Pesawat Jeju Air mengalami kecelakaan yang memakan 179 korban jiwa pada Minggu, 29 Desember 20224. menuju Korea Selatan tersebut dari Bangkok, Thailand, menuju Korea Selatan tersebut jatuh ketika ingin mendarat di Bandara Internasional Muan, Provinsi Jeolla Selatan, Korea Selatan.
Tragedi kecelakaan dimulai dari sejak keberangkatan dari Bangkok pada Minggu, 29 Desember 2024, pukul 02.29 dan akan mendarat pada 09.00 waktu Korea Selatan. Jeju Air keluar dari landasan pacu dan menabrak dinding pagar bandara saat akan mendarar di Bandara Internasional Muan.
Akibat dari insiden tersebur, Jeju Air terbakar sampai mengeluarkan asap hitam. Api berhasil dipadamkan pukul 01.00 waktu Korea Selatan. Setelah itu, evakuasi dan pencarian dilakukan terhadap korban.
presiden dan CEO Flight Safety Foundation, Hassan Shahidi, menyebut maskapai perbangan Korea Selatan telah memiliki sistem manajemen keselamatan sesuai audit organisasi penerbangan Sipil Internasional(ICAO). “ Kecelakaan ini sangat, sangat menyedihkan dengan banyaknya korban jiwa yang telag kita lihat,”Kata Shahidi.
Direktur Pemasaran dan Wakil Presiden Pengembangan Bisnis di Advanced Academy, Armstrong, menjelaskan tabrakan burung menhadi salah satu penyebab kecelakaan.
Menurut Badan Penerbangan Federal Amerika Serikat (FAA), para 2023, terdapat 19.603 tabrakan antara pesawar dengan burunt. Ini meningkat 14 persen daripada 2022 sebanyak 17.205 tabrakan.
Walaupun demikian, Armstrong tetap mempertanyakan mengapa roda tidak muncul saat melakukan pendaratan. “ Kami jelas berusaha agar pilot menjalani pelatihan lebih cepat… sampai kamu mendengar kata-kata dari pilot dan kokpit tentang apa yang terjadi, barulah kami dapat menyorotu di mana hal itu perlu dilakukan,” tambahnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H