[caption id="attachment_159792" align="alignleft" width="251" caption="(Suara Merdeka)"][/caption] Ada sesuatu yang cukup menarik perhatian beberapa wartawan ketika meliput acara pengukuhan Denny Indrayana menjadi Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada, di Gedung Pusat Balai Senat UGM, Yogyakarta, Senin, 6 Februari 2012.
Ada banyak tokoh yang menghadiri acara tersebut, termasuk Wakil Presiden Boedinono. Tetapi yang paling menarik perhatian wartawan adalah kehadiran Ketua KPK Abraham Samad dan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum.
Pasalnya, meskipun sama-sama berada dalam satu ruangan tersebut keduanya kelihatannya saling menghindar. Membuat keduanya tidak saling sapa, dan juga tidak saling jabat tangan (diberitakan antara lain oleh media grup Jawa Pos dan detik.com).
Posisi duduk mereka dua pun saling berjauhan. Anas, yang datang bersama Marzuki Alie dan Benny K. Harman duduk di deretan paling depan sederet dengan Wapres Boediono, Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD, Menteri Hukum dan HAM Amir Syamsuddin, dan lain-lain. Sedangkan Abraham Samad duduk agak ke belakang, di deretan/barisan kursi lainnya.
Ketika acara tersebut selesai, dan para hadirin diberi kesempatan memberi selamat kepada Denny Indrayana, Abraham mendapat giliran lebih dulu. Beberapa saat baru kemudian giliran Anas, Marzuki, dan Benny. Ketika tiba giliran Anas cs itu, Abraham pun berdiri dari kursinya, meninggalkan ruangan. Maka keduanya pun tidak berjabat tangan, dan juga tidak saling sapa.
Kenapa demikian?
Apakah ini ada kaitannya dengan kabar sebelumnya bahwa Abraham Samad sebagai Ketua KPK beberapa hari sebelumnya dikabarkan sudah menghendaki menetapkan dan menangkap Anas sebagai tersangka baru korupsi Wismna Atlet? Jadi, Anas sudah tahu bahwa dirinya sudah dijadikan sasaran tembak berikutnya Abraham, maka itu dia mempunyai perasaan antipati, atau segan/takut kepada Abraham. Sedangkan Abraham pun sudah beranggapan bahwa sudah selayaknya dia tidak bertegur sapa, termasuk berjabat tangan dengan Sang Ketua Umum PD itu karena sebentar lagi berstatus tersangka, atau setidaknya Anas sudah dikategorikan sebagai “orang bermasalah” di mata KPK. Oleh karena itu – sesuai dengan ketentuan yang ada, tidak diperbolehkan Ketua dan para pimpinan KPK lainnya untuk bertemu, atau kelihatan dekat dengan orang yang bermasalah dengan hukum.
Apapun yang terjadi di balik momen tak saling sapa dan tak saling jabat tangan antara Ketua KPK Abraham Samad dengan Ketua PD Anas Urbaningrum ini bisa diambil kesimpulan bahwa hubungan keduanya memang ”bermasalah”. Bermasalah dalam artian bahwa posisi mereka sudah menjurus pada posisi antara calon penyidik dan calon tersangka. Kalau tidak demikian tentu ketika sama-sama hadir di dalam acara pengukuhan Guru Besar Denny Indrayana di UGM itu, keduanya tidak seolah-olah bersikap saling menghindar sepert itu. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H