[caption id="attachment_84889" align="alignleft" width="300" caption="http://www.pacamat.com/wp-content/uploads/2009/06/taxi_cartoon.jpg"][/caption] Sepucuk surat pembaca di Jawa Pos, 11 Januari 2011 menulis tentang pengalamannya: mobilnya yang sedang parkir di pinggir jalan, di depan rumahnya, di Surabaya, tiba-tiba ditabrak oleh sebuah Taksi Zebra (mungkin sopirnya mengantuk?). Sopir taksi tersebut tidak mau bertanggung jawab, melainkan langsung melarikan diri dengan taksinya.
Si pemilik mobil mengejar taksi tersebut, dan berhasil menghentikannya secara paksa.
Pengemudi taksi turun. Bukan minta maaf, tetapi malah balik menantang pemilik mobil yang ditabraknya, dengan mengatakan bahwa Taksi Zebra punya bekingan Polda Jawa Timur.
Selain itu ternyata STNK yang dibawanya sudah mati 2 tahun lalu (Desember 2008).
Si pemilk mobil telah menghubungi PT Zebra, tetapi pihak Zebra tidak mau bertanggung jawab. Juga tidak minta maaf kepada yang bersangkutan.
Karena alasan itulah si pemilik mobil menulis surat pembaca di Jawa Pos, yang saya salin di bawah ini:
Jawa Pos, Selasa, 11/01/2011
Pengalaman Ditabrak Taksi Zebra
PADA 26 Desember 2010, sekitar pukul 20.00, mobil yang saya parkir di depan rumah di kawasan Jl Panjangjiwo Besar, Surabaya, ditabrak pengemudi Taxi Zebra H-42. Setelah menabrak, si pengemudi langsung tancap gas sehingga harus dikejar untuk dimintai pertanggungjawaban.
Saya berhasil menghentikan laju taksi tersebut. Namun, begitu tertangkap, sopir tidak meminta maaf, tetapi justru menantang bahwa PT Zebra dibekingi oleh Polda Jatim.
Saya makin geram dan marah. Saya akhirnya menanyakan surat-suratnya. Dia lantas menunjukkan surat-suratnya. Saya kaget bukan main. SIM A ternyata bukan umum. STNK sudah mati dua tahun, tepatnya Desember 2008. Sampai surat ini saya tulis, PT Zebra tidak mau bertanggung jawab.
Saya bertanya, kepada siapa saya harus mengadukan permasalahan saya? Benarkah PT Zebra benar-benar kebal hukum?
HANGGORO LIBRIANTO, Jl Panjangjiwo Besar 29, Surabaya
Kemudian pada Kamis, 13 Januar 2011, pihak PT. Zebra menjawab surat pembaca tersebut melalui rubrik yang sama di Jawa Pos.
Tidak seperti surat-surat yang merespon keluhan konsumennya, atau pihak ketiga yang dirugikan oleh pihaknya (karyawannya), isi surat jawaban dari pihak PT. Zebra tersebut jauh dari simpatik. Terkesan tak mau tahu dengan kerugian yang diderita oleh orang lain akibat ulah sopirnya.
Surat tersebut tidak menyinggung sedikitpun soal kerugian yang diderita si penulis surat pembaca. Juga tidak menyinggung soal bagaimana bisa perusahaan tersebut mengoperasikan taksinya dengan STNK yang sudah mati dua tahun yang lalu.
Dalam surat jawabannya tersebut pihak manajemen Taksi Zebra hanya membantah pernyataan sopirnya bahwa perusahaan Taksi Zebra dibekingi Polda Jatim.
Tidak ada pernyataan yang menyesali kejadian tersebut, apalagi minta maaf kepada pemilik mobil yang diam-diam mobilnya ditabrak sopir Taksi Zebra tersebut. Tidak ada disinggung bahwa sopir taksi tersebut ditindak ataukah tidak.
Manajemen Taksi Zebra hanya minta maaf kepada pihak Polda Jawa Timur, yang namanya dicatut.
Berikut ini saya salin surat jawaban dari GM Operasional PT. Zebra Nusantara Tbk tersebut:
Jawa Pos, Kamis, 13/01/2011
Tak Benar Dibekingi Polda
KAMI perlu menanggapi keluhan yang dimuat pada 11 Januari 2011 yang berjudul “Pengalaman Ditabrak Taksi Zebra.” Yang di dalamnya memuat berita bahwa PT Zebra Nusantara Tbk adalah kebal hukum atau dibekingi Polda Jawa Timur.
Jika hal itu benar terlontar dari pengemudi kami, perlu kami tegaskan bahwa ungkapan tersebut tidak benar dan itu merupakan ungkapan pribadi pengemudi, bukan ungkapan manajamen. Manajemen tidak pernah sama sekali memberikan arahan atau menyampaikan pendapat kepada siapa pun dan kepada pihak manapun bahwa Zebra kebal hukum atau dibekingi Polda Jatim.
Untuk itu, melalui surat ini kami menyampiakan permohonan maaf yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak, terutama Polda Jatim, apabila terkena dampak atas pemberitaan tersebut.
JAMES SITOMPUL, GSM Operasional PT Zebra Nusantara Tbk
Dengan gaya manajemen seperti ini, saya tidak heran kalau Zebra yang pernah menjadi primadona pengguna taksi di Surabaya, sekarang reputasinya sudah jauh anjlok.
Apalagi dengan armada taksinya yang kelihatannya tidak pernah diperbaharui, kurang terawat, sehingga terkesan kotor dan dengan bau tak sedap di dalam taksinya.
Orang dengan sendirinya akan enggan naik taksi dengan manajemen seperti ini.
Jadi, teringat dengan reputasi Taksi Presiden di Jakarta, yang juga dulu menjadi pelopor taksi berargo di Jakarta, bahkan di Indonesia. Taksi yang juga menjadi pilihan utama konsumen taksi di Jakarta, tetapi seiing dengan manajemennya yang semakin buruk, dan bermunculannya perusahaan taksi baru dengan manajemen yang profesional, taksi yang bersih dan harum, sopirnya yang ramah, perlahan namun pasti Taksi Presiden redup namanya. Kemudian “punah” dari Jakarta.
Dengan munculnya dua perusahaan taksi lain sejak beberapa tahun lalu di Surabaya, dengan gaya manajemen yang jauh lebih profesional, sangat responsif dan perduli dengan kepentingan konsumennya, taksi-taksinya juga bersih dan harum, sopir yang ramah, reputasi Zebra sudah jauh di bawah.
Taksi Zebra sekarang sudah bukan lagi taksi pilihan utama mayoritas pengguna taksi di Surabaya.***