delik aduan, maka tidak bisa menghentikan proses hukumnya dengan adanya pencabutan perkara dari pihak korban.

Dalam kasus pidana penganiayaan ini, tidak ada yang namanya korban bisa mencabut perkara, proses hukum dihentikan oleh polisi (dengan menerbitkan SP3). Meskipun, misalnya, korban menerima permohonan maaf, proses hukum oleh polisi tetap wajib dilanjutkan sampai ke tingkat pengadilan. Apakah PSSI juga mau melangkahi hukum demi membela seorang Diego Michiels?

Kita sangat mengharapkan polisi benar-benar bersikap profesional, tegas dan tetap berpegang pada hukum dengan tidak mengabulkan permohonan penangguhan penahanan untuk Diego Michiels tersebut. Karena, sekali saja polisi toleran, dengan mengabulkan permohonan tersebut, maka itu merupakan suatu preseden hukum yang sangat buruk. Di lain waktu nanti ada saja orang yang melakukan perbuatan penganiayaan yang sama, kemudian bisa mengajukan juga supaya jangan ditahan, dengan mengacu pada perkara ini. “Kalau Diego boleh tidak ditahan, kenapa saya tidak?”

Ini bukan pertama kali PSSI membela Diego, sebelumnya, Diego pernah melakukan tindakan indispliner sebagai pemain timnas. Ketika Agustus 2012 lalu dia meninggalkan Training Camp Timnas tanpa izin pelatih dan manajemen untuk bermain membela Arema Malang (IPL) di Piala AFC. Waktu itu namanya memang sempat dicoret oleh pihak manajemen, tetapi menurut sumber Jawa Pos, ada intervensi dari petinggi PSSI, sehingga Diego kembali dipanggil memperkuat timnas itu (Jawa Pos, Minggu, 11/11/2012).

Kasus penganiayaan ini, semakin terang menunjukkan bahwa PSSI memang menganakemaskan Diego Michiels. Sampai-sampai hukum pun mau dilangkahi. Ada apa ini?

Bandingkan dengan apa yang PSSI perlakukan terhadap mantan pemain Persipura Titus Bonai. Nama Titus langsung dicoret oleh PSSI dari daftar pemain timnas pembela Indonesia di Piala AFF itu, setelah tidak bisa ikut terbang bersama tim ke Vietnam pada 16 Oktober lalu, untuk laga uji coba, karena dia lupa membawa paspornya.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun