Mohon tunggu...
Daniel H.T.
Daniel H.T. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Bukan siapa-siapa, yang hanya menyalurkan aspirasinya. Twitter @danielht2009

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Corby dan Pemerintah RI Meresahkan Masyarakat

7 Maret 2014   02:38 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:09 628
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_298880" align="aligncenter" width="600" caption="Schapelle Leigh Corby ketika dibebaskan dari penjara di Denpasar untuk selanjutnya menjalani masa pembebasan bersyaratnya di Bali (Antaranews.com)"][/caption]

Betapa mengganggunya kasus-kasus yang muncul dari terpidana narkoba asal Australia itu, Schapelle Leigh Corby (36). Masyarakat sudah dibuatnya resah, pemerintah sudah dibuatnya pusing, tetapi anehnya pemerintah yang dikomando oleh Presiden SBY ini masih tetap saja sabar, termasuk ketika untuk kesekian kalinya timbul kontroversi terhadap pembebasan bersyarat yang sedang dijalani oleh Corby  itu.

Kontroversi lagi-lagi muncul ketika saudara perempuan Corby, Mercedes diwawancarai  televisi Seven Network dari Australia, dan ditayangkan di televisi itu dalam acara "Sunday Night",  pada Minggu, 2 Maret lalu. Dalam wawancara tersebut Mercedes sangat memojokkan (pemerintah) Indonesia.

Dalam tayangan wawancara berdurasi 11 menit yang dipandu oleh jurnalis senior sebuah televisi berbayar di Perth, Australia, Seven Network Mike Willesee itu, Mercedes mempertanyakan asal-muasal mariyuana seberat 4,2 kg yang ada di dalam tas Corby. Pada intinya dia mau mengatakan bahwa mariyuana itu bukan dibawa oleh adiknya itu, tetapi adiknya itu dijebak. Kemungkinan besar dijebak di Indonesia oleh petugas bandara di Ngurah Rai. Adiknya sama sekali tidak bersalah, pengadilan dan pemerintah Indonesia telah melakukan kesalahan besar dengan memenjarakan Corby!

"Kami tidak tahu dari mana mariyuana itu. Bisa jadi dari Indonesia," ucap Mercedes dalam wawancara itu.

"Kami mencoba mencari bukti dan informasi tentang gambar di bandara, tidak ada. Kami minta sidik jari, tidak ada. Tes mariyuana dan x-ray, tidak ada," ucapnya mempertanyakan barang bukti yang ketika itu diperlihatkan di Pengadilan Negeri Denpasar (antaranews.com)

Meskipun bukan Corby sendiri yang diwawancarai dan menyatakan pernyataan itu, tetapi tetap saja efeknya sama, karena dia secara resmi mewakili keluarganya dalam hal ini adiknya itu.

Meskipun pemerintah Indonesia sudah sedemikian lunak terhadap Corby, seorang terpidana narkoba, yang sejatinya adalah pelaku kejahatan luar biasa seperti itu, tetapi ternyata dibalas oleh keluarga Corby dengan cara pelecehan seperti itu. Ini namanya “air susu dibalas dengan air tuba.”

[caption id="attachment_298881" align="aligncenter" width="630" caption="Mercedes Corby. Picture: Sunday Night (http://au.news.yahoo.com/sunday-night/features/article/-/21754281/schapelles-first-moments-of-freedom/)"]

13941111791119402224
13941111791119402224
[/caption]

Sebenarnya, jika pemerintah RI punya harga diri dan mau bersikap tegas, dengan adanya fakta tayangan wawancara di "Sunday Night",  Seven Network Australia itu saja sudah cukup alasan untuk segera mengakhiri perlakuan istimewa yang sudah diberikan kepada Corby berupa pembebasan bersyarat dengan tinggal di Villa Sentosa, di Seminyak, Bali nan mewah itu.

Pakar Hukum Internasional dari Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana mengatakan bahwa dengan wawancara Mercedes itu, sama saja dengan keluarga Corby menyatakan kepada publik bahwa Corby tidak bersalah, dia dijebak di Indonesia. Pernyataan ini sudah sangat meresahkan masyarakat, dan sarannya kepada Pemerintah, tiada pilihan lain, segera cabut pembebasan bersyarat Corby!

Tetapi sungguh luar biasa Presiden SBY dan Menteri Hukumnya itu. Mereka tetap sabaaar luar biasa menghadapinya.

Juru Bicara Kepresidenan Julian Aldrian Pasha, di Istana Kepresidenan, Kamis, 6 maret 2014, menjelaskan, Presiden SBY tidak berwenang menilai dan mengambil keputusan terhadap kejadian wawancara itu. Sebaiknya kita menunggu evaluasi dari Menteri Hukum dan HAM.


"Kami tidak berwenang untuk tentukan hal itu. Kita tunggu hasil dari pembahasan dari Kemenkum HAM," ujar Julian (merdeka.com).

Sedangkan Menteri Hukum dan HAM Amir Syamsuddin meresponnya dengan mengatakan bahwa dia masih harus menunggu laporan dari Bapas (Balai Pemasyarakatan) Denpasar, Bali tentang wawancara tersebut, dan akan dievaluasi dulu, sebelum mengambil keputusannya.

Padahal dilihat dari obyek peristiwa, maka keterangan dari Bapas Denpasar itu sebenarnya sama sekali tidak diperlukan. Apa hubungannya tayangan wawancara "Sunday Night" dengan Mercedes itu dengan Bapas Denpasar? Keterangan apakah yang dibutuhkan dari Bapas Denpasar itu? Bukankah yang dipermasalahkan adalah isi wawancara tersebut yang benar-benar memojokkan pemerintah Indonesia, dan efeknya membuat resah masyarakat?

Pernyataan Mercedes yang disampaikan dengan ekpresi sedih dan mata berlinang air mata tentang tidak bersalahnya adiknya itu, dan bahwa ada rekayasa yang menjebak adiknya itu di Indonesia, berpotensi membuat masyarakat berbalik mencurigai aparatnya sendiri yang bertabiat korup dan jahat terhadap Corby, entah dengan motif apa.

Respon pemerintah Indonesia yang begitu lambat meskipun sudah dipojokkan oleh keluarga Corby sedemikian rupa merupakan sesuatu yang ironi. Bertolak belakang dengan reaksi pihak kepolisian di Australia sendiri.

Begitu tersiar wawancara tersebut di  Seven Network, polisi Australia  langsung melakukan penggeledahan  di kantor televisi tersebut di Perth. Pasalnya, sebelumnya pemerintah Australia telah mengambil sikap tegas bahwa tayangan televisi berbayar untuk sebuah kisah kejahatan adalah tidak etis. PM Australia Tony Abbott telah melarang Corby memetik keuntungan finansial dari penayangan kisah hidupnya itu (Tajuk Rencana, Kompas, Kamis, 6 Maret 2014).

Munculnya kembali kontroversi menyangkut terpidana narkoba Corby karena wawancara tersebut membuat keluarga Corby cemas, jangan sampai akibatnya membuat Corby dicabut pembebasan bersyaratnya,  dan kembali masuk penjara. Ironisnya ketakutan tersebut bukan karena adanya reaksi keras pemerintah Indonesia, tetapi dari munculnya kontroversi dan reaksi keras dari masyarakat Indonesia. Sementara pemerintahnya sendiri, Presiden dan Menteri Hukumnya sendiri, tampaknya takut untuk menunjukkan ketegasannya.

Karena cemasnya itu, Mercedes buru-buru mengadakan konferensi pers di kediamannya di Kuta, Kabupaten Badung, Bali, Kamis (06/03/14), untuk menyampaikan permintaan maafnya jika kata-katanya telah menyinggung perasaan masyarakat Indonesia.

"Dari lubuk hati, saya meminta maaf kepada masyarakat Indonesia jika wawancara saya dalam televisi Australia menyebabkan tidak menyenangkan. Saya meminta maaf jika kata-kata saya tidak menunjukkan rasa hormat kepada Indonesia," kata Mercedes kepada sejumlah awak media di kediamannya di Kuta, Kabupaten Badung, Kamis, 6 Maret 2014 (Antaranews.com).

Saya memprediksi, permintaan maaf Mercedes mewakili keluarganya ini akan dijadikan alasan bagus bagi Amir Syamsuddin untuk tidak mencabut pembebasan bersyarat Corby. Nanti, Amir Syamsuddin akan mengatakan kira-kira begini, “Karena pihak Corby telah menyatakan penyesalan dan permintaan maafnya, maka hal itu sudah dianggap cukup. Tetapi, pemerintah tidak akan ragu untuk melakukan tindakan tegas jika hal itu diulangi lagi.”

Padahal, jelas di dalam permintaan maafnya itu Mercedes sama sekali tidak mengoreksi pernyataannya dalam wawancara itu, yang  menyangkal vonis bersalah adiknya oleh pengadilan Indonesia, dan berbalik menuduh ada pihak (berwajib) di Indonesia yang merekayasa dan menjebak adiknya itu.

Permintaan maafnya itu pun saya nilai tidak tulus meskipun dia memakai kata-kata “dari lubuk hati saya yang terdalam”, karena kalau benar-benar tulus tentu dia meralat pernyataannya yang memojokkan Indonesia itu. Seolah-olah vonis pengadilan Indonesia, dari Pengadilan Negeri sampai Mahkamah Agung yang menghukum adiknya 20 tahun penjara itu adalah peradilan yang sesat, dan bahwa adiknya tidak tahu apa-apa tentang keberadaan mariyuana di dalam tasnya, karena adiknya itu hanya korban dari pihak-pihak (berwajib) tertentu di Indonesia yang menjebaknya.

Jangan-jangan setelah berlalu dari hadapan wartawan, ketika tak terlihat, dia akan kembali menertawakan kekonyolan dan ketakutan pemerintah RI.

Kalau sudah begini, maka yang membuat resah masyarakat Indonesia itu bukan hanya pihak Corby saja, tetapi juga pemerintahnya sendiri, yang hanya piawai beretorika tentang perang melawan narkoba, tetapi dalam prakteknya lemah-lembut bahkan memberi peluang terpidananya menikmati kemewahan tinggal di villa mewah bertarif Rp. 9 juta per malam itu.  ***

Artikel terkait:

Corby, Terpidana Narkoba Paling Istimewa di Seluruh Dunia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun