Mohon tunggu...
Daniel H.T.
Daniel H.T. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Bukan siapa-siapa, yang hanya menyalurkan aspirasinya. Twitter @danielht2009

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Salah Kaprah tentang Orang-Orang Majus yang Menyembah Yesus

24 Desember 2011   17:15 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:48 9866
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Salah satu kisah kelahiran Yesus Kristus yang paling terkenal adalah kisah tentang orang-orang majus dari Timur, yang datang ke tempat Yesus yang baru dilahirkan berada. Ketika berhasil menemukan Yesus dan ibuNya Maria di Betlehem, orang-orang majus itu lalu menyembahNya dan membuka barang-barang persembahan mereka, yaitu emas, kemenyan dan mur kepadaNya.

Selengkapnya kisah tersebut terdapat di Matius 2:1-12:

Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem dan bertanya-tanya: “Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia.”

Ketika raja Herodes mendengar hal itu terkejutlah ia beserta seluruh Yerusalem. Maka dikumpulkannya semua imam kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi, lalu dimintanya keterangan dari mereka, di manakah Mesias akan dilahirkan. Mereka berkata kepadanya: “Di Betlehem di tanah Yudea, karena demikian ada tertulis dalam kitab nabi: Dan engkau Betlehem, tanah Yudea, engkau sekali-kali bukanlah yang terkecil di antara mereka yang memerintah Yehuda, karena dari padamulah akan bangkit seorang pemimpin, yang akan menggembalakan umat-Ku Israel.”

Lalu dengan diam-diam Herodes memanggil orang-orang majus itu dan dengan teliti bertanya kepada mereka, bilamana bintang itu nampak. Kemudian ia menyuruh mereka ke Betlehem, katanya: “Pergi dan selidikilah dengan seksama hal-hal mengenai Anak itu dan segera sesudahnya kamu menemukan Dia, kabarilah kepadaku supaya aku pun datang menyembah Dia.”

Setelah mendengar kata-kata raja itu, berangkatlah mereka. Dan lihatlah, bintang yang mereka lihat di Timur itu mendahului mereka hingga tiba dan berhenti di atas tempat Anak itu berada.

Ketika mereka melihat bintang itu, sangat bersukacitalah mereka. Maka masuklah mereka ke dalam rumah itudan melihat anak bersama Maria, ibu-Nya, lalu sujud menyembah dia. Mereka pun membuka tempat harta-bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan, dan mur.

Dan karena diperingatkan dalam mimpi, supaya jangan kembali kepada Herodes, maka pulanglah mereka ke negerinya melalui jalan lain.

Dari kisah ini kemudian muncul beraneka ragam tafsir dan gambar tentang orang-orang majus dari Timur ini. Hal yang paling lazim terlihat adalah gambar tentang tiga orang yang sedang mengendarai unta dengan sebuah bintang terang di langit.

Gambar lain adalah tiga orang tua yang berwajah bijaksana sedang menyembah bayi Yesus di palungan di dalam sebuah kandang domba. Selain bayi Yesus dan tiga orang majus itu, juga dilukiskan ada Maria, ibu Yesus dan Yusuf, tunangan Maria.

Lukisan tentang jumlah orang majus dari Timur itu selalu digambarkan jumlahnya tiga orang. Pada umumnya orang pun mempercayai bahwa orang-orang majus yang datang dan menyembah Yeus itu jumlahnya ada tiga orang.

Pertanyaannya adalah: Benarkah jumlah orang majus dari Timur itu ada tiga orang?

Apabila kita membaca teks Injil Matius di atas tidak ada tulisan yang menjelaskan tentang berapa banyak orang-orang majus itu. Lalu, kenapa para seniman selalu menggambarkan jumlah mereka ada tiga?

Itu semua karena mereka berpatokan pada tiga jenis barang yang dipersembahkan kepada Yesus, yakni emas, kemenyan, dan mur. Maka disimpulkan bahwa jumlah mereka itu ada tiga orang. Masing-masing mempersembahkan satu jenis barang. Padahal belum tentu demikian. Jumlah jenis persembahan tidak langsung dapat memastikan berapa jumlah orang yang mempersembahkan barang-barang itu.

Jadi, tafsiran tentang jumlah tiga orang, tentu saja bisa benar, dan bisa juga salah.

Ada yang mengatakan bahwa penafsiran dan penggambaran jumlah orang majus itu adalah tiga orang merupakan sesuatu yang salah kaprah, keliru. Antara lain oleh Jaya Suprana, pendiri MURI. “Pakar Kelirumologi” itu pernah memasukkan anggapan dan lukisan tiga orang majus dari Timur itu termasuk sesuatu yang keliru. Karena di Injil tidak ada keterangan berapa sebenarnya jumlah orang dari majus itu.

Padahal sebenarnya, kita juga tidak bisa memastikan bahwa apakah benar, atau apakah salah, kalau kita beranggapan bahwa orang majus yang datang dan menyembah Yesus itu ada tiga orang. Bukankah Injil tidak memberi penjelasan tentang itu? Jadi, bagaimana bisa Jaya Suprana berani memastikan bahwa itu sebagai sesuatu yang sudah pasti keliru?

Penafsiran lain yang juga dinilai tidak tepat adalah yang mengatakan atau mempersamakan orang-orang majus itu dengan tiga orang raja. Tiga orang raja yang datang dariTimur untuk menyembah Yesus. Padahal di Injil tidak menyebutkan mereka itu raja.

Lepas dari semua soal tentang penafsiran-penafsiran tersebut, termasuk mengenai berasal dari manakah orang-orang majus itu (banyak pakar yang sepakat mengatakan bahwa mereka itu berasal dari Persia, atau Iran sekarang), makna tentang tiga jenis benda persembahan kepada bayi Yesus itu. Yakni emas, kemenyan (pengharum dalam upacara-upacara keagamaan yang agung orang Yahudi), dan mur (semacam minyak damar berbau harum, yang biasanya dipakai untuk melumuri mayat dalam adat orang Yahudi, sebelum dikebumikan), dan bintang apa  sebenarnya yang dilihat orang-orang majus itu, yang biasa disebut juga “Bintang Betlehem”? Yang terpenting adalah makna dari kelahiran Yesus Kristus itu sendiri sebagai Penebus Dosa umat manusia, dan pembawa ajaran cinta kasih bagi semua umat manusia.

Damai di dunia dimulai dari damai di antara sesama manusia. Damai di antara sesama manusia dimulai dari damai di dalam setiap keluarga. Semuanya itu bersumber dari cinta kasih. Kasih yang agape, sebagaimana tertulis di 1 Korintus 12:1-3:

"Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing. Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna. Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikitpun tidak ada faedahnya bagiku."

Selamat hari Natal 2011. Semoga Tuhan memberkati kita semua. Memberkati Bangsa Indonesia. Amin. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun