Mohon tunggu...
Daniel H.T.
Daniel H.T. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Bukan siapa-siapa, yang hanya menyalurkan aspirasinya. Twitter @danielht2009

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ibas di Balik Intervensi Hasil Audit Investigasi BPK?

22 Oktober 2012   18:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:31 2049
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1350930329115393683

[caption id="attachment_205442" align="aligncenter" width="565" caption="Menpora Andi Mallarangeng tiba di kantor KPK Jakarta Selatan, untuk diperiksa penyidik KPK terkait kasus dugaan suap pembangunan wisma atlet SEA Games Palembang, Senin (10/10/2011). Andi diperiksa sebagai saksi dengan tersangka mantan Bendahara Umum Partai Demokrat, M.Nazaruddin. "][/caption]

Lagi, Menpora Andi Mallarangeng berkelit dari tanggung jawabnya di proyek pusat pelatihan, pendidikan, dan sekolah olahraga di Bukit Hambalang, Bogor, Jawa Barat. Pada Minggu, 21 Oktober 2012, Andi menegaskan bahwa dia memang tahu ada proyek Hambalang, tetapi penyimpangan dananya (alias korupsinya) dia sama sekali tidak tahu-menahu.

Sungguh, ini pernyataan yang teramat sangat tidak tahu malu. Hanya bisa datang dari orang yang tidak layak menjadi pejabat, setingkat RT sekali pun.

Sangat terlalu tidak masuk akal, seorang Menpora tidak tahu apa-apa soal penggunaan anggaran yang mencapai Rp 1,2 triliun. Anggaran negara minimal Rp 100 miliar saja, penggunaannya harus diketahui dan seizin Menteri. Menurut Majalah Tempo, sebenarnya anggaran total proyek Hambalang ini lebih dari Rp 2 triliun. Kalau totaln anggaranya ditambahkan dengan pengadaan perlengkapan interior gedung-gedungnya (perlengkapan olahraga, mebel, ATK, dan lain-lain). Tetapi, belum sampai ke tahapan itu, proyeknya masih jauh dari selesai, bau busuk praktek korupsi tersebut keburu sudah tercium.

Bahkan sejak awal proyek itu saja sudah timbul banyak sekali keganjilan yang levelnya sudah melebihi batas akal sehat manusia normal. Bagaimana mungkin proyek yang awalnya hanya dianggarkan Rp 125 miliar itu, bisa menjadi berubah Rp. 1,2 triliun? Bukan soal anggaran saja, tahapan-tahapan proses pengadaan proyek tersebut pun penuh dengan keganjilan-keganjilan yang luar biasa. Mulai dari soal terbitnya sertifikat, soal perizinan pemerintah daerah setempat, kelayakan lokasi untuk proyek sebesar itu, dan seterusnya. Sedikitnya ada 7 keganjilan besar, sebagaimana yang dicatat gatra.com, yang bisa dibaca di sini.

Dengan sedemikian banyaknya keganjilan-keganjlan yang luar biasa ini, sangat mustahil Menpora Andi Mallarangeng  tidak tahu apa-apa. Seandainya pun benar dia tidak tahu apa-apa, maka berarti dia sangat tidak layak menjadi seorang Menpora. Karena tidak becus dan punya rasa tanggung jawab sama sekali. Proyek yang nilainya triliun rupiah, dia dalam jabatannya sebagai Menpora, yang adalah pengguna anggaran itu, tidak perduli, tidak mau tahu pengelolaannya, "EGP" = emangnya gue pikirin, sampai bisa terjadi penyalahgunaan itu.

Seandainya Andi Mallarangeng adalah seorang Menteri yang punya tanggung jawab, tentu dia akan sangat merasa bersalah dan malu, ada penyalahgunaan anggaran sebesar itu kok dia bisa tidak tahu. Maka, dia akan minta mundur dari jabatannya itu.

Tetapi, itu hanya seandainya saja. Faktanya tidaklah demikian. Faktanya 180 derajat berbeda. Menpora Andi Mallarangeng bukan hanya merasa tidak bersalah, bahkan dengan cara menghina logika manusia normal, secara tidak tahu malu, mengaku bahwa dia tidak tahu-menahu soal penyalahgunaan anggaran di proyek Kementeriannya itu.

Sejak awal, ada-tidakadanya kasus korupsi Hambalang ini, Andi Malaranggeng adalah seorang Menteri yang sangat tidak layak. Selama dia menjadi Menpora tidak ada prestasi yang berarti bagi Indonesia di bidang olahraga. Tidak ada program-program nyatanya yang bisa mendorong majunya olah raga Indonesia di mata dunia. Dua proyek besar yang menyangkut Kementeriannya, proyek SEA Games XXVI di Palembang (November 2011), dan proyek PON XVIII di Pekanbaru, Riau (September 2012), dua-duanya bermasalah dalam penyelasaian venue-venue-nya. Di PON Riau, bahkan beberapa venue belum rampung ketika PON-nya sudah dimulai. Di proyek PON Riau ini juga diduga kuat telah terjadi praktek korupsi. KPK telah turun tangan di dalam hal ini. Ditambah lagi dengan proyek jumbo sarat korupsi, Hambalang.

Apa saja yang dia lakukan selama ini sebagai Menpora, selain gunting pita meresmikan suatu acara tertentu di bawah Kementeriannya?

Berlipat kali menteri seperti ini layak dipecat oleh Presiden SBY. Tidak cukup hanya disuruh mundur. Tetapi, kenapa sampai hari ini SBY masih mempertahankanya? Bahkan Edhie Baskoro, Sekjen Partai Demokrat, putra SBY, malah memuji dan memuja Andi Mlalarangeng sebagai salah satu dari roda kemajuan dan otak Partai mereka. Ini juga suatu teka-teki tersendiri.

Sebelumnya, memang beredar kabar bahwa Presiden SBY telah meminta Andi Mallarangeng  supaya mundur, tetapi kemudian kabar itu dibantah oleh Andi, dan dari pihak Partai Demokrat. Termasuk dari Edhie Baskoro Yudhoyono alias Ibas itu. Bahkan Ibas mengeluarkan pernyataan yang mengejutkan itu. Pada Rabu, 17 Oktober 2012, di Gedung DPR. Dengan tegas putra Presiden SBY ini mengatakan bahwa Anas Urbaningrum dan Andi Mallarangeng adalah otak dan roda kemajuan Partai Demokrat!  Dua tokoh petinggi Demokrat yang berada di urutan teratas tokoh yang paling dicurigai publik sebagai otaknya koruptor di sedikitnya dua proyek jumbo; Wisma Atlet dan Hambalang, disebutkan sebagai otak dan roda kemajuan Demokrat. Atau dengan perkataan lain bisa dikatakan sebagai "ruh" dan "otaknya" Partai Demokrat!  Luar biasa!

Tidak itu saja, Ibas bahkan dengan berani mengatakan bahwa tidak mungkin Anas dan Andi itu terlibat (di kasus korupsi Wisma Atlet dan Hambalang). Beritanya antara lain bisa dibaca di sini.

Pernyataan Ibas yang begitu memuji dan memuja Anas dan Andi ini menimbulkan teka-teki. Mengingat, saat ini tingkat elektabilitas Partai Demokrat terus merosot tajam, sebagaimana hasil survei berbagai lembaga survei. Kemerosotan tersebut terjadi, dikarenakan berbagai skandal korupsi yang diduga kuat melibatkan banyak petinggi Demokrat. Terutama sekali justru Anas Urbanigrum dan Andi Mallarangeng.

Rakyat banyak telah semakin yakin bahwa Anas dan Andi merupakan otak-otak dari kasus korupsi di Wisma Atlet dan proyek Hambalang itu. Khusus untuk Andi, seiring dengan perkembangan kasus Hambalang, semakin sangat kuat indikasi bahwa dia terlibat. Hanya dibuktikan formalitas prosedur hukum untuk menjadikannya sebagai tersangka, diadili, dan dijebloskan ke dalam penjara. Pernyataan Ketua KPK Abraham Samad beberapa waktu yang lalu bahwa akan ada kejutan dengan tersangka baru kasus Hambalang hampir dapat dipastikan adalah Andi Mallarangeng. "Tinggal menghitung hari" itu judul lagu yang dipopulerkan oleh Krisdayanti, kata Abrahamam untuk kapan KPK akan mengumumkan siapa dia tersangka baru yang dimaksud.

Kenapa ketika, atau di tengah-tengah persepsi publik seperti itu (Anas dan Andi adalah bagian dari otak kasus korupsi Wisma Atlet dan Hambalang – berarti penyebab utama dari kemerosotan elektabilitas  itu), Ibas malah berani melawan arus persepsii publik yang semakin kuat itu, dengan mengatakan bahwa Anas dan Andi itu adalah roda kemajuan dan otak dari Partai Demokrat. Bahkan berani mengatakan bahwa tidak mungkin kedua petinggi partai itu terlibat. Padahal KPK saja belum selesai bekerja mengusut kedua kasus korupsi itu.

Apakah pernyataan Ibas ini merupakan isyarat terselubung kepada pihak-pihak tertentu untuk jangan menganggu Anas dan Andi? Apakah pernyataan Ibas yang mendadak begitu memuji dan memuja Anas dan Andi itu ada kaitannya dengan dugaan intervensi hasil audit investigasi BPK terkait kasus Hambalang yang kini sedang hangat-hangatnya dibicarakankan itu?

Mungkin ketika hasil audit BPK sudah semakin dekat dengan dead line untuk diserahkan kepada DPR, Ibas pun memberi isyarat, mengingatkan,  lewat pernyataan itu, kepada BPK untuk  menghilangkan nama Andi Mallarangeng di dalam laporannya itu? Oleh karena itulah, sekarang, dari hasil kesimpulan hasil audit investigasi BPK yang beredar di kalangan DPR, nama Andi Mallarangeng sudah tidak ada.

Pernyataan Ibas bahwa “Anas dan Andi adalah roda kemajuan dan otak Partai Demokrat,” sama saja dengan mengatakan kepada BPK bahwa Andi Mallarangeng (dan Anas Urbaningrum) itu adalah “pahlawan” atau bagian inti dari Partai Demokrat, jangan ganggu mereka, alias jangan melibatkan nama mereka di dalam laporan BPK itu. Maka, “hilanglah" nama Andi Mallarangeng dari laporan hasil audit BPK tersebut. Jadi, ketika Andi mengatakan dia tidak melakukan intervensi ke BPK itu, dia sedang bicara yang benar. Bukan dia, dan rasanya memang dia tidak punya cukup power untuk itu. Yang melakukan intervensi dan mempunyai power untuk mempengaruhi BPK adalah pihak yang jauh lebih kuat daripadanya. Yakni, Ibas, Sekjen Partai Demokrat, sekaligus putra Presiden SBY. Tentu saja, bukan hanya dengan pernyataan Ibas itu lalu membuat BPK buru-buru mengedit laporan hasil audit investigasi dengan menghilangkan nama Andi Mallarangeng itu, tetapi sebelumnya sudah ada "deal-deal" tertentu dengan BPK. Pernyataan Ibas tersebut hanyalah pengiriman signal untuk mengingatkan BPK.

Dari pernyataan-pernyataan pejabat BPK yang saling bertentangan saja sudah mengundang kecurigaan besar. Anggota BPK, Taufiequrachman Ruki mengatakan bahwa ada intervensi di dalam laporan hasil audit investigasi terhadap proyek Hambalang; Semula ada nama Andi Mallarangeng dan beberapa perusahaan yang dinyatakan ikut bertanggung jawab, tetapi kemudian tiba-tiba “menghilang” (Kompas, 19/10/2012). Sedangkan Ketua BPK Hadi Purnomo membantahnya. Katanya, tidak ada intervesi dalam bentuk apapun di dalam laporan hasil audit investigasi tersebut. Laporan yang dibuat belum selesai, masih dalam tahapan proses. Lamanya proses auditing itu saja juga menimbulkan kejanggalan lainnya. Kok lama sekali hasil audit itu belum juga tuntas? ***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun