[caption id="attachment_170271" align="aligncenter" width="496" caption="(Ilustrasi, diambil dari: http://programkatekese.blogspot.com)"][/caption]
Hari ini umat Kristen di seluruh dunia berduyun-duyun ke gereja-gerejanya untuk memperingati hari kematian Yesus di bukit Golgota, di atas kayu salib (Jumat Agung). Hari ketiganya, atau Minggu nanti, adalah hari Kebangkitan-Nya, diperingati sebagai Hari Raya Paskah. Yesus Kristus mati demi menebus dosa-dosa umat manusia tanpa kecuali. Apakah arti pengorban-Nya itu?
Ilustrasi sederhana ini mungkin bisa membantu memahami arti pengorbanan Yesus itu.
Seringkali manusia itu tidak dapat disadarkan atas kesalahan-kesalahan atau kejahatan-kejahatan yang dilakukannya meskipun telah diperingatkan dan diingatkan entah berapa kali, dengan berbagai cara sekalipun, oleh orang yang dicintai, maupun yang mencintainya. Sampai ketika terjadi peristiwa ekstrem, misalnya, demi menyelamatkan orang tersebut dari akibat perbuatannya itu, atau gara-gara perbuatannya itu, menyebabkan orang yang dicintainya itu sampai tewas. Barulah yang bersangkutan shock, seolah-olah baru terbangun dari mimpi buruk. Menyesali semua perbuatan jahatnya, dan kemudian bertobat. Dan mulai hidup baru yang bebas dari segala macam perbuatan jahat.
Tidak ada pengorbanan dari manusia manapun yang bisa semahabesar yang dilakukan oleh Yesus.
Di sebuah kebaktian di Gereja Kristen Gloria, Jalan H.R. Muhammad, Surabaya, menjelang hari Paskah, beberarapa minggu lalu, ada khotbah pendeta yang menarik perhatian saya. Dengan menggunakan HP saya memotret kalimat-kalimat materi khotbahnya yang ditayangkan di sebuah layar proyektor. Saya kutip sebagian darinya:
Ada pepatah dalam bahasa Mandarin, yang artinya: Kesuksesan seorang jenderal didirikan di atas puluhan ribu tulang-tulang.
Pimpinan dunia mengorbankan orang lain bagi dirinya sendiri. Tapi, Kristus mengorbankan diri-Nya bagi orang lain.
“Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa (Roma 5:8).
Yesus belum pernah mengorbankan orang lain bagi diri-Nya sendiri.
Ada tiga macam tipe pemimpin:
1.Demi kebaikan dirinya sendiri mengorbankan orang lain;
2.Berkorban bersama, mati bersama;
3.Berkorban untuk menyelamatkan orang lain.
----
[caption id="attachment_170269" align="aligncenter" width="522" caption="(Sumber: Salah satu kebaktian di Gereja Kristen Gloria, Surabaya)"]
Kalau merujuk pada tiga jenis pemimpin di atas, termasuk yang manakah tipe pemimpin kita? Terutama Presiden kita saat ini?
Terserah Anda menilainya sendiri.
Yang pasti Yesus adalah Pemimpin tipe ketiga. Dan yang sangat penting pula adalah apa yang dilakukan Yesus, termasuk pengorbanan-Nya itu juga dimaksud untuk menjadi teladan terbaik bagi umat manusia dalam menjalani hidup kesehariannya, dari mana pun dia, tidak memandang jenis kelamin, suku, bangsa, bahkan agama.
Untuk seorang pemimpin sepatutnya pun menjadikan kehidupan dan pengorbanan Yesus sebagai teladan baginya dalam memimpin bangsa dan negaranya.
Sayang sekali, Indonesia sampai saat ini hanya mempunyai pemimpin yang sebagian besarnya termasuk tipe pemimpin nomor 1 dan 2. Ironisnya sang pemimpin nomor satu di Republik ini, bahkan bisa dikategorikan termasuk dalam tipe yang pertama.
Semoga kita semua sedapat mungkin bisa menjadikan kehidupan Yesus, pengorbanan dan kepimpinan-Nya, sebagai suri teladan dalam kehidupan kita sehari-hari. Amin.
Selamat Hari Raya Paskah bagi yang merayakannya. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H