Kurang lebih 3 minggu yang lalu, 3 orang dari sebuah kota di Afrika barat datang dan ikut berpartisipasi dalam short course di kelas saya. mereka berasal dari kota Bo, kota terbesar kedua di negara Sierra Leone. saya bahkan tidak pernah mendengar kota ini sebelumnya. negara Sierra Leone sendiri adalah sebuah negara kecil yang dikenal sebagai salah satu negara dengan tingkat toleransi umat beragama terbaik di dunia. disana umat muslim dan kristen hidup berdampingan dan sangat jarang terdengar isu keributan agama (sumber : wikipedia). GDP mereka jauh di bawah Indonesia. luas wilayah apalagi. penduduk apalagi. intinya secara umum jauh di bawah Indonesia. cuma 1 kelebihan mereka yang sangat menonjol dibanding Indonesia : bahasa Inggris mereka sangat baik. hahaha..
Hari pertama saya berkesempatan bercerita 4 mata dengan salah seorang dari mereka. ternyata dia adalah kepala suatu departemen di kota Bo. lalu ketika bercerita lebih jauh, saya semakin terkejut. dia bukan sekedar kepala departemen, dia adalah otak utama di balik perubahan lingkungan besar di kota Bo. dari sini saya sadar kalau orang di depan saya bukan orang sembarangan. begitu juga dengan 2 temannya yang lain.
Dan saya mau bercerita sedikit apa yang saya dapat dari kisah mereka..
Orang ini adalah ketua program pengelolaan sampah dan lingkungan di kota Bo (maaf, saya lupa persis apa istilah mereka). lewat kinerja mereka, kota Bo mendapat predikat kota paling bersih di Sierra Leone. yang paling membuat saya terkejut, mereka sudah membuat program kebersihan dan penanganan sampah dan limbah di kota Bo sampai tahun 2020. Gilaaa mennn!! kota "gak jelas" dan "antah berantah" dibanding Jakarta (maaf, bukan menghina, tetapi yang jelas Jakarta jauh lebih terkenal dari Bo) ini sudah punya program lingkungan sampai 2020. Busettt!! negara gua yang kelasnya jauh lebih "dewa" dari negara ini aja ga peduli sama lingkungan. negara gua yang produsen juara olimpiade pelajaran aja kagak punya program sampai 2020. Geleng-geleng kepala gua akhirnya! hahaha..
Mungkin anda belum pernah dengar kota ini. tetapi yang pasti, lembaga dunia sudah mengakui mereka. satu kali ada seorang ibu ikut mengisi pelajaran di kelas kami dalam 3 minggu ini. dia adalah seorang senior adviser dari lembaga internasional tentang lingkungan. yaa, kapasitas dia sudah mendunia. dia sudah berkeliling hampir ke 100 negara. lalu ketika saya cerita dengan dia apakah dia sudah pernah ke Indonesia, lalu dia bilang tentu saja. tapi yang membuat saya heran adalah dia pergi ke sebuah kota di sumatra dan ambon!! dia diundang ke kota-kota ini oleh pemerintah setempat untuk berkonsultasi masalah sampah dan lingkungan. tapi lucunya kenapa tidak ke kota besar di Jawa? ahhh!! keliatan memang kota besar di Jawa tidak peduli sama masalah lingkungan dan sampah (kesimpulan sementara, semoga tidak benar). dia sendiri mengakui dan mengapresiasi kinerja tim di kota Bo. dia sendiri berkata bahwa progres mereka sangatlah cepat dan baik dalam hal penataan sampah dan lingkungan. ckckck.. makin kagum gua sama Bo. pengen lihat seperti apa kota ini.
Lalu apa yang dilakukan ketiga orang ini di Belanda? teman saya yang kepala program ini berkata dengan bijak sekali. sambil dia bercerita tentang program mereka sampai 2020, dia bercerita juga dengan tantangan yang mereka hadapi disana. jadi dia datang dan ikut short course cuma ingin belajar lebih banyak. yang membuat saya kagum sama dia adalah statementnya yang berkata bahwa dia sebagai kepala sudah membuat program-program dan target-target. tetapi dia ingin belajar lagi sehingga tahu bagaimana cara mengaplikasikan dengan lebih baik program itu. lalu juga supaya dia tidak "dikibuli" oleh anak buahnya. haha.. keren-keren. memang, kepala yang tidak tahu apa-apa mudah "dikibuli" sama anak buah.
Sedangkan 2 temannya yang lain adalah anggota tim program itu juga. yang satu adalah kepala bagian hukum dan satu lagi kalau tidak salah bagian engineeringnya. mereka bercerita bahwa program seperti ini tidak bisa dikerjakan sendiri. semua pihak harus berkontribusi. mereka duduk bersama dan membicarakan program. lalu dukungan dari pihak walikota juga sangat baik. buktinya sesudah short course ini, walikota Bo berkunjung. lalu mereka semua ikut pergi mengunjungi kementrian lingkungan hidup Jerman di kota Berlin. yaa, saya tahu dari foto-foto facebooknya. haha..
Bagi saya kunjungan kerja mereka ke Eropa sangat berarti. mereka datang untuk belajar dari negara maju sehingga mereka bisa aplikasikan di kota mereka. satu hal yang membuat saya kagum juga adalah bahwa teman saya ini tidak mudah terpesona dengan apa yang "dijual" oleh negara barat, seperti teknologi yang canggih. saat kami berdiskusi di kelas ataupun saat study tour ke beberapa lokasi pengelolaan sampah, limbah, dan lingkungan di Belanda dan Belgia, dia berkata bahwa dia tidaklah begitu tertarik. karena bagi dia, semua teknologi ini sulit diaplikasikan di negaranya karena harganya yang mahal, operational yang sulit, tidak sesuai kondisi disana, dll. dia lebih tertarik dengan sesuatu yang bisa diaplikasikan di negaranya. wow! saya respek dengan orang yang seperti ini. dia bisa seperti ini karena dia sudah tahu bagaimana kondisi sebenarnya di lapangan. orang yang tidak mengerti kondisi di lapangan pastilah menerima semua jenis tawaran yang diajukan orang lain.
Ketika saya mendengar banyak cerita mereka, saya kembali berpikir apakah mungkin hal ini dilakukan di Indonesia? apakah mungkin Indonesia punya program lingkungan sejauh itu (sampai 2020) ? apakah mungkin ini itu dan lain-lain..
ketika saya mengajukan pertanyaan itu dalam pikiran saya, dia mengatakan sesuatu yang menarik di kepada seluruh peserta kelas ketika dia mendapat kesempatan menceritakan kesannya di hari terakhir dalam 3 minggu ini. dia berkata bahwa hari itu dia melihat pandangan mata yang berbeda dari semua orang di kelas. jika sebelumnya dia melihat pandangan pesimis, sekarang dia melihat pandangan optimis. wahh, dia bisa baca pikiran gua. hahaha.. dan akhirnya saya berpikir seperti ini : saya dan anda bisa merubah Indonesia!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI