Diskusi dengan anak saya  kemarin malam tentang perumpamaan, "Akan lebih mudah unta masuk lubang jarum daripada orang kaya masuk  surga." Artinya susah sekali orang kaya masuk surga atau mustahil orang kaya masuk surga?
Membaca teks masa lalu memang harus mengetahui pula latar belakang dimana teks itu ditulis. Sayapun membayangkan seberapa besar jarum jahit yang akan dibuat sehingga untapun bisa masukðŸ¤.
Usut punya usut, ternyata ceritanya begini, dulu di Yerusalem di kelilingi benteng2x yang pintu besar dan pintu kecil. Pintu besar akan dibuka siang  hari, dan pintu kecil dibuka malam hari, pintu itu hanya cukup untuk lewat 1 orang. Pintu kecil itulah yamg dinamai  "pintu lubang jarum".
Para pedagang membawa onta dengan berbagai bekal ada di punggung. Jika mereka tiba malam, Â mereka tidak mau menunggu diluar. Diturunkan barang 2x dari punggung onta dan disuruhnya onta tersebut jalan jongkok. Kemudian si pedagang memasukan barang tersebut satu persatu, dan menaikan kembali ke punggung Onta.
Orang kaya seperti onta tersebut, dipunggungnya banyak sekali beban beban duniawi yang susah untuk dilepaskan. Di Nas yang lain dituliskan, "jualah hartamu, bagikan pada yang papa dan ikutlah aku"
"Jadilah bahagia dengan melepaskan satu persatu beban di punggungmu"
Seperti Sidartha Gautama yang melepaskan diri dari kehidupan mewahnya, demikian juga perumpaan ini mengambarkan tentang melepaskan ikatan dengan dunia, untuk mencari pencerahan yang jauh lebih hakiki.
Dan beruntungnya, saya  yang beragama (dari lahir dan di KTP🙂🙂🙂), dan mendapatkan pengertian ini dari seorang Atheis. Mungkin supaya saya tidak menjadi naif dan ponggah, bahwa saya yg bèragama ini pasti akan mendapat kapling surga.
Saya teringat ada cerita lama, kira2x bunyinya begini,
"Suatu waktu, sang alam membagikan buah pengetahuan,1 buah untuk pembawa cerita, 2 buah untuk pendengar cerita, dan yang memakan apel adalah yang mengerti makna cerita."