Meskipun kita belum langsung melihat kebesaran, kemegahan, dan kehebatan Toko Apple yang serba minimalis dan futuristik itu, tetapi kita bisa melihatnya dari gambar-gambar yang saya sertakan di artikel ini.
Supaya lebih memahami akan kebesaran Toko Apple ini, maka sebaiknya kita membaca pula latar belakang, dan proses pembukaan toko tersebut. Artikel di bawah ini sumber utamanya dari salah satu bab buku biografi Steve Jobs, yang ditulis oleh Walter Isaacson (terjemahan bahasa Indonesia dari Penerbit Bentang).
Salah satu karakter Steve Jobs (alm.), pendiri dan CEO Apple Inc. adalah sangat perfeksionis dan benar-benar mencintai seni. Oleh karena itu semua produk Apple di bawah kepimpinannya adalah produk yang tidak pernah jauh dari estetika dan detail yang sangat mendalam. Bahkan sampai ke bagian-bagian dalam setiap produk yang tidak terlihat (yang hanya bisa terlihat ketika produk itu dibuka ketika dilakukan perbaikan) pun wajib sama detail dan halusnya dengan bagian luarnya.
Karakteristik Jobs tersebut semakin membuat suatu produk Apple menjadi semakin sempurna dengan karakteristik lain yang ada pada dirinya.Yakni sangat tegar, keras pendiriannya, dan bahkan kasar dalam mempertahankan setiap ide dan kemauannya. Meskipun kadang-kadang dia bersikap terbuka juga ketika ada ide orang lain yang lebih baik daripadanya.
Ketika suatu ide atau keinginannya muncul di benaknya, maka itu harus terlaksana. Meskipun para bawahannya mengatakan itu tidak mungkin. Jobs bilang: Mungkin dan kerjakan! Anehnya, biasanya Jobs yang benar.
Perilakunya itulah yang membuat produk-produk Apple tidak bisa sesuka hati ditambah-tambah aplikasinya, atau di-up-grade oleh para penggunanya secara legal. Steve Jobs tidak sudi melepaskan kendalinya terhadap produknya, sekalipun itu sudah ada di tangan konsumen yang membelinya.
Di Indonesia, solusi yang biasa dilakukan para pengguna produk Apple, seperti iPod dan iPad adalah dengan melakukan terobosan dengan cara apa yang dikenal dengan sebutan jabrik. Yang tentu saja ilegal, dan membuat semua garansi terhadap produk tersebut menjadi batal.
*
Awal dari pembukaan toko Apple yang dimiliki dan dikelola sendiri (Apple Store) tidak lepas dari ide dan sifat Steve Jobs ini, yakni tidak rela melepaskan kendali produk Apple untuk dijual bebas seperti dan berdampingan dengan saingan-saingannya dari Compaq dan Dell. Yang biasanya hanya dijaga oleh pramuniaga-pramuniaga yang tidak mempunyai pengetahuan yang cukup terhadap produknya.
Ide pembukaan Toko Apple diawal dengan ide yang muncul di benak Steve Jobs di akhir tahun 2009. Dia kemudian merangkul beberapa orang yang dia nilai paling pintar dan paling mampu mengembangkan idenya tersebut.
Ada dua tokoh penting yang memungkinkan Toko Apple itu menjadi seperti sekarang. Yakni, Ron Johnson, wakil presiden penjualan di Target, sebuah toko mengedarkan produk-poduk khas dan unik, yang direkrut Jobs. DanMillard Drexler, seorang pakar bisnis eceran, dan salah satu anggota direksi Apple yang mendukung ide pembukaan toko tersebut.
Ya, ketika menyampaikan idenya untuk membuka toko sendiri, mayoritas anggota direksi Apple menyatakan pesimismenya, dan tidak mendukung. Alasannya, karena sebelumnya ada perusahaan yang bernama Gateway yang mencoba menjual langsung sendiri produknya dengan membuka toko, tetapi gagal. Sedangkan Dell dan Compaq yang menjual hanya melalui para distributornya, tanpa harus punya toko sendiri, malah yang sukses. Akibat dari penolakan para anggota direksi ini membuat Jobs, seperti biasa, marah, dan mengganti sebagian besar anggota direksi itu.
Untuk lebih meyakinkan para anggota direksi yang baru tentang masa depan Toko Apple itu, Jobs atas usul Drexler, membangun sebuah protipe Toko Apple di dalam kompleks perusahaannya. Dengan prototipe inilah ide-ide Jobs dan Johnson dituangkan
Jobs yang sangat antusias dengan rencana pembukaan Toko Apple itu membuatnya hampir setiap kesempatan mengajak Dexler dan Larry Ellison, dan beberapa temannya untuk melihat-lihat protipe tersebut. Larry Ellison adalah sahabat baik Jobs, dan adalah CEO Oracle, sebuah perusahaan perangkat lunak terbesar di dunia. Saat ini dia adalah orang terkaya nomor 5 di dunia menurut versi majalah Forbes.
Saking seringnya mengajak Ellison, sampai dia “meminta ampun” kepada Jobs. Katanya, “Steve, kalau kamu masih mengajakku ke tokomu itu, aku tidak akan mau menemuimu lagi.”
Ketika semuakonsep telah disepakati, dan rencana pembangunan toko sudah matang, Ron Johnson tiba-tiba terbuka pikirannya di tengah malam bahwa ada konsep yang keliru secara fundamental yang telah mereka buat untuk toko tersebut.
Konsep awal yang dipakai adalah konsep dari Steve Jobs, yang bertitik tolak pada empat produk inti Apple, yakni terdapat area untuk Power Mac, iMac, iBook, dan PowerBook. Dengan prinsip: Komputer adalah pusat dari segala aktivitas kita.
Pemikiran Johnson yang terbuka itu adalah bahwa konsep tersebut keliru besar. Seharusnya, toko itu tidak boleh ditata hanya terpaku pada keempat produk itu semata, tetapi konsep bagaimana setiap pengunjung toko dapat merasakan langsung apa yang bisa mereka kerjakan atau lakukan dengan produk-produk tersebut.
Contoh, perlu ditunjukkan juga cara memindahkan film dan video kamera serta cara mengeditnya di komputer. Ada pula area film tempat iMovie diputar di aneka Mac dan PowerBook.
Ketika Johnson menyampaikan pemikirannya itu kepada Jobs, Jobs pun marah besar. “Aku sudah membanting tulang untuk membangun toko ini selama enam bulan, dan sekarang kau datang dengan gagasan barumu itu? ... Aku capek, aku tidak tahu, apakah aku bisa mendesain dari awal lagi.”
Tapi akhirnya, gagasan Johnson inilah dipakai. Rencana pembukaan toko pun terpaksa molor beberapa bulan karena harus dilakukan desain ulang mulai dari awal lagi. Jobs menyadari kebenaran di balik gagasan baru tersebut. Dia mengatakan, “ Jika ada sesuatu yang salah, kita tidak boleh mengabaikan begitu saja, dengan mengatakan akan kita perbaiki kemudian, ... itulah kesalahan yang biasa dilakukan oleh perusahaan lain.”
Salah satu kebiasaan Jobs memang begitu, yakni ketika suatu ide dilontarkan kepadanya, awalnya dia mengecam ide tersebut. Bahkan menghinanya. Baik idenya, maupun orang pembuat ide tersebut. Kata-kata favoritnya adalah “Itu sampah!”
Tetapi kadang-kadang kemudian tiba-tiba saja dia berubah pikirannya, dan memakai ide tersebut begitu saja, tanpa memberitahu terlebih dahulu kepada si empunya gagasan yang sudah dihina itu. Apalagi minta maaf. Lebih jelek lagi, kadang-kadang dia bersikap seolah-olah itu idenya sendiri.
Dalam proses perencanaan pembukaan toko itu, ada juga ide yang datang dari Johnson, hasil risetnya bersama timnya. Maksudnya adalah untuk mengadakan fitur yang terbaik ketika melayani pengunjung toko. Munculah ide mengkombinasikan kualitas pelayanan yang mereka anggap terbaik dari Hotel Four Seasons dan Ritz-Carlton.
Johnson menyampaikam idenya itu kepada Jobs bahwa di toko mereka nanti diperlukan menempatkan orang-prang terpintar di Mac di konter khusus untuk melayani segala macam pertanyaan dan keperluan dari pengunjung/pembeli. Usulan nama konternya itu: “Genius Bar.”
Tapi Jobs menganggap remeh ide tersebut. Bahkan nama “Bar Genius” pun menurutnya tidak tepat untuk orang-orang Mac itu. “Kita tidak bisa menyebut mereka itu jenius,” kata Jobs. “mereka itu tidak lebih dari para maniak komputer. Mereka bahkan tidak punya kecakapan sosial untuk itu.”
Kenyataannnya kemudian, Jobs melaksanakan ide Johnson tersebut berikut namanya: Bar Genius.
[caption id="attachment_147642" align="aligncenter" width="640" caption="Genius Bar, salah satu ciri khas di Toko Apple"][/caption]
*
Ketika rencana pembukaan Toko Apple diumumkan ke publik, reaksi yang didapat adalah mayoritas pesimis akan sukses. Beberapa pengamat pun melontarkan pendapatnya yang bernada sinis.
“Mungkin sudah waktunya Steve Jobs berhenti berpikir beda,” tulis Business Week di artikelnya yang berjudul “Sorry Steve, Here’s Why Apple Store Won’t Work.” “Berpikir Beda” atau “Think Different” adalah salah satu slogan utama dari Apple Inc.
Mantan Bagian Keuangan Apple, Joseph Graziano, mengatakan, “Masalah Apple adalah ia masih percaya bahwa untuk berkembang, perlu disajikan kaviar di dunia yang sudah puas hanya dengan keju dan biskuit.”
Konsultan bisnis eceran, David Goldstein: “Kuberi waktu mereka dua tahun sebelum mereka tutup buku sesudah melakukan kekeliruan yang sangat menyakitkan dan mahal.”
Faktanya, mereka semua salah. Dan, lagi-lagi Steve Jobs-lah yang benar.
Toko Apple pertama kali dibuka pada 19 Mei 2001 di Tyson’s Corner, Virginia, dan sukses besar. Yang kemudian diikuti dengan pembukaan toko-toko lainnya di berbagai negara. Sampai 2011, sudah terdapat 317 Toko Apple di dunia. Yang terbesar terletak di Covent Garden, London, dan yang tertinggi di Ginza, Tokyo.
[caption id="attachment_147647" align="aligncenter" width="411" caption="Toko Apple yang pertama kali dibuka pada 19 Mei 2001"][/caption] [caption id="attachment_147648" align="aligncenter" width="640" caption="Toko Apple di London, yang terbesar."][/caption] [caption id="attachment_147649" align="aligncenter" width="640" caption="Bagian dalam Toko Apple di Covent Garden, London"][/caption] [caption id="attachment_147650" align="aligncenter" width="614" caption="Toko Apple di Ginza, Tokyo, Jepang. Tertinggi."][/caption]
[caption id="attachment_147651" align="aligncenter" width="614" caption="Salah satu desain produk Apple yang diilhami dari bunga-bunga matahari yang ditanam oleh Laurene Powel, istri Steve Jobs di rumah mereka di Palo Alto."][/caption]
Toko Apple yang pertama di buka itu, pada tahun 2004 tercatat dikunjungi oleh rata-rata 5.400 orang per minggu, dengan omzet sebesar $ 1,2 miliar. Sekaligus mencetak rekor dalam industri bisnis eceran di Amerika.
Saat ini jumlah pengunjung Toko Apple di seluruh dunia rata-rata 17.600 per minggu per toko, dengan pemasukan rata-rata $34 juta per toko per tahun. Sedangkan angka penjualan netto total di tahun fiskal 2010 adalah $9,8 miliar. Toko Apple secara langsung hanya menyumbangkan 15% dari pendapatan total Apple. Namun dari toko-toko tersebut telah tercipta image brand yang hebat, yang membuat produk Apple semakin melekat di hati para penggemarnya, dan dengan demikian tentu saja angka penjualannya terdongkrat drastis.
*
Dalam proses pembangunan toko-toko yang hebat itu, Steve Jobs tidak pernah mau lepas dari kontrolnya. Bahkan sampai ke hal-hal yang kelihatannya remeh sekalipun. Misalnya, pada salah satu tokonya yang hendak dibuka, urusan menentukan warna dasar papan petunjuk ke arah toilet pun menjadi pembicaraan yang menghabiskan waktu sampai setengah jam! Padahal hanya menentukan warna abu-abu jenis yang mana yang hendak dipakai.
Pada tahun 2002 ketika lantai tokonya dilihat sudah mulai kusam. Jobs minta untuk diganti dengan batu-batu berwarna kelabu, seperti yang pernah dia lihat di trotoar Firenze, Italia. Meskipun para koleganya mengusulkan kepadanya untuk menggunakan replika dari bahan beton saja yang harganya 10 kali lebih murah, Jobs tetap bersikeras dengan kemauannya itu. Jadi, akhirnya diimpor lah batu-batuan tersebut dari Firenze.
Tangga di setiap tokonya pun tidak lepas dari fokus perhatian Jobs. Dari idenya lah dibuat tangga-tangga khas Toko Apple yang terbuat seluruhnya dari bahan kaca.
[caption id="attachment_147653" align="aligncenter" width="640" caption="Tangga kaca di Toko Apple, Manhattan. Buah karya Steve Jobs yang sangat mengutamakan desain yang minimalis, dan futuristik"][/caption] [caption id="attachment_147654" align="aligncenter" width="640" caption="Tangga kaca di Toko Apple, di London."][/caption]
Namanya pun terdaftar sebagai invertor kepala di dua aplikasi paten untuk tangga; satu untuk tangga tembus pandang yang terdiri atas undakan kaca dengan penopang kaca yang dicor jadi satu dengan titanium, sedangkan yang satu lagi untuk sistem rekayasa yang menggunakan unit kaca monolitik dari lembaran-lembaran kaca yang dilaminasi jadi satu guna menopang beban.
Dari semua toko, Toko Apple yang terletak di Fifth Avenue, Manhattan-lah yang menampung hampir semua hasrat Jobs. Toko yang dibuka pada 2006 itu memiliki ciri khas seperti yang terlihat di foto berikut ini:
[caption id="attachment_147655" align="aligncenter" width="640" caption="Toko Apple di Manhattan. Di toko ini hampir semua inspirasi Jobs terpenuhi"][/caption] [caption id="attachment_147659" align="aligncenter" width="640" caption="Bagian dalam Toko Apple, Manhattan"][/caption]
Toko Apple ini dibuka 24 jam sehari, dengan jumlah pengunjung rata-rata 54.000 orang per minggu pada tahun pertama pembukaannya. Dengan bangga Jobs mengatakan pada 2010 bahwa pendapatan tokonya itu per kaki persegi lebih besar daripada pendapatan toko di manapun di dunia.
Pada tahun yang sama itulah, meskipun dalam kondisi terserang kanker prostatnya, semangat Steve untuk terus membangun proyek toko barunya terus berjalan.
Target berikutnya adalah sebuah konsep toko dengan bentuk kaca kubus seperti Toko Apple di Manhattan, tetapi Jobs menghendaki bentuknya yang lebih sederhana dengan mengurangi jumlah-jumlah panelnya yang ada dari delapan belas panel, menjadi hanya empat panel.
Meskipun Johnson tidak setuju, dengan alasan bahwa justru dengan kubus delapan belas panel sesungguhnya lebih bagus daripada hanya empat panel. Menurutnya, dengan delapan belas panel di kubus kaca tembus pandang itu akan menjadikannya ibarat seperti kotak perhiasan. Sedangkan kalau hanya empat panel, terlalu transparan, dan itu kurang bagus. Tetapi Jobs tetap dengan pendiriannya, dan jadilah Toko Apple berikutnya yang dibangun di Pudong, Shanghai, China, seperti yang bisa Anda lihat gambarnya di bawah ini.
[caption id="attachment_147656" align="aligncenter" width="640" caption="Toko Apple di Pudong, Shanghai, China. Hasil insipirasi terakhir Steve Jobs sebelum dia meninggal dunia"][/caption] [caption id="attachment_147658" align="aligncenter" width="640" caption="Bagian dalam Toko Apple di Pudong, Shanghai, China."][/caption]
Steve Jobs dan segala macam gagasannya memang hebat.
Peninggalannya, selain produk-produk Apple, toko-toko Apple merupakan monumen abadi yang akan terus dikenang dunia sebagai hasil mahakarya dari seorang jenius bernama Steve Jobs. ***
Sumber tulisan: Buku Biografi "Steve Jobs" oleh Walter Isaacson (terjemahan Indonesia, Bentang, 2011). Sumber gambar: dari beberapa situs Apple.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H