Mohon tunggu...
Daniel Damaledo
Daniel Damaledo Mohon Tunggu... -

Domisili di Yogyakarta, lulusan S2 Fisipol UGM

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Nasip Negeri Loh Jinawi Pasca Pemilu 2014

15 April 2014   16:55 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:39 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Nasib Negeri Loh Jinawi Pasca PEMILU 2014

(Daniel Damaledo, SE,MA)

Tahun 2014 tahun politik, bangsa Indonesia melaksanakan Pemilu Legislatif, dan Pemilu Presiden. Hasil Pemilu kali ini menentukan nasib bangsa ke depan, bangkit, stagnan, atau mundur. Sudah 69 tahun Indonesia merdeka dan sudah 10 kali pemilihan umum, namun tetap saja lebih 50% rakyat miskin (data Bank Dunia). Betapa tidak, system ekonomi Indonesia yang dijalankan pemerintah selama ini salah dan keliru bahkan menyimpang dari UUD 45. Pelanggaran HAM terbesar dan terberat dibumi nusantara dalam keterlenaan dan hanya ditonton/dibiarkan saja  berlangsung di  bangsa ini. Ribuan orang yang mati setiap hari karena tidak bisa makan minum – tikus mati dilumbung padi. Wilayah wilayah yang sangat kaya raya  tambangnya tetap saja rakyatnya sengsara. Ini suatu kebebalan, ataukah kutukan ?

Lebih 1000 trilyun uang Negara dikorupsi tiap tahun oleh penguasa dan pengusaha terdistribusi paling tidak tiga aspek (Pertambangan, Pajak, APBN). Lebih 2000 trilyun hutang luar negeri pemerintah dan terus bertambah. Kekayaan alam dan bumi dikuasai asing dieksploirasi, dikuras untuk sebesar besarnya kemakmuran asing. Korupsi melanda meluas mendalam, narkoba, gerakan separatis, teroris terus bertumbuh,  bahkan mobilisasi kontra pancasila  menguat sebagai akhibat yang tidak dibenarkan, tetapi juga tidak dapat dielak. Potensi kerusuhan wilayah dapat bergerak ke nasional disorder, bahkan bisa terakumulasi menjadi revolusi sebagaimana Negara Negara luar eropa Timur, Timur Tengah.

Indonesia Negara agraris terbesar di dunia, namun pertanian kolaps, maka komoditas pertanian terutama beras kebutuhan pokok rakyat di impor dibeli mahal dan rakyat tak mampu diberi beras raskin. Peternakan kolaps, maka daging diimpor, kedelai bahan pokok tahu tempe diimpor, sayur sayuran, buah buahan, susu untuk gizi balita dijadikan kaleng dan tak terbeli. Negara dengan  pantai terpanjang di dunia, garam diimpor dari Singapura negeri sekecil pulau garam Madura.

Total alat transportasi diimpor padahal ada sejuta insinyur mesin dan metalurgi, berdiri diatas bumi dengan kandungan tambang besi, aluminium, tembaga, perag, dsb yang tak terkira. Maka akat transportasi semua import actual  bus Transjakarta yang berkarat diimpor, elektronik , toys/alat permainan anak anak, permen dsb bernilai trilyunan rupiah dari RRC merambah tiap hari keseluruh pasar nusantara mematikan ekonomi kreatifitas lokal.

Ada 2 kemungkinan dan satu akhibat hasil pemilu 2014: Pertama, Indonesia dipimpin presiden  baru dengan rezim baru menjalankan haluan baru/eko kerakyatan, berantas korupsi, dan rakyat sejahtera.  Kedua, pemimpin baru tetapi system/rezim lama tidak mandiri terikat  tergatung asing untuk menjalankan ekonomi neolib yang menyimpang dari UUD 1945,  korupsi mendalam meluas, dan rakyat tetap sengsara.  Jika Tuhan belum juga mengabulkan doa bangsa ini untuk bangkit berubah, maka satu kemungkinan dapat terjadi yaitu lahirnya secara alami pemimpin baru dengan rezim baru kontra Pancasila. Ini tentunya tidak dikehendaki namun ini sebagai konsekwensi atau akhibat dari kegagalan pemerintahan dengan system ekonomi neolib yang  lemah, dan tidak berhasil mensejahterakan rakyat. Pancasila akan dikatakan gagal, demokrasi gagal, nasionalisme gagal, maka jalan mana lagi yang diharapkan. Rakyat berdoa tiap saat  di Gereja di masjid, pura wihara,  tetapi di bagian lain, Agena Pemilu yang mulia ini digunakan para pelaku politik berlomba dengan berbagai cara didorong nafsu sahwat kekuasaan ? Pokoknya partaiku, jago ku yang harus memimpin, maka jegal menjegal, ingkar mengingkar, melanda sekelompok pemain politik berkolaborasi dengan para pemangku kepentingan. Kita seperti kehilangan akal sehat, bahkan moral kita tergerus kepentingan abadi dalam kemasan konstelasi politik tidak sehat.

Yah, apapun kondisi kita tetap optimis dan maju dalam bingkai aturan main konstitusional Maka, Indonesia butuh pemimpin nasional yang strong leadership - kuat, tegas, mandiri, terutama jujur berpihak kepada kekuatan ekonomi kerakyatan. Pemimpin yang tidak terikat apalagi  tergantung pada ekonomi Neolib Barat maupun Timur. Pemimpin yang memiliki integritas kuat, bukan pemimpin boneka yang akan dikendalikan politisi/partai atau para komprador/konglomerat hitam. Bukan pula pemimpin gampang didorong dorong oleh kekuatan politik  haus kekuasaan dan ketamakan. Indonesia butuh pemimpin yang memiliki determinasi (ketetapan hati) yang kokoh demi kesejahteraan rakyatnya, dan bukan tergerus hatinya sehingga melompat lompat kekuasaaan. Zaman dulu Daud tetap setia menggembalakan dombanya walau hanya 4 – 5 ekor saja, setia atas tugas dan tanggungjawab yang diberikan betapapun kecil, dijalaninya hingga tuntas, maka Tuhan mengangkat dia menjadi Raja. Inilah determinasi diri pemimpin yang benar.

Selama 2 tahun terakhir media televisi nasional rutin menyoroti nasib negeri loh jinawi, negara outo pilot, pemerintahan kleptokratif, pemimpin adaptif dengan kondisi koalisi cabinet dagang sapi dan mengabaikan prerogative presidential.  Semoga seluruh rakyat Indonensia khususnya yang memiliki hak memilih TIDAK LUPA akan kondisi Negara kita, sehingga menjatuhkan pilihan secara bijak dan tepat.

Pilpres 9 Juli 2014,   sangat menentukan nasib bangsa, tak ada kesempatan lagi untuk  menentukan siapa presiden baru yang membawa perubahan dan kebangkitan bangsa Indonesia. Pertanyaan penting bagi kita, apakah kita mau bangkit berubah menjadi sejahtera  ataukah tetap asik saja hidup dalam kubangan kesengsaraan ? Percayalah, tulisan ini bukan masalah partai atau dukung mendukung, semata upaya persuasive bahwa  saatnya  bangsa ini harus berubah, maka sadar dan bertobat dari jalan jalannya yang jahat, untuk bijak dan  tawakal menentukan nasip negeri kaya raya ini bangkit menjadi sejahtera.

Sedikit membantu bagaimana meyakini figure calon presoden, maka pastikan arah pembangunan ekonomi apakah akan tetap neolib atau kerakyatan (baca berdikari) Lihat dan simak apa yang sudah dan sedang dikerjakan sang calon presiden, secara jujur ukuran atau parameter apa yang kita tetapkan bagi sang calon disebut pantas atau patut didukung. Lihat pihak mana saja kekuatan politik dan ekonomi yang melingkarinya, bagaimana langkah mobilisasi dukungan dia bangun, kemana arah pembangunan ekonomi akan dibangun (hutang budi dengan kelompok bahkan Negara mana). Secara pribadi  serap bagaimana integritas diri (kejujuran dan determinasi) serta model  kepemimpinannya, apakah  kita suka dengan yang populis fenomenal hasil konstruksi media televise nansional, ataukah  pemimpin yang  jujur dan tegas,  memiliki visi dan program transformasi bangsa, anti  neolib dan anti korupsi, membangun sistim dan struktur pemerintahan yang kuat dan efektif dengan memperkuat 4 pilar bangsa diatas satu fondasi Pancasila.

Nasib bangsa ini paskah pemilu ada ditangan anda setiap rakyat, pada setiap coblosan surat suara anda. Jangan golput, tolak money politik, dan paling penting simak kenali rekam jejak Partai Politik pengusung, lihat data KPK Watch seberapa besar korupsi yang dilakukan para kader partai dalam pemerintahan dan legislative selama ini. Kiranya Tuhan pemilik bangsa ini menyertai dan menolong kita, Amen.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun