[caption id="attachment_307170" align="aligncenter" width="620" caption="Menkominfo, Tifatul Sembiring. TEMPO/Aris Novia Hidayat"][/caption]
Tifatul Sembiring dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) yang dipimpinnya tetap bersikeras dengan kebijakannya untuk memblokir situs berbagi video, Vimeo.com dengan alasan situs tersebut mengandung ribuan konten pornografi. Padahal di media sosial lainnya, seperti Twitter yang menjadi idola Tifatul sendiri juga mempunyai ribuan konten serupa. Bukan hanya Twitter, tetapi juga Face Book, Instagram, Path, dan lain-lain juga mengandung konten pornografi. Bahkan Google, yang menjadi “pintu masuk” untuk mencari berbagai situs, informasi, gambar, video, dan lain-lain jauh lebih banyak konten pornografinya. Cukup ketik kata kunci “sex” misalnya, Image Google akan membawa kita ke sangat banyak gambar-gambar panas tersebut. Bukan ribuan lagi, tetapi jutaan.
Dalam urusan ini Kemkominfo di bawah kepimpinan Tifatul Sembiring sepertinya hendak memposisikan dirinya sebagai “polisi moral” di dunia maya, tetapi sayangnya serba tanggung, dikarenakan sikapnya yang ambigu, wawasan sempit, dan tidak terlalu menguasai hal-hal mendasar yang berkaitan dengan dunia maya itu sendiri. Tak heran gebrakan-gebrakan Menteri yang satu ini sering menimbulkan kehebohan yang serba kontraversial, dan juga konyol.
Ambiguitas Tifatul Sembiring itu dicurigai berlandaskan pada paham-paham yang mengandung unsur sektarian, dan wahabisme, atau setidak-tidaknya pro-kepada para penganutnya (simpatisan). Hal yang menjadi dasar kecurigaan tersebut adalah, kalau terhadap situs-situs yang dianggap mengandung pornografi Tifatul dengan Kementeriannya begitu antusias, rajin memburu dan mencarinya untuk kemudian diblokir satu per satu, tetapi sama sekali tidak demikian dengan situs-situs yang menyebarkan ajaran-ajaran sektarianisme, wahabisme, dan fasisme agama itu, baik lokal, maupun internasional. Semua itu dibiarkan bebas bergentayangan di dunia maya, menyebarkan fitnah dan kebencian mereka yang sangat anti-agama / paham lain dan sangat rasis. Sangat mustahil Tifatul/Kemekominfo) tidak mengetahuinya sama sekali. Sudah banyak orang yang melaporkannya, tetapi tidak ditanggapi sama sekali oleh Tifatul.
Contoh kongkrit adalah bagaimana sikap Tifatul Sembiring/Kemekominfo terhadap keberadaan situs Arrahma.com yang terang-terangan sangat mendukung kelompok teroris paling radikal dan militan di Nigeria, Boko Haram, tetapi tidak diblokir. Demikian juga dengan situs-situs sektarian dan “wahabi” lainnya, yang terang-terangan menyebarluaskan berbagai fitnah dan kebencian berdasarkan perbedaan paham, agama dan ras, seperti voa-islam, kompasislam, kiblat.net, antiliberalnews.com, dan lain-lain, tidak ada satu pun yang ditegur apalagi diblokir. Sebaliknya ada kesan Tifatul Sembiring mendukung situs-situs seperti itu.
Minggu, 11 Mei 2014, bertepatan dengan hari somasi kepada situs PosRonda karena menayangkan artikel parodinya mengenai rencana Kemenkominfo akan membatasi kuota internet gara-gara penyebaran virus MERS dan pemblokiran Vimeo.com itu, ketika seorang Tweep (pengguna Twitter) dengan akun@sahal_AS menanyakan kepada Tifatul, kenapa situs Arrahmah.com yang jelas-jelas pro dan memuji-muji Boko Haram sebagai pejuang, kok tidak diblokir. Tifatul menanggapinya dengan tidak serius, “Mau serius atau bercanda,” cuit Tifatul sebagai jawabannya. Kemudian dilanjutkan dengan cuitan berikutnya, “Sekolah jauh2, soal halal-haram masih naya, please bro..:D”
Padahal, belum lama ini Boko Haram melancarkan serangan terorisme terbarunya dengan menculik 279 anak-anak gadis dari sebuah sekolah perempuan di Utara Nigeria (53 di antaranya berhasil meloloskan diri). Sebelumnya, sejak 2009 – 2013 sudah lebih dari 10.000 jiwa melayang sia-sia akibat aksi terorisme kelompok fundamentalis yang secara radikal mutlak menyatakan dirinya sebagai anti-Barat itu. Pimpinan Boko Haram yang paling kejam bernama Abubakar Shekau mengancam pemerintah Nigeria akan menjual gadis-gadis itu sebagai budak jika pemerintah tidak melepaskan anak-anak buahnya yang ditahan. Aksi terorisme itu langsung mendapat kutukan dari dunia internasional. Tetapi, situs-situs seperti Arrahmah.com malah memuji Boko Haram sebagai pejuang. Tifatul Sembiring dan Kemenkominfo-nya tidak menganggapnya serius, dia malah terkesan menghindar menjawabnya ketika ditanya kenapa Arrahmah.com yang pro-Boko Haram tidak diblokir. Tifatul malah sibuk dengan memblokir Vimeo.com dengan tuduhan mengandung konten pornografi itu.
[caption id="attachment_307172" align="aligncenter" width="634" caption="(Sumber: Harian KOMPAS)"]
Apakah sebenarnya Tifatul Sembiring diam-diam adalah pendukung atau simpatisan penganut paham-paham seperti yang dianut oleh Arrahmah.com dan yang lain-lain sejenisnya, yang notabene juga anti-NKRI? Kalau tidak demikian, kenapa sampai hari ini situs-situs itu dibiarkan bebas tanpa dilakukan tindakan apapun? Perlakuannya sangat berbeda dengan situs-situs yang dituduh mengandung pornografi itu.
Sesudah mengelak menjawab sikapnya tentang Arrahmah.com itu, Tifatul tidak mau lagi menjawab pertanyaan tentang itu, meskipun didesak banyak tweeps yang lain.
Misalnya, ada @andinadwifatma menyayangkan jawaban Tifatul. Menurut dia, menteri yang juga politikus PKS itu menyepelekan pertanyaan penting. "Pak @tifsembiring, saya mohon pertanyaan @sahaL_AS ttg penyebutan Boko Haram sbg mujahiddin dijawab resmi. Itu mewakili keresahan kami," cuitnya.
@asparaguskurus juga berpendapat serupa. Ia menganggap Tifatul tak tegas dalam menyatakan pendapatnya atas aksi kerusuhan yang kerap dilakukan kelompok tersebut. "@tifsembiring @sahaL_AS 276 anak perempuan diculik & dijual. 200an orangtua kehilangan anaknya. Lucu? Bisa dibercandain?" tulis pemilik akun bernama Rani Elsanti tersebut (Tempo.co).
Ada pembaca di Tempo.co yang menulis, “Kami yakin Tifatul dan masih sangat banyak masyarakat yg mendukung ikhwanul muslimin, al-qaedah, boko haram dan organisasi lain yg selalu bertindak dgn kekerasan, kebencian, pembunuhan, dll.”
Semua itu tidak ditanggapi sama sekali oleh Tifatul. Sementara itu situs-situs Arrahmah.com dan lain-lain sejenisnya sampai detik ini tetap dibiarkan eksis. Arrahmah.com, dalam kontennya itu selain menyatakan dukungan dan menyebutkan Boko Haram sebagai mujahidin (pejuang), mereka juga menyatakan pimpinan Al-Qaedah (lmarhum Osamah Bin Laden sebagai pahlawan (hero).
Selain tiga situs yang pro-Boko Haram dan Osama bin Laden tersebut di atas, ada juga situs-situs penyebar fitnah dan kebencian berlandaskan paham radikalisme, sektarianisme, fasisme agama, anti-NKRI sebagaimana di bawah ini. Semuanya dibiarkan oleh Tifatul Sembiring bebas terus menyebarkan informasi-informasi provokatif SARA yang sangat bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945, dan berbahaya bagi kelangsungan NKRI.
Tifatul Sembiring galak dengan Vimeo.com, sangat toleran dengan Arrahmah.com, dll. Kata orang: “Diam itu bisa berarti setuju.” Apakah ini berlaku juga dalam konteks ini?
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H